Kristus atau Aquarius?

[Hari Minggu Prapaska III: Kel 17:3-7; Mzm 95:1-9; Rm 5:1-2,5-8; Yoh 4:5-42]

“Kristus atau Aquarius? New Age hampir selalu dihubungkan dengan ‘alternatif’, entah sebuah visi alternatif tentang kenyataan atau jalan alternatif untuk memperbaiki keadaan saat ini pada seseorang….” Demikian dikatakan dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Pontifical Council for Culture and for Interreligious Dialogue, yang berjudul, “Yesus Kristus, Pembawa Air Hidup”.  Tulisan tersebut membahas tentang refleksi Kristiani tentang “New Age”. Sadar atau tidak, dewasa ini dunia menawarkan kepada kita begitu banyak informasi, termasuk berbagai paham dan aliran spiritualitas yang seolah-olah ingin memberi alternatif bahwa seseorang tidak usah memeluk agama, tetapi dapat membuat sendiri “agama”-nya. Atau istilah kerennya: menjadi “spiritual”, tapi tak perlu menjadi “religius”. Menurut paham ini, era Kristianitas sudah berakhir, kini saatnya dunia menyambut era baru, yang bebas dari pengaruh Kristiani. Untuk mendukung fenomena yang hampir menjadi budaya di seluruh dunia ini, sudah diadakan banyak film, musik, seminar, workshop, terapi, meditasi dan kegiatan lain, yang pada dasarnya menawarkan kepada kita, berbagai alternatif untuk menjadi “spritual” ini. Aliran New Age ini sekilas nampak tidak berbahaya, karena menekankan pada persaudaraan seluruh umat manusia tanpa membedakan agama ataupun ras, kembali ke alam, dan menyelidiki kekuatan alami atau energi laten dalam diri manusia. Konon energi ini dapat mendatangkan kesembuhan ataupun menjaga kesehatan. Dan di tingkat lanjut, energi ini dapat juga “disalurkan” kepada orang lain. Nampaknya tidak sedikit orang yang tertarik mendalami hal ini, atau mungkin hanya sekedar coba-coba. Namun sesungguhnya, diperlukan juga sikap berhati-hati dan kebijaksanaan untuk menyikapinya. Sebab aliran spiritual yang terpisah dari Kristus tidak akan pernah membawa kita kepada kebahagiaan dan kebaikan yang sesungguhnya bagi jiwa kita. Namun untuk mencampurkan teknik New Age dengan spiritualitas Kristiani juga ada bahayanya. Sebab itu dapat mengarah kepada seolah-olah kita yang memerintahkan Tuhan untuk melakukan ini dan itu untuk kepentingan kita, entah itu untuk menyembuhkan atau memberi perasaan nyaman. Seandainya diperoleh kesembuhan ataupun rasa nyaman itupun, ada bahayanya, orang lebih meng-atributkan kesembuhan tersebut kepada teknik-teknik tersebut. Akhirnya, ada resiko, orang mulai menyamakan kuasa Tuhan atau bahkan Tuhan sendiri dengan semacam Energi, tidak lagi sebagai Pribadi. Relasi personal dengan Tuhan sedikit demi sedikit tergeserkan dengan waktu berkonsentrasi kepada kekuatan “sesuatu” di dalam diri sendiri, yang ada sepenuhnya dalam kontrol kita. Sungguh, hal inilah yang sedikit demi sedikit terjadi di pola pikir masyarakat modern. Kesaksian para ex-New Ager, yang kemudian bertobat dan kembali kepada Kristus, seperti Fr. Mitch Pacwa SJ, atau Fr. Bob Thorn, menunjukkan bahwa ketertarikan awal untuk mencari yang benar dan baik, dapat akhirnya menyimpang, jika cara yang ditempuh itu keliru. Sebab mereka malah akhirnya dibawa menjauh dari Kristus. Pengalaman mereka ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kita mencampurkan Kristus dengan Aquarius, atau berpegang kepada keduanya secara bersamaan. “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain” (Luk 16:13). Ayat ini persis dikutip di dokumen Pontifical Council tersebut.

Bacaan Kitab Suci hari ini mengingatkan kita tentang Kristus sebagai Pemberi air hidup. Bacaan Pertama mengisahkan bagaimana bangsa Israel yang kehausan di padang gurun diberi minum dari batu karang (lih. Kel 17:6). Mengacu kepada peristiwa tersebut, Rasul Paulus kemudian menjelaskan bahwa nenek moyang mereka meminum air dari batu karang rohani, dan batu karang rohani itu ialah Kristus (1Kor 10:4). Kisah bangsa Israel tersebut memberi gambaran samar-samar, akan figur Kristus yang akan memberi minuman rohani kepada umat-Nya. Kristus sendiri kemudian menyatakan hal ini kepada seorang perempuan Samaria, sebagaimana kita dengar kisahnya dalam Bacaan Injil hari ini. Yesus berkata, “Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai ke hidup yang kekal” (Yoh 4:14). Betapa kita sebagai murid Kristus perlu meresapkan perkataan Yesus ini. Sebab jika kita telah meminum air yang telah diberikan Kristus kepada kita, adakah alasan bagi kita untuk mencari air yang lain, seolah air hidup yang dari Yesus itu masih kurang? Bukankah kita—yang telah menerima air hidup dari Yesus—seharusnya yang memperkenalkan Yesus kepada mereka yang masih belum mengenal-Nya? Namun yang terjadi sekarang adalah sebaliknya: ada banyak umat Kristen, tak terkecuali umat Katolik, yang malah tertarik mengikuti kegiatan dan praktek New Age tersebut. Padahal Gereja Katolik sendiri telah memiliki tradisi meditasi Kristiani, Lectio Divina, meditasi peristiwa hidup Yesus dalam doa Rosario, doa ‘Yesus’…. Semua ini sudah begitu kaya dan dalam maknanya, tapi mengapa banyak orang Katolik yang mencari cara-cara meditasi yang asing dari tradisi hidup Kristiani?

Bacaan Injil hari ini, mestinya meneguhkan iman kita akan Yesus Sang Pembawa Air Hidup. Pontifical Council pun mengacu kepada Bacaan Injil hari ini untuk menjelaskan bagaimana seharusnya sikap kita sebagai murid Kristus: “Fakta bahwa kisah tersebut mengambil tempat di sumur, sangatlah penting. Yesus menawarkan wanita itu ‘mata air yang memancar sampai ke hidup yang kekal’ (ay. 14). Sikap ramah Yesus terhadap wanita itu adalah contoh untuk daya guna pastoral, dengan membantu sesama untuk menjadi jujur/ apa adanya, tanpa bersusah payah dalam proses yang penuh tantangan untuk menemukan dirinya sendiri (‘Ia [Yesus] mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat’, ay. 39). Pendekatan ini dapat menghasilkan panen besar berkenaan dengan orang-orang yang telah tertarik kepada sang pembawa-air (Aquarius) tetapi yang secara tulus masih mencari kebenaran. Mereka harus diundang untuk mendengarkan Yesus, yang menawarkan kepada kita bukan hanya sesuatu yang memuaskan dahaga kita hari ini, tetapi kedalaman ‘air hidup’ rohani yang tersembunyi…. Seseorang yang telah dirangkul oleh kebenaran, seketika didorong oleh rasa kebebasan yang benar-benar baru, secara khusus dari kesalahan/ kegagalan dan ketakutan di masa lalu, dan ‘seseorang yang berjuang keras mencapai pengenalan diri sendiri, seperti wanita di sumur itu, akan mempengaruhi orang-orang lain dengan hasrat untuk mengenal kebenaran yang dapat membebaskan mereka juga.’ Undangan untuk bertemu dengan Yesus Kristus Sang Pembawa air hidup, akan menjadi lebih kuat kalau dilakukan oleh seseorang yang telah secara jelas dan mendalam dipengaruhi oleh perjumpaannya sendiri dengan Yesus. Sebab [undangan itu] dibuat bukan oleh seseorang yang tidak hanya mendengar tentang Dia, tetapi oleh seseorang yang yakin ‘bahwa Ia benar-benar Juruselamat dunia’: (ay. 42). Itu adalah suatu hal membiarkan orang-orang menanggapi [undangan untuk bertemu Yesus] dengan cara mereka sendiri, dengan derap langkah mereka sendiri, dan membiarkan Allah menyelesaikan sisanya.” (Pontifical Council for Culture and for Interreligious Dialogue, Jesus Christ, The Bearer of the Water of Life, 5).

Pertanyaannya, sudahkah kita sungguh berjumpa dengan Yesus? Sudahkah kita yakin bahwa Ia adalah sungguh Penyelamat dunia? Sebab jika kita menjawab “ya”, tentu kita tidak perlu tertarik terhadap tawaran dunia tentang sang Aquarius yang hanya dapat “memberi air sementara”. Sebaliknya, seperti wanita di sumur itu, setelah berjumpa dengan Yesus, kita dapat membawa banyak orang untuk mengenal Yesus dan memperoleh air hidup. Namun jika kita menjawab “belum” atau “tak begitu yakin”, mungkin sudah saatnya, kita memohon ampun kepada Tuhan, sebab besar kemungkinan ini terjadi karena kelalaian kita yang menutup mata dan telinga hati kita terhadap Dia yang telah terus menerus mengetuk pintu hati kita dan menantikan jawaban kita. Mari memohon kepada Tuhan agar rahmat-Nya membuat kita dapat sungguh berjumpa dengan Kristus, dan kembali berjumpa dengan-Nya, agar kita tidak mudah berpaling daripada-Nya.

Sebab di tengah dunia sekarang ini, kita masih dihadapkan pada pilihan serupa: Mau percaya kepada Allah atau pilih bertegar hati seperti umat Israel di Masa dan Meriba? Mau percaya kepada Allah atau kepada Mamon? Mau pilih Kristus atau Aquarius? Semoga perjumpaan kita dengan Kristus dalam Ekaristi kudus hari ini, meneguhkan iman kita, sehingga kita pun dapat berkata, “Kami percaya… sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dia benar-benar Juruselamat dunia” (Yoh 4:42). Semoga iman akan Kristus mendorong kita untuk tekun berdoa. Sebab, “Tuhan adalah sumber air hidup yang mengalir tanpa henti di dalam hati orang-orang yang berdoa…” (St. Louis de Montfort)

“Tuhan Yesus, bantulah aku menjadi orang yang senantiasa berdoa, agar aku menikmati air hidup yang terus mengalir di dalam diriku. Engkaulah Tuhanku, Engkaulah Juruselamatku, kini dan selamanya. Amin.”

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Â