Mengapa kita mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal?

Ada pernyataan bahwa kita tidak usah berdoa untuk jiwa-jiwa yang sudah meninggal, karena itu menjadi urusan Tuhan sendiri dan doa kita tidak akan berguna bagi mereka. Benarkah demikian?  Gereja Katolik mengajarkan bahwa Tuhan berkuasa menentukan apakah seseorang yang meninggal itu masuk surga, neraka, atau jika belum siap masuk surga, dimurnikan terlebih dulu di Api Penyucian. Umat Kristen non-Katolik yang tidak mengakui adanya Api Penyucian, mungkin menganggap bahwa tidak ada gunanya mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Namun Gereja Katolik mengajarkan adanya masa pemurnian di Api Penyucian, silakan membaca dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Bapa Gereja tentang hal ini, https://katolisitas.org/624/bersyukurlah-ada-api-penyucian, sehingga doa-doa dari kita yang masih hidup, dapat berguna bagi jiwa-jiwa mereka yang sedang dalam tahap pemurnian tersebut. Bahkan, dengan mendoakan jiwa-jiwa tersebut, kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya, dan perbuatan ini sangat berkenan bagi Tuhan (lih. 2 Mak 12:38-45).

Sebenarnya, prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).

Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu 1) yang masih mengembara di dunia, 2) yang sudah jaya di surga dan 3) yang masih dimurnikan di Api Penyucian. Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat menolong yang lemah (Rm 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus (2 Mak 12:42-46).

Memang, umat Kristen non-Katolik tidak mengakui kitab Makabe ini dalam Kitab Suci mereka. Juga, bagi mereka, keselamatan hanya diperoleh melalui iman saja (sola fide), yang sering dimaknai terlepas dari perbuatan, dan hal mendoakan ini dianggap sebagai perbuatan yang tidak berpengaruh terhadap keselamatan. Sedangkan ajaran iman Katolik adalah kita diselamatkan melalui iman yang bekerja oleh perbuatan kasih (Gal 5:6), maka iman yang menyelamatkan ini tidak terpisah dari perbuatan kasih. Dengan memahami adanya perbedaan perspektif Katolik dan non- Katolik ini, kita dapat mengerti bahwa umat Kristen non- Katolik menolak ‘perbuatan’ mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Sedangkan Gereja Katolik mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan kasih yang didasari iman sangatlah berguna bagi keselamatan kita (baik yang didoakan maupuan yang mendoakan). Jika “kasih” di sini diartikan menghendaki hal yang baik terjadi pada orang lain, dan jika kita ketahui bahwa maut tidak memisahkan kita sebagai anggota Tubuh Kristus (lih. Rom 8:38-39), maka kesimpulannya, pasti berguna jika kita mendoakan demi keselamatan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Sebab perbuatan kasih yang menghendaki keselamatan bagi sesama, adalah ungkapan yang nyata dalam hal “bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu” (Gal 6:2).

Jangan lupa bahwa yang kita bicarakan di sini adalah bahwa doa- doa yang dipanjatkan untuk mendoakan jiwa-jiwa orang-orang yang sedang dimurnikan dalam Api Penyucian, sehingga mereka sudah pasti masuk surga, hanya sedang menunggu selesainya saat pemurniannya. Dalam masa pemurnian ini mereka terbantu dengan doa-doa kita, seperti halnya pada saat kita kesusahan sewaktu hidup di dunia ini, kita terbantu dengan doa-doa umat beriman lainnya yang mendoakan kita. Sedangkan, untuk orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat, sehingga masuk ke neraka, memang kita tidak dapat mendoakan apapun untuk menyelamatkan mereka. Atau untuk orang -orang yang langsung masuk ke surga (walaupun mungkin tak banyak jumlahnya), maka doa-doa kita sesungguhnya tidak lagi diperlukan, sebab mereka sudah sampai di surga. Namun masalahnya, kita tidak pernah tahu, kondisi rohani orang-orang yang kita doakan. Pada mereka memang selalu ada tiga kemungkinan tersebut, sehingga, yang kita mohonkan dengan kerendahan dan ketulusan hati adalah belas kasihan Tuhan kepada jiwa-jiwa tersebut, agar Tuhan memberikan pengampunan, agar mereka dapat segera bergabung dengan para kudus Allah di Surga.

Pengajaran tentang Api Penyucian termasuk dalam ajaran iman De fide (Dogma):

The Communion of the Faithful on earth and the Saints in Heaven with Poor Souls in Purgatory:
The living Faithful can come to the assistance of the Souls in Purgatory by their intercessions (suffrages)
.” ((Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Illinois, TAN Books ands Publishers, 1974, p.321))

Terjemahannya:

Persekutuan umat beriman di dunia dan Para Kudus di Surga dengan Jiwa-jiwa yang menderita di Api Penyucian:
Para beriman yang [masih] hidup dapat membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan doa-doa syafaat (doa silih).

Silih di sini diartikan tidak saja doa syafaat, tetapi juga Indulgensi, derma dan perbuatan baik lainnya, dan di atas semua itu adalah kurban Misa Kudus. Ini sesuai dengan yang diajarkan di Konsili Lyons yang kedua (1274) dan Florence (1439).

Jadi meskipun umat Kristen non-Katolik tidak mengakui kitab Makabe, namun sesungguhnya mereka secara obyektif tidak dapat mengelak bahwa tradisi mendoakan jiwa orang yang telah meninggal sudah ada di zaman Yahudi sebelum Kristus. Tradisi ini kemudian diteruskan oleh para rasul, seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus ketika mendoakan Onesiforus yang sudah meninggal, “Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya [Onesiorus] pada hari-Nya.” (2 Tim 1:18). Tradisi mendoakan jiwa orang yang sudah meninggalpun dicatat dalam tulisan para Bapa Gereja, seperti:

1) Tertullian, yang mengajarkan untuk menyelenggarakan Misa kudus untuk mendoakan mereka pada perayaan hari meninggalnya mereka setiap tahunnya. ((Tertullian, De Monogamia 10; De exhort cas II, lif. St. Cyprian, Ep 1, 2)).

2) St. Cyril dari Yerusalem dalam pengajarannya tentang Ekaristi memasukkan doa-doa untuk jiwa orang-orang yang sudah meninggal ((St. Cyprian, Cat., Myst., 5.9 et seq)).

3) Sedangkan St. Yohanes Krisostomus dan St Agustinus mengajarkan bahwa para beriman dapat mendoakan jiwa orang-orang yang meninggal dengan mengadakan derma. ((St. Yohanes Krisostomus, Phil; hom 3,4; St. Agustinus, Enchiridion 110; Sermo 172, 2, 2)).

Karena hal mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal telah diajarkan dalam Kitab Suci dan telah dilakukan oleh Gereja sejak awal mula, terutama dalam perayaan Ekaristi maka, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

KGK 1032 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi Bdk. DS 856. untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.
“Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka” (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5).

KGK 1371 Kurban Ekaristi juga dipersembahkan untuk umat beriman yang mati di dalam Kristus, “yang belum disucikan seluruhnya” (Konsili Trente: DS 1743), supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Kristus, Kerajaan terang dan damai:
“Kuburkanlah badan ini di mana saja ia berada: kamu tidak perlu peduli dengannya. Hanya satu yang saya minta kepada kamu: Di mana pun kamu berada, kenangkan saya pada altar Tuhan” (Santa Monika sebelum wafatnya, kepada santo Augustinus dan saudaranya: Agustinus, conf. 9,11,27).
“Lalu kita berdoa [dalam anaforal untuk Paus dan Uskup yang telah meninggal, dan untuk semua orang yang telah meninggal pada umumnya. Karena kita percaya bahwa jiwa-jiwa yang didoakan dalam kurban yang kudus dan agung ini, akan mendapat keuntungan yang besar darinya… Kita menyampaikan kepada Allah doa-doa kita untuk orang-orang yang telah meninggal, walaupun mereka adalah orang-orang berdosa… Kita mengurbankan Kristus yang dikurbankan untuk dosa kita. Olehnya kita mendamaikan Allah yang penuh kasih sayang kepada manusia dengan mereka dan dengan kita” (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,9,10).

KGK 1414 Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan.

Maka memang, mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal bagi orang Katolik merupakan salah satu perbuatan kasih yang bisa kita lakukan, terutama kepada orang-orang yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah salah satu dogma yang semestinya kita jalankan, sebagai orang Katolik. Tentu saja, kita tidak bisa memaksakan hal ini kepada mereka yang tidak percaya. Namun bagi kita yang percaya, betapa indahnya pengajaran ini! Kita semua disatukan oleh kasih Kristus: kita yang masih hidup dapat mendoakan jiwa-jiwa yang di Api Penyucian, dan jika kelak mereka sampai di surga, merekalah yang mendoakan kita agar juga sampai ke surga. Doa mereka tentu saja tidak melangkahi Perantaraan Kristus, sebab yang mengizinkan mereka mendoakan kita juga adalah Kristus, sebab di atas semuanya, Kristuslah yang paling menginginkan agar kita selamat dan masuk ke surga. Jadi doa para kudus saling mendukung dalam karya keselamatan Allah bagi manusia. Kita tergabung dalam satu persekutuan orang-orang kudus, karena kita semua adalah anggota Tubuh Kristus yang diikat oleh kasih persaudaraan yang tak terputuskan oleh maut, sebab Kristus Sang Kepala, telah mengalahkan maut itu bagi keselamatan kita.

4.4 24 votes
Article Rating
183 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Hendrik
Hendrik
12 years ago

Tim katolisitas Yth,

Salam kasih dan damai dalam Yesus Kristus,

Umat Katolik senantiasa menyelenggarakan Misa Arwah dipersembahkan sebagai perayaan keselamatan untuk memperingati dan mendoakan jiwa yang telah dipanggil Bapa pada hari ke 3, 7, 40, 100 hari dst serta untuk memberi penghiburan bagi keluarga, saudara & sahabat yang ditinggalkan. Yang mau saya tanyakan adalah apakah diperkenankan jika Keluarga Katolik ingin mengadakan Misa Arwah bagi orang tuanya yang sudah meninggal namun bukan Katolik ? Mohon dasar atau acuannya mungkin dari PUMR. Terima kasih sebelumnya. GBU

Salam, Hendrik.

Ingrid Listiati
Reply to  Hendrik
12 years ago

Shalom Hendrik, Nampaknya, acuan untuk mendoakan jiwa orang- orang meninggal bukan PUMR, tetapi Kitab Suci, seperti yang tercantum dalam Katekismus. Tentang mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: KGK 1032    Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi (Bdk. DS 856). untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja… Read more »

Regina Winarah
Regina Winarah
12 years ago

D H

Kami mempunyai adik laki2 yang sudah dibaptis sejak lahir. Dalam perjalanan hidupnya, banyak hal yang dilakukan yang tidak berkenan dimata Tuhan. Dia hidup bersama dengan seorang janda yang berbeda iman dan sudah mempunyai anak 1 ( mereka tidak menikah ). Sebulan yang lalu, adik kami tsb meninggal dunia dan dimakamkan secara non katholik. Yang mau kami tanyakan adalah: kami kakak + adik ingin mengadakan Misa Arwah untuk adik kami tsb di rumah kami di Jakarta (adik meninggal di Jawa Tenganh), apakah diperbolehkan dan apakah itu layak ??

Terima kasih sebelumnya dan kami menunggu jawabannya.

Tuhan memberkati

Regina

Ingrid Listiati
Reply to  Regina Winarah
12 years ago

Shalom Regina, Baptisan yang diterima oleh adik anda itu tidak dapat dibatalkan, sehingga jika ia sempat bertobat dengan sepenuh hati sesaat sebelum wafatnya, maka kita tetap dapat berharap bahwa ia masih dapat diselamatkan, walaupun mungkin melalui proses pemurnian di Api Penyucian. Oleh karena itu silakan saja mendoakan dengan Misa Arwah bagi keselamatan jiwa adik anda. Kita tidak pernah mengetahui secara persis kondisi hatinya sampai pada sesaat menjelang ajalnya, maka tak ada salahnya untuk mendoakan jiwanya. Doa- doa yang ditujukan untuk jiwa- jiwa orang yang sudah meninggal tidak akan menjadi percuma, sebab jika [sudah] tidak dibutuhkan oleh jiwa yang kita doakan,… Read more »

Regina Winarah
Regina Winarah
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Dear B Ingrid

Sebagai informasi, pada saat2 terakhirnya, dia sendirian dirumah, tidak ada yang menjaganya, jadi kami kurang tahu apakah dia sempat bertobat.

Terima kasih
Tuhan memberkati

Regina

[dari katolisitas: Tuhan berkarya dengan cara-Nya yang sungguh ajaib dan sering tidak kita duga, termasuk juga pada saat seseorang dalam kesendiriannya. Oleh karena itu, kita hanya bisa mempercayakan adik anda kepada belas kasihan Tuhan. Anggota keluarga hanya dapat berdoa.]

patric
patric
13 years ago

Syalom ibu inggrid,

Salam damai Tuhan,saya ingin bertanya soal Bacaan Matius 15:3,kebetulan kami ada kegiatan atau sembayang kubur secara cina setiap tanggal 4 april, ada teman yg kristen bethel bersebrangan pandangan tentang bacaan tersebut,kami mohon penjelasan secara katolik.
Terima kasih

Patric

Ingrid Listiati
Reply to  patric
13 years ago

Shalom Patric, Tradisi yang dimaksud oleh Yesus dalam Mat 15:3 adalah tradisi manusia, dalam hal tradisi Yahudi yang memang sangat mendetail dalam mengatur tata cara ibadah. Hal mencuci tangan (lih. Mat 15:2), hal persembahan selasih dan segala jenis sayuran (lih. Mat 23:23; Luk 11:42), aturan ketat hari Sabat sampai tidak mau menolong sesama yang membutuhkan pertolongan (lih. Luk 13:15-16) adalah contohnya, yang sampai mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Ini berbeda dengan tradisi mendoakan orang tua/ kerabat kita yang sudah meninggal. Kitab Suci mengajarkan kepada kita untuk mendoakan jiwa- jiwa yang sudah meninggal, seperti sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.… Read more »

Dave
Dave
13 years ago

Dear team Katoliksitas,
Saya ingin bertanya bagaimana pandangan atau ajaran gereja Katolik tentang “JIN” dan “ALIEN”
thank’s GBU

[Dari Katolisitas: Tentang jin sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan tentang alien, klik di sini]

dave
dave
13 years ago

Dear team katoliksitas 1. jikalau si amir meninggal lalu masuk ke dalam api pensucian selama seratus hari lalu kemudian arwahnya masuk ke dalam surga , padahal biasanya keluarnyanya di bumi mendoakannya sampai setahun dua tahun tiga tahun (sesuai tradisi indonesia) pertanyaannya bukannkah doa arwah setahun, seribu hari dll untuk amir percuma sebab ia sudah ada di surga?? 2. Dari mana kita tahu arwah saudara kita masih ada di api pensucian atau sudah masuk api pensucian 3. apakah intensi misa untuk orang yang sudah meninggal sama bobotnya dengan doa arwah yang dilakukan di lingkungan-lingjungan? 4. mengapa hari arwah umat beriman diperingati… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  dave
13 years ago

Shalom Dave, 1. Pada prinsipnya, tidak ada doa yang percuma. Jika Amir sudah mencapai ke surga, maka doa- doa kaum kerabatnya akan dialihkan kepada jiwa- jiwa yang lain yang masih berada di dalam Api Penyucian. 2. Memang umumnya kita tidak dapat mengetahui secara persis apakah kerabat kita yang sudah meninggal masih berada di Api Penyucian atau sudah beralih ke surga. Sebab di Api Penyucian sendiri tidak ada dimensi waktu seperti di bumi, di mana waktu ditentukan dari waktu perputaran bumi mengitari matahari. Oleh sebab itu memang sedapat mungkin kita tetap mendoakan jiwa- jiwa yang sudah meninggal, agar mereka dapat segera… Read more »

Laurentius Jony
Laurentius Jony
13 years ago

Syalom Pak Stef & Ibu Ingrid, Sebelumnya saya sempat mengutip artikel bu ingrid dan forward ke teman Protestan saya dengan tentu saja menyebutkan sumbernya. Dan berikut ini komentar salah satu teman Protestan saya : ” Yang jelas Paulus tidak mendoakan dia SETELAH dia mati. Coba Anda baca dari ayat 16-18 (2 Tim 1) spt di bawah ini: 1:16 Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. 1:17 Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. 1:18 Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa… Read more »

AMBROS M. Deru Gore
AMBROS M. Deru Gore
13 years ago

Saya punya pengalaman unik ttg orang yg sudah meninggal… Ketika saya berdoa bersama dgn hamba Tuhan dlm persekutuan doa..( hari Sabtu jam 3 sore ), Akhir doa pencurahan dengan cengkaram tidak sadarkan diri. sambil berdoa memohon ampun dari Tuhan,selanjutNya dia berbicara dengan orang mati ( kakak kandungnya, bapak kandungnya dan suaminya ), dalam percakapan ini kami dengar Bpaknya sudah disurga. suaminya sudah disurga. kakaknya masih belum masuk surga yaitu masih mengelilingi bumi ( mungkin tempat penantian . kakaknya meminta agar saudarinya ( hamba Tuhan ) td mendoakan kakanya agar bisa masuk surga . setelah sadar kami semua anggota persekutuan bertanya… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  AMBROS M. Deru Gore
13 years ago

Shalom Ambros Gore,

Pengalaman yang dialami oleh seorang hamba Tuhan yang anda ceritakan merupakan wahyu pribadi, yang sejujurnya, tidak dapat dibuktikan secara pasti kebenarannya. Namun bahwa kita dapat mendoakan jiwa- jiwa orang- orang yang sudah meninggal yang masih dimurnikan di Api Penyucian, itu benar.

Selanjutnya ini tanggapan saya tentang komentar anda tentang pendeta. Sebaiknya kita tidak perlu ikut mencampuri hal urusan rumah tangga gereja tersebut. Tiap- tiap gereja mempunyai aturan sendiri untuk mendukung kegiatan gerejanya, dan biarlah mereka menentukan apa yang mereka pandang baik bagi pertumbuhan gereja mereka.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Herman Jay
Herman Jay
13 years ago

Doa Untuk Arwah

Setiap hari dalam misa, sesudah konsekrasi, imam mengucapkan doa yang mengajak umat untuk mengenang dan mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal .

Tetapi ada juga permohonan khusus dalam misa yang diminta (untuk dibacakan oleh Imam) oleh keluarga atau kenalan dari mereka yang sudah meninggal.

Bahkan pada setiap 1 nopember, disediakan hari khusus untuk memperingati arwah.

Doa mana yang paling afdol di antara ketiga kesempatan tersebut?

Ingrid Listiati
Reply to  Herman Jay
13 years ago

Shalom Herman Jay, Pada prinsipnya, perayaan Ekaristi merupakan bentuk ibadah/ doa yang tertinggi dalam Gereja Katolik. Sebab Ekaristi adalah “sumber dan puncak kehidupan Kristiani” (KGK 1324). Oleh karena itu semua doa yang tergabung dalam perayaan Ekaristi sangatlah ‘afdol’ (saya meminjam istilah anda), karena digabungkan dengan kurban Kristus sendiri. Maka semua pertanyaan anda, mana yang afdol, saya jawab semua afdol. (Doa setelah konsekrasi untuk para kerabat yang telah meninggal, misa arwah 1 Nov, misa peringatan meninggalnya kerabat dengan intensi khusus). Tetapi memang perayaan misa dengan intensi khusus untuk mendoakan jiwa kerabat yang telah meninggal ataupun misa arwah dengan intensi doa bagi… Read more »

endro wibowo
endro wibowo
13 years ago

salam bu inggrid dan pak stef: jika kita mengatakan: kita tidak berhubungan dengan orang mati, melainkan orang hidup yg sudah meninggal dunia, bukankah dalam YESUS kit a tidak lagi mati, melainkan hidup selamanya (lih. Yoh 3:16; Yoh 6:47, 53-54). lalu dijawab dengan: memang kita NANTI akan hidup lagi, setelah Tuhan YESUS datang untuk kedua kali nya Semuanya ada waktu nya.pengkhotbah mengatakan, segala sesuatu ada waktunya. Wah 20 : 13 Maka laut menyerahkan orang2 mati yang ada di dalamnya ,dan maut dan kerajaan maut { hades } menyerahkan orang 2 mati yang didalamnya, dan mereka di hakimi masing2 menurut perbuatannya bagaimanakah… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  endro wibowo
13 years ago

Shalom Endro Wibowo, Terima kasih atas pertanyaannya. Menurut saya argumentasi yang diberikan tidaklah berhubungan. Mereka mengatakan bahwa kita tidak dapat berhubungan dengan orang mati (lih. Ul 26:14; Yes 8:19). Argumentasi yang kami berikan adalah orang-orang yang telah dibenarkan Allah bukanlah orang-orang mati, karena Allah kita adalah Allah orang hidup (lih. Mt 22:32) dan orang-orang yang telah meninggal di dalam Kristus adalah tetap hidup (lih. Yoh 3:16; Yoh 6:47, 53-54). Jadi, baik orang yang masih hidup di dunia ini maupun orang yang telah meninggal di dalam Kristus adalah orang-orang yang hidup. Oleh karena itu, keduanya diikat dalam kasih Kristus. (lih. Rm… Read more »

agustinus ruswiyanto hardi
agustinus ruswiyanto hardi
Reply to  endro wibowo
13 years ago

Menurut saya: Orang mati hanya berlaku bagi orang yang tidak ber iman orang yang sudah meninggal dalam iman dia tetap hidup yang mati adalah daging . Dalam kisah Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari kematian berkat doa dari Martha (Marta memohon kepada Yesus = Matha berdoa kepada Yesus Tuhan) dari kisah tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa yang masih hidup di dunia bisa mendoakan yang sudah meninggal tidak perlu sampai menghidupkan kembali saudara kita yang sudah meninggal namun hanya memohon agar Tuhan berkenan meringankan penderitaan saudara kita yang ada dalam alam penantian atau api pencucian yang penting Karena Iman kepada Yesus… Read more »

endro wibowo
endro wibowo
13 years ago

salam ibu inggrid, dan pak stef

saya mau tanya apakah ada situs untuk sumber yg kredibel untuk kita tau bahwa Bapa Gereja mengajarkan Purgatory? terutama tertulian?

terimakasih

[dari katolisitas: silakan melihat artikel tentang Api Penyucian – silakan klik]

Sendy
Sendy
13 years ago

Shalom Bu Ingrid,

Saya mau bertanya kalau misalnya ada seorang yang sudah dewasa, yang lahir bukan dari keluarga Katolik, setelah itu mengenal iman Katolik dan merasa cocok, percaya kepada iman Katolik, kemudian memutusakan ingin jadi katolik (belajar katekumen, ikut misa setiap minggu) tetapi meninggal karena kecelakaan sebelum dibaptis (misalnya sedang dalam proses kattekumen). Apakah orang tersebut dapat masuk surga?

Terimakasih :)

Ingrid Listiati
Reply to  Sendy
13 years ago

Shalom Sendy, Ya, jika orang tersebut telah bertobat dan tidak hidup dalam dosa berat; maka orang tersebut dapat masuk surga, karena ia sesungguhnya telah mempunyai apa yang disebut sebagai “implicit desire” for Baptism atau dikenal dengan Baptis rindu. Tentang implicit desire for Baptism, perbah ditulis di sini, silakan klik; dan Baptis rindu menurut St. Thomas Aquinas, silakan klik di sini. Jika anda mengenalnya ataupu kerabatnya; silakan anda mendoakan bagi arwahnya, secara khusus pada bulan November (bulan yang dikhususkan untuk mendoakan jiwa- jiwa yang ada di Api Penyucian) terutama pada tanggal 2 November; paling baik jika anda mempersembahkan doa sebagai intensi… Read more »

agustinus ruswiyanto hardi
agustinus ruswiyanto hardi
Reply to  Sendy
13 years ago

Kalau menurut saya: Keselamatan itu di peroleh karena iman sesuai kata yesus”Imanmu menyelamatkan engkau” saya lupa injil bab da ayatnya yang saya ingat hanya sering kali Yesus mengatakan kalimat itu bersamaan dengan seseorang yang ditolongNya baik dari sakit maupun dari kematian. Iman atau mengimani Sang Maha kerajaan Kasih Tuhan Yesus yang saya maksud adalah Percaya bahwa Yesus adalah manusia dengan Roh Allah bernaung didalamNya segala yang di firmankan adalah firman Allah segala karyaNya adalah Karya Allah segala perintah dan ajaranNya adalah kehendak Allah. dan kita wajib mengikuti segala yang di perintahkan dengan cara hidup sesuai dan selaras dengan yang diajarkanNya.… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  agustinus ruswiyanto hardi
13 years ago

Shalom Agustinus, Terima kasih atas komentarnya. Untuk membahas konsep keselamatan, silakan membaca beberapa tanya jawab sehubungan dengan hal ini: Apakah agama Kristen bersifat eksklusif atau inklusif?Roti Hidup dan Perjamuan KudusTentang bangsa IsraelKeselamatan: susah atau gampang?Nasib orang yang bunuh diri dan hubungannya dengan baptisanInvincible ignorance dalam jaman iniBuat apa mempelajari agama kita?Penjelasan tentang Deklarasi Dominus IesusBagaimanakah kehidupan suami-istri di Sorga?Dosa berat dalam hubungannya dengan keselamatanSesudah selamat lalu apa?Keselamatan dan hubungannya dengan BaptisanMengapa Yesus disunat, kita tidak?Kasih dan keadilan Allah yang dimanifestasikan melalui pengorbanan KristusApakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang?Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia?Keselamatan adalah anugerah… Read more »

yunus
yunus
14 years ago

Salam sejahtera Ibu Inggrid
Saya pernah diberi pengarahan mengenai kita mendoakan orang yang sudah meninggal katanya itu tidaklah berguna karena apa bila orang tersebut adalah pembunuh sedangkan kita sebagai keluarga maupun teman/kerabatnya mendoakannya maka ia bebas dr dosa membunuh tersebut kemudian ia bisa masuk surga tanpa menebus dosa yang ia perbuat selama dia dunia, sehingga bagi mereka hanya kita berkewajiban untuk mendoakan yang ada didunia saja yaitu keluarga yang masih hidup.tolong dibantu untuk penjelasan ini ibu terimakasih

Ingrid Listiati
Reply to  yunus
14 years ago

Shalom Yunus, Dasar ajaran Gereja Katolik yang menganjurkan agar kita mendoakan jiwa- jiwa mereka yang telah meninggal adalah ajaran tentang Api Penyucian, yang sudah pernah ditulis di sini, silakan klik; dan juga tentang persekutuan orang kudus, yang pernah dibahas di sini, silakan klik. Kita mendoakan orang yang sudah meninggal di Api Penyucian, karena kita percaya bahwa ikatan persaudaraan kita di dalam Kristus tidak terputus oleh maut. Dalam hal mendoakan orang yang sudah meninggal dunia, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: KGK 1032 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena itu [Yudas Makabe]… Read more »

agustinus ruswiyanto hardi
agustinus ruswiyanto hardi
Reply to  yunus
13 years ago

Kalau boleh saya ikut nimbrung ya,,? Menurut saya : Membunuh adalah dosa yang amat besar karena bertolak belakang dengan hukum Kasih dan konsekuensinya adalah di ekskomunikasikan atau dikeluarkan dari keluarga orang orang beriman. Jenis membunuh(Pembunuhan) a-Menghilangkan nyawa orang lain b-Aborsi c-Berdoa agar orang lain cepat mati(euthanasia) Mereka semua tidak perlu di doakan apabila meninggal dunia kalau sebelum meninggal mereka tidak bertobat dan mengaku dosa dengan sungguh2(memohon ampun) baik secara lahiriah maupun batin menyesali perbuatannya(apalagi setelah melakukan pembunuhan beberapa saat dia meninggal) misalnya :Sehabis membunuh dia bunuh diri atau setelah aborsi dia ikut mati(Tidak ter ampunkan) Namun apabila setelah melakukan dosa… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  agustinus ruswiyanto hardi
13 years ago

Shalom Agustinus,

Terima kasih atas tanggapannya. Secara prinsip, orang yang meninggal dalam kondisi dosa berat dan tidak dalam kondisi berdamai dengan Tuhan, maka dosanya tidak diampuni dan orang ini kehilangan keselamatan kekal. Namun, apakah sampai detik-detik terakhir hidupnya, orang tersebut dalam kondisi berdamai atau tidak dengan Tuhan, maka hanya Tuhan sendiri yang mengetahuinya. Inilah sebabnya, kita turut mendoakan mereka.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

yunus
yunus
14 years ago

Salam sejahtera Ibu Inggrid
Saya pernah berdebat mengenai cara menghormati orang yang sudah meninggal seperti dalam adat cina kita membakar hio tersebut apakah dilarang,dan waktu itu pun saya dibilang menyembah berhala dengan memberikan sesaji spt buah atau kesukaan orang yang telah meninggal tersebut.tolong bantuannya ibu Inggrid
thx Yunus

Ingrid Listiati
Reply to  yunus
14 years ago

Shalom Yunus,

Mengenai mendoakan dengan membakar hio, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik

Sedangkan mengenai makanan sembahyangan, silakan klik di sini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Lisa
Lisa
14 years ago

Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan YESUS .. Menurut pendapat saya, kita TIDAK DIPERBOLEHKAN untuk mendoakan orang yang sudah mati, supaya orang tersebut dapat masuk kedalam sorga. Mengapa ? Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan YESUS, ada 2 alasan Utama, mengapa kita tidak diperbolehkan mendoakan mereka yang sudah mati, yaitu : 1). Kristen mengajarkan Ajaran KEPASTIAN KESELAMATAN dan bukan Ajaran KERAGUAN KESELAMATAN. 2). Kristen mengajarkan untuk Mengasihi Sesama kita. Nah, berdasarkan ALASAN UTAMA tersebut diatas, maka berdoa untuk orang mati TIDAK DIPERBOLEHKAN, karena : Jika kita berdoa bagi mereka yang sudah mati, maka artinya adalah : Timbul Keraguan dihati kita,… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Lisa
14 years ago

Shalom Lisa, 1. Mendoakan orang mati = ragu akan ajaran keselamatan? Dasar Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita dapat mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal, itu bukan karena keraguan akan keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Ajaran tentang mendoakan jiwa orang yang meninggal ini berhubungan dengan ajaran mengenai Api Penyucian, yang pernah saya tuliskan di sini, silakan klik. Maka yang dapat didoakan adalah jiwa- jiwa orang-orang percaya yang sedang dalam masa pemurnian di Api Penyucian, sebelum mereka dapat bersatu dengan Allah di surga. Jadi yang dapat didoakan adalah jiwa- jiwa yang sudah pasti masuk surga. Sedangkan, jiwa- jiwa yang masuk… Read more »

johanes
johanes
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

rahasia alkitab sungguh indah dalam menjelaskan misteri keselamatan Kristus kepada manusia. Termasuk jiwa jiwa di api penyucian dan doa doa demi keselamatan jiwa jiwa di api penyucian tersebut. Terimakasih atas penjelasannya, Sungguh sangat Alkitabiah.Semua kembali kepada apa yang alkitab katakan bukan dengan logika berpikir manusia.

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  johanes
14 years ago

Hmm… iya ya, jika pake (terlalu) logika, malah bukan sola scriptura jadinya. Berarti Katolik itu lebih “Sola Scriptura” ya.

Lisa
Lisa
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Ibu menuliskan: “yaitu jiwa- jiwa yang sudah pasti masuk surga, hanya saja mereka masih perlu dimurnikan karena belum sepenuhnya sempurna/ kudus untuk dapat bersatu dengan Tuhan di surga. ” —– 1. darimana ada konfirmasi dari pihak TUHAN ALLAH bahwa jiwa tersebut sudah pasti masuk surga? 2. kalau tidak ada konfirmasi dari pihak TUHAN ALLAH, apakah jiwa atau roh yang tak bertubuh dan tak bernyata itu bisa ditanyakan mengenai keselamatanya pribadi? kan tidak dan semakin rancu maknanya ketika perlu dimurnikan oleh api penyucian 1. apa api bisa mensucikan? 2. dimurnikan dari apa lagi? tidak ada kedagingan setelah kematian, roh yang tidak… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Lisa
14 years ago

Shalom Lisa, Saya mohon lain kali jika anda mengutip tulisan saya, kutiplah kalimat utuhnya, sehingga tidak menimbulkan salah paham. Berikut ini saya sampaikan kembali kalimat yang anda kutip itu: “Maka yang dapat didoakan adalah jiwa- jiwa orang-orang percaya yang sedang dalam masa pemurnian di Api Penyucian, sebelum mereka dapat bersatu dengan Allah di surga. Jadi yang dapat didoakan adalah jiwa- jiwa yang sudah pasti masuk surga. Sedangkan, jiwa- jiwa yang masuk neraka sudah tidak dapat didoakan agar masuk surga.” Berikut ini adalah tanggapan saya atas pertanyaan dan komentar anda: 1. Anda bertanya, “Darimana ada konfirmasi dari pihak TUHAN ALLAH bahwa… Read more »

Lisa
Lisa
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Shalo Ibu Ingrid, ini tanggapan saya. 1. Ibu menyatakan: Memang kita tidak dapat tahu secara persis apakah saudara- saudari kita yang kita doakan itu sudah pasti masuk surga atau tidak. Maka yang kita lakukan adalah kita mendoakan mereka, dan jika orang yang kita doakan ini memang sedang dalam perjalanan ke surga, maka doa- doa kita akan menguatkannya dalam masa pemurnian itu. Namun jika yang kita doakan ternyata tidak masuk surga (karena ia wafat dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat) maka doa- doa kita tidak dapat membawanya ke surga. Maka benar jika anda mengatakan karena tidak ada konfirmasi dari Allah… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Lisa
14 years ago

Shalom Lisa, Saya akan mengakhiri thread ini sampai di sini, mengingat bahwa apa yang anda tanyakan juga sebenarnya telah terjawab dalam artikel dan tanya jawab TJ di situs ini tentang Api Penyucian dan Mendoakan jiwa- jiwa orang yang meninggal. Jika anda membacanya, pertanyaan- pertanyaan itu sebenarnya tidak perlu ditanyakan. 1. Anda bertanya: "Apa lagi yang dimurnikan? Selama hidupnya mengapa tidak memurnikan diri? Dan apa yang tidak/kurang murni / kudus bisa masuk sorga? Kalau keselamatan itu tetaplah Tuhan saja dan tak bisa diketahui apa yang terjadi di alam orang mati, bukankan itu menimbulkan suatu spekulasi? Apa kita menjadi kurang percaya kepada… Read more »

Ollyvia Hansen
Ollyvia Hansen
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Shalom Ibu Lisa dan Ibu Inggrid, saya hanya ingin sharing dan menambahkan saja. Saya sendiri awalnya tidak percaya dengan purgatoriom/api penyucian. namun kini setelah saya membaca dan mencoba memahami saya justru sangat bersyukur. Tuhan memberikan kesempatan pemurnian pada kita lewat api penyucian. Saya setuju dengan Ibu inggrid bahwa sebagaimanapun manusia berusaha manusia tidak akan pernah sepenuhnya luput dari dosa. Adakah manusia seperti itu selain Yesus dan Bunda Maria? sebab pada dasarnya saja manusia sudah mengandung dosa asal yang diturunkan dari nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Saya menyebutnya manusia seumur hidup pasti jatuh bangun. dan dari ratusan bahkan ribuan dosa… Read more »

Joglo
Joglo
Reply to  Lisa
14 years ago

Salam Sejahtera

Ibu Lisa Yth :

Saya ingin bertanya kepada ibu Lisa, sederhana koq bu hanya “apa beda ROH dan JIWA”????

Salam

Joglo

Tristan
Tristan
14 years ago

Sebenarnya dalam Alkitab, khususnya di perjanjian lama tidak pernah tercatat ada tradisi berdoa untuk orang yang sudah meninggal Mulai dari Nuh, apa Nuh tidak mempunyai kerabat? Atau sepupu atau adik atau kakah,mertua, dsb Bagaimana perasaan Nuh waktu air bah menyapu habis semua sanak family nya kecuali istri dan dan anak serta menantunya? Apakah Nuh tidak hancur perasaannya melihat kemusnahan orang-orang dekatnya selain istri, anak dan menantunya? Namun tidak pernah diketemukan dalam Perjanjian Lama, Nuh mendoakan familinya yang tersapu habis bersama dengan air bah…. Kemudian Abraham, ketika istrinya mendahuluinya, adakah pernah tercatat di Alkitab Abraham berdoa untuk Sara? Padahal Abraham sangat… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Tristan
14 years ago

Shalom Tristan, Pertama- tama harus dipahami terlebih dahulu bahwa doktrin Gereja Katolik tentang medoakan jiwa- jiwa yang sudah meninggal, berhubungan dengan doktrin Api Penyucian. Jika seseorang memahami ajaran Api Penyucian, maka tidak akan ada kesulitan baginya untuk menerima bahwa kita dapat mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal. Silakan jika anda ingin mengetahui dasar ajaran Gereja Katolik mengajarkan Api penyucian, klik di sini. Maka jika umat Katolik mendoakan para jiwa yang telah meninggal, itu bukan untuk ‘mengubah keputusan’ Tuhan, apakah jiwa itu diselamatkan atau tidak. Yang dapat didoakan adalah jiwa- jiwa yang sedang dimurnikan di dalam Api Penyucian, yaitu jiwa-… Read more »

johanes
johanes
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Yesus mengatakan di Matius 5:8 “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”. Jadi hanya orang yang suci hatinya pada waktu meninggal yang diperkenankan masuk ke dalam Surga dan melihat Allah. Yesus mengatakan lagi di Matius 12:32 “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak” Yesus menyatakan bahwa ada dosa dosa yg bisa diampuni pada saat ini dan ada pula yang bisa dilepaskan setelah kehidupan saat ini(di dunia yang akan datang). HANYA dosa menentang… Read more »

Tristan
Tristan
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Ibu menuliskan: 4. Maka praktek mendoakan orang mati tidak mengarah kepada hedonisme ataupun sinkritisme. Mendoakan orang- orang mati dasarnya adalah karena kita mengasihi orang yang kita doakan, dan berharap agar jiwanya segera bersatu dengan Tuhan di surga. Ini adalah suatu bukti pelaksanaan hukum kasih, dan kita percaya kasih Kristus mempersatukan kita semua umat-Nya, dan ikatan ini tidak terputus oleh maut. Kita mendoakan, karena kita mempunyai pengharapan bahwa kerabat kita yang kita doakan dapat masuk surga. Kita juga percaya bahwa oleh prinsip kasih inilah, maka jika sampai giliran kita berpulang, maka jiwa- jiwa yang telah kita doakan dan telah bersatu dengan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Tristan
14 years ago

Shalom Tristan, Anda benar waktu mengatakan bahwa perbuatan kasih di mata Allah tidak semata- mata diukur berdasarkan pelaksanaan perbuatan itu, melainkan juga dengan obyek penerimanya, sehingga kalau kita mengasihi hewan, maka perbuatan kasih tersebut tidak terhitung sebagai perbuatan kasih yang meritorious/ layak mendapatkan penghargaan surgawi. Sebab hukum kasih yang diberikan oleh Yesus kepada kita adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama; tepatnya demikian: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat… Read more »

DGT
DGT
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Salam Damai Inggrid Anda pernah mengatakan sbb . Padahal setiap kali saya berdoa bagi jiwa dari saudara-i yang saya kasihi, pengharapan saya adalah memohon kepada Tuhan bahwa atas kemurahhan Nya kiranya segala penderitaan yang pernah dialami jiwa2 tsb semasa mereka hidup, pengorbannya, persembahannya saya memohonkan dengan segala kerendahan hati agar dapat disatukan dengan penderitaan saya dan penderitaan Kristus sendiri. Semuanya ini demi keringanan penderitaan jiwa2 tsb, kiranya diampuni dosa2nya, dihapuskan hukuman dosa2nya, dan atas perkenan dan kerahiman Nya mereka semua dapat diperkenankan untuk menghadap Allah Bapa di surga. Padahal banyak diantara mereka tidak beriman katolik, tentu semuanya ini saya serahkan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  DGT
14 years ago

Shalom DGT, Memang yang dapat memperoleh manfaat dari doa-doa kita pada saat kita mendoakan orang- orang yang sudah meninggal adalah jiwa- jiwa yang ada di dalam Api Penyucian, sehingga mereka dapat dikuatkan dalam masa pemurnian tersebut, dan selekasnya dapat menghadap Allah di surga. Jiwa- jiwa yang langsung masuk surga, sesungguhnya tidak memerlukan doa- doa kita lagi; dan sebaliknya jiwa- jiwa yang masuk neraka juga tidak dapat didoakan untuk masuk surga. Masalahnya, memang kita tidak dapat mengetahui dengan pasti, bahwa orang yang kita doakan tersebut termasuk golongan yang mana. Jika orang yang meninggal tersebut pernah dibaptis Katolik, dan meninggal dalam keadaan… Read more »

henry
henry
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

ibu inggrid, saya mohon penjelasan untuk nehemia 9 : 1
apakah ayat tersebut dapat dipakai bahwa yang dimaksud nenek moyang itu orang yang sudah meninggal.?

[dari katolisitas: Memang benar, yang disebutkan di Neh 9:2 adalah pernyataan pertobatan bangsa Israel, dengan menyebutkan dosa-dosa mereka dan juga dosa-dosa dari leluhur mereka. Ini menyadarkan bahwa bangsa Israel sering sekali gagal menjalankan perintah Tuhan, yang menyebabkan kesengsaraan bagi bangsa Israel.]

putra
putra
14 years ago

Salam untuk tim Katolisitas. Ada pertanyaan tentang devosi “Purgatorium”. Konsep yang saya miliki tentang “api penyucian” yang saya percaya sudah sesuai dengan ajaran Dogmatik GEreja Katolik ternyata mendapatkan tentangan dari Pastor PAroki tempat dimana saya tinggal, dan statement beliau yang saya tangkap adalah ” Sebagai awam, cukuplah dengan doa-doa dasar saja. Tidak perlu berdevosi yang berkaitan dengan jiwa/arwah”. Statement ini saya pikir cukup konyol dan menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benak saya, sbb: 1. Bukankah menurut teologi Gereja Katolik relasi orang hidup dengan orang mati tetap berkaitan, terlebih untuk mendoakan agar Allah Yang Maha Rahim berkenan menerima jiwa saudara-saudara kita (secara… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  putra
14 years ago

Shalom Putra, Terima kasih atas pertanyannya. Dalam berdiskusi dengan pastor anda dan semua orang, maka harus dilakukan dengan hormat dan lemah lembut. Kalau pastor mengatakan kepada anda untuk puas dengan doa-doa dasar, maka tidak usah kecil hati. Tanyakan secara baik-baik, bagaimana kita dapat membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian dalam doa-doa kita? Saya pikir pasti beliau tahu tentang dokrin tentang Api Penyucian, karena di seminari pasti diajarkan tentang doktrin ini. Bahkan setiap perayaan Misa Kudus, kita bersama-sama mendoakan jiwa-jiwa yang malang di Api Penyucian. Oleh karena itu, adalah baik, kalau dalam doa harian, kita juga mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian. Pengajaran… Read more »

eddy
eddy
14 years ago

Pak Stef,

Terima kasih atas pencerahannya… Saya sudah cukup jelas dan puas utk sekarang ini…

Salam Damai,
Eddy

eddy
eddy
14 years ago

Shalom Ingrid,

Saya baca dari berita2 luar sana (bisa di search dgn keyword “The Pope ends state of limbo” yg memberitakan bahwa Paus kita telah menghapus doktrin tentang Limbo, yang selama ~800 tahun dipercaya adalah tempat untuk menampung sementara jiwa-jiwa (janin/bayi yg meninggal di usia kecil) sebelum ke sorga.

Pertanyaan saya, apakah doktrin limbo yg dimaksud tsb berbeda dengan api penyucian?

Salam,
Eddy

Stefanus Tay
Admin
Reply to  eddy
14 years ago

Shalom Eddy,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang Limbo. Pertama yang harus kita mengerti adalah limbo bukanlah merupakan suatu dogma yang tidak mungkin berubah. Namun, Limbo sebenarnya juga mempunyai dasar teologis yang kuat. Silakan melihat pembahasan ini (silakan klik). Dan kalau mau mengikuti diskusi tentang hal ini, silakan membaca tulisan dari International Theological Commission “The hope of salvation for infants who die without being baptized” (silakan klik). Yang perlu ditegaskan di sini, International Theological Commission dapat memberikan suatu study, namun tidak dapat memberikan suatu kepastian akan dogma. Hal ini dipertegas dengan kesimpulan ini:

102. Within the hope that the Church bears for the whole of humanity and wants to proclaim afresh to the world of today, is there a hope for the salvation of infants who die without Baptism? We have carefully re-considered this complex question, with gratitude and respect for the responses that have been given through the history of the Church, but also with an awareness that it falls to us to give a coherent response for today. Reflecting within the one tradition of faith that unites the Church through the ages, and relying utterly on the guidance of the Holy Spirit whom Jesus promised would lead his followers “into all the truth” (Jn 16:13), we have sought to read the signs of the times and to interpret them in the light of the Gospel. Our conclusion is that the many factors that we have considered above give serious theological and liturgical grounds for hope that unbaptised infants who die will be saved and enjoy the Beatific Vision. We emphasise that these are reasons for prayerful hope, rather than grounds for sure knowledge. There is much that simply has not been revealed to us (cf. Jn 16:12). We live by faith and hope in the God of mercy and love who has been revealed to us in Christ, and the Spirit moves us to pray in constant thankfulness and joy (cf. 1 Thess 5:18).

103. What has been revealed to us is that the ordinary way of salvation is by the sacrament of Baptism. None of the above considerations should be taken as qualifying the necessity of Baptism or justifying delay in administering the sacrament.[135] Rather, as we want to reaffirm in conclusion, they provide strong grounds for hope that God will save infants when we have not been able to do for them what we would have wished to do, namely, to baptize them into the faith and life of the Church.

Kesimpulan di atas, sebenarnya sama seperti yang dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik:

KGK, 1261?Anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan, hanya dapat dipercayakan Gereja kepada belas kasihan Allah, seperti yang ia lakukan dalam ritus penguburan mereka. Belas kasihan Allah yang besar yang menghendaki, agar semua orang diselamatkan (Bdk. 1 Tim 2:4.), cinta Yesus yang lemah lembut kepada anak-anak, yang mendorong-Nya untuk mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi mereka” (Mrk 10:14), membenarkan kita untuk berharap bahwa untuk anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan ada satu jalan keselamatan. Gereja meminta dengan sangat kepada orang-tua, agar tidak menghalang-halangi anak-anak, untuk datang kepada Kristus melalui anugerah Pembaptisan kudus.

KGK, 1283 “Mengenai anak-anak yang mati tanpa dibaptis, liturgi Gereja menuntun kita, agar berharap kepada belas kasihan ilahi dan berdoa untuk keselamatan anak-anak ini.

Eddy menanyakan apakah Limbo berbeda dengan Api Penyucian. Jawabannya adalah berbeda. Limbo adalah suatu tempat untuk bayi-bayi yang belum dibaptis, dimana bayi-bayi tersebut belum mendapatkan Sakramen Baptis, sehingga belum menerima rahmat pengudusan (sanctifying grace), namun pada saat yang bersamaan bayi-bayi tidak mempunyai dosa apapun. Oleh karena itu, bayi-bayi tersebut tidak dapat masuk Sorga – karena masih mempunyai dosa asal -, namun bayi-bayi tersebut tidak dapat masuk ke neraka – karena tidak mempunyai dosa apapun. Oleh karena itu, para teolog di masa awal memberikan suatu tempat bagi bayi-bayi tersebut, yang dinamakan limbo. Sedangkan Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian. Orang-orang yang berada di Api Penyucian pasti akan masuk Sorga.

Semoga keterangan ini dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org

Leon
Leon
14 years ago

Shalom Bu,

Sekarang saya ingin tanya kenapa protestan seperti membuang/tidak mengakui kitab-kitab yang terdapat di deuterokanonika?

Thx

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Leon
14 years ago

Shalom Leon,
Untuk diskusi tentang deuterokanonika, silakan melihat artikel di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org

Leon
Leon
14 years ago

Shalom Bu Ingrid, Pak Stef, dan staff katolisitas.org lainnya

Waktu itu ada seorang protestan yang saya dengar statementnya kalau kita tidak usah berdoa untuk jiwa-jiwa yang sudah meninggal, karena itu menjadi urusan Tuhan sendiri jadi maksudnya doa kita tidak akan berguna bagi mereka, sebab kita tidak berurusan dengan yang berada di dunia sana..Tuhanlah yang mengkehendaki, jadi doa kt tak mempengaruhi. Bagaimana menurut Bu ingrid dan Pak Stef sendiri tentang statement ini??
Thx.. Leon

[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

1 2 3
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
183
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x