Inspirasi tentang Hari Minggu Kerahiman

Injil pada hari Minggu Paskah II

Bacaan Injil pada hari Minggu Paskah II menceritakan tindakan-tindakan luar biasa yang dilakukan Kristus Tuhan pada hari Kebangkitan, saat Ia menampakkan diri-Nya untuk pertama kali di muka umum: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada para penguasa Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersuka cita ketika mereka melihat Tuhan. Lalu kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:19-23).

Pesta Kerahiman pada hari Minggu Paskah II

Di dalam perwahyuan pribadi yang diterima oleh Santa Faustina, Yesus bersabda: “Aku mau supaya ada Pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari Minggu pertama sesudah Paska. Hari Minggu ini harus menjadi Pesta Kerahiman.” Permintaan ini disampaikan oleh Yesus kepada St. Faustina dari Polandia pada penampakan-Nya tanggal 22 Februari 1931. Permintaan Yesus ini baru terwujud pada tahun 2000, ketika Bapa Suci Yohanes Paulus II menetapkan Hari Minggu setelah Minggu Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Sejak saat itu Gereja universal secara resmi merayakan Pesta Kerahiman ilahi.

Dunia membutuhkan Kerahiman Ilahi

Paus Yohanes Paulus II, yang sering disebut Paus Kerahiman, pada homili tanggal 17 Agustus 2002 menyatakan bahwa dunia di saat ini sangat membutuhkan Kerahiman Ilahi. Dunia sedang menderita oleh konflik berkepanjangan, kematian bagi orang-orang yang tak bersalah, kebencian dan dendam merajalela, martabat manusia tidak dihargai, budaya kematian menggerogoti pengaruh budaya kehidupan. Semua itu tidak dapat dilepaskan dari kedosaan bangsa manusia. Manakala kuasa dosa telah begitu kuat mencengkeram umat manusia maka yang terjadi hanyalah penderitaan demi penderitaan. Kerahiman Ilahi dibutuhkan untuk menolong orang-orang yang menjadi korban dari keganasan kuasa dosa yang merasuk di hati banyak orang. Namun lebih dari itu semua kerahiman Ilahi amat dibutuhkan untuk mengubah pikiran dan hati manusia agar mengarahkan kembali orientasi hidupnya pada upaya menegakkan damai dan kasih di dalam kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerahiman Ilahi sungguh dibutuhkan mengubah suasana penghancuran menjadi suasana pendamaian serta kasih. Kerahiman Ilahi juga semakin dibutuhkan bagi manusia sebagai subyek yang menciptakan suasana kedosaan. Ketika bangsa manusia sudah tidak dapat menolong dirinya sendiri untuk keluar dari carut marut kehidupan yang penuh kedosaan, kerahiman Ilahi menjadi rahmat yang semakin dibutuhkan.

Apa arti Kerahiman Ilahi

Arti biblis dari “Kerahiman” : Dalam bahasa Latin – misericordia; Yunani: heleos; bahasa Inggris: mercy. Bahasa Indonesia berhasil mengungkap kembali makna aslinya dengan menerjemahkan “misericordia atau mercy menjadi “kerahiman”. Dalam bahasa Ibrani: belas kasih Ilahi disebut dengan istilah rahamim dan khesed, yaitu dua ungkapan yang dipakai untuk menyebut sifat kasih Allah. Kata “rahamim” ada kaitannya dengan kata “rehem” yang artinya “rahim atau kandungan”. Dengan demikian, rahamim (terj: kerahiman) adalah sifat kasih Allah yang serupa dengan sifat rahim seorang ibu. Seperti rahim yang “melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, membawa kemana-mana”, demikian pula kasih Allah terhadap umat manusia. Dengan kerahiman-Nya, Allah melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, membawa kemana-mana. Seperti janin tidak dapat hidup dan berkembang tanpa rahim ibu, demikian pula manusia tidak akan dapat hidup tanpa kasih kerahiman dari Allah. Kata lain untuk menyebut kerahiman adalah “belas kasih”.

Pesta kerahiman Ilahi mau menyadarkan manusia akan belas kasih Allah yang tak ada batasnya. Belas kasih Allah diperhitungkan di tengah fakta kebangkrutan moral dan rohani manusia. Seolah-olah tidak ada apapun dalam kehidupan kita yang dapat kita andalkan untuk mendapatkan pengampunan, keselamatan, dan pembaruan hidup dari Allah. Paulus menggambarkan status dan kondisi manusia sebagai kegelapan yang menyakitkan. Manusia ada dalam kondisi tidak selamat karena menjadi korban dari tirani kuasa dosa (hamartia), tirani kematian, dan tirani Hukum Taurat yang hanya mengandalkan keselamatan dari kekuatan manusia belaka. Tirani tersebut sudah ada dan menghantui manusia sejak kelahirannya di dunia. Yang terjadi memang sungguh demikian, bahkan orang yang sangat bermoral pun, pasti pernah melakukan kesalahan atau dosa. Kedosaan lama-kelamaan bisa menjadi habitus dan kematian suara hati serta moralitas manusia menjadi kemestian yang terjadi pelan-pelan. Di hadapan kekudusan Allah yang tanpa cacat dan tak kenal kompromi, semua orang dengan kualitas hidup moral-spiritual yang serba rapuh praktis sudah mati. Dalam surat kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa seluruh umat manusia hidup di bawah murka Allah.

Kerahiman Allah mengundang kita berperan serta

Dalam kondisi tanpa harapan itulah belas kasih atau kerahiman Allah mutlak dibutuhkan agar manusia dapat dipandang layak untuk menerima anugerah keselamatan. Belas kasih atau kerahiman Allah tidak menghina status apalagi mematikan potensi manusia. Kasih Allah tidak berdampak melumpuhkan daya juang moral-spiritual kita. Sebaliknya, Allah sangat mengasihi kita dan menginginkan kita menjadi gambar-Nya. Kerahiman Allah yang ditunjukkan secara tuntas dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus tidak mematikan daya rohani manusia tetapi justru membangkitkannya. Korban Kristus di kayu salib membangkitkan daya Ilahi yang dianugerahkan kepada kita masing-masing. Darah Kristus yang tertumpah di kayu salib membasuh kita yang bergelimang dalam dosa agar menjadi anak-anak Allah yang suci. Dengan demikian, karya penebusan Kristus bukan hanya memperbaiki kondisi obyektif dari dunia manusia, tetapi lebih-lebih mengubah manusia sebagai subyek keselamatan. Karya penebusan Kristus mengundang manusia untuk terlibat pada karya-Nya di dalam menyelamatkan dunia.

Oleh karena itu devosi kerahiman Ilahi mengajak semua umat beriman untuk menghayati ABC Kerahiman, yaitu:
A – Ask for His Mercy = Mohon Belas Kasih Allah : Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya dalam doa secara terus-menerus, menyesali dosa-dosa kita dan mohon kepada-Nya untuk mencurahkan belas kasih-Nya atas kita dan atas dunia.
B – Be Merciful = Berbelas Kasih kepada Sesama. Tuhan menghendaki kita menerima belas kasih-Nya dan membiarkan belas kasih Ilahi itu mengalir melalui kita kepada sesama. Tuhan menghendaki kita memperluas kasih serta pengampunan kepada sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita.
C – Completely Trust = Percaya Penuh kepada-Nya: Tuhan ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya tergantung pada besarnya kepercayaan kita. Semakin kita percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat yang kita terima.

Makna sinar putih dan merah dalam gambar Kerahiman Ilahi

Di dalam bacaan kedua (1Yoh 5:1-6) dikatakan: “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Patut dibaca pula ayat-ayat lanjutannya yang tidak dibaca dalam bacaan kedua : 7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. 8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. 9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

Darah dan air yang mengalir dari lambung Yesus oleh devosi Kerahiman Ilahi tertera pada gambar Yesus dengan sinar berwarna putih dan merah yang terpancar dari hati-Nya. Ada pemaknaan tertentu dari perlambang Air dan Darah. Air melambangkan karya Roh Kudus sedangkan Darah melambangkan karya Yesus. Roh Kudus membersihkan, menguduskan, memberi peneguhan. Yesus dengan darah-Nya memberi kehidupan. Kerahiman Allah dengan demikian memberi dampak pengudusan dan penghidupan bagi umat manusia. Demikian pula sakramen-sakramen gerejani membawa dampak pengudusan dan kehidupan baru bagi umat beriman.

Setelah dikuduskan dan diberi hidup ilahi, kita diundang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah

Kegiatan umat beriman yang diilhami oleh Kerahiman Ilahi adalah karya penyelamatan. Oleh karena itu umat beriman diundang untuk mewujudkan imannya lewat: menolong orang-orang yang menderita dalam berbagai bentuknya, mengajak orang untuk bertobat dan mengandalkan keselamatan pada Yesus. Doa-doa bagi kaum pendosa agar bertobat juga menjadi perhatian penting. Di dalam gambar kerahiman ada tulisan: Jesus, I trust in You yang artinya Yesus aku mengandalkan Engkau. Iman adalah mengandalkan dengan penuh pasrah pada kekuatan kasih Allah. Devosi Kerahiman Ilahi menekankan segi doa dan pelayanan untuk mewartakan bahwa Allah Maha Rahim. Dengan demikian tidak ada yang baru dari devosi ini. Berbagai praktek kesalehan Gerejani telah menekankan hal yang sama. Kebaharuan devosi ini ada pada pengalaman batin Santa Faustina yang mengarah pada ajakan mendesak bagi semua umat manusia untuk membangun pertobatan dan mengandalkan diri pada kerahiman Allah sebelum hari pengadilan tiba.

Hal- hal praktis sehubungan dengan devosi Kerahiman Ilahi

Hal-hal praktis tentang devosi kerahiman Ilahi: Devosi Kerahiman Ilahi menganjurkan para devosan untuk berdoa setiap jam tiga sore, untuk mengenang penderitaan Kristus di kayu salib sampai pada kematian-Nya. Selain itu juga ada doa koronka yang memakai rosario. Namun doa koronka bukanlah doa rosario dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan doa rosario. Butiran rantai rosario dipakai hanya sebagai penolong di dalam litani doa Kerahiman Ilahi yang merupakan pengulangan doa permohonan kepada Allah Bapa: “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.”

Hal-hal praktis berkaitan dengan Minggu Kerahiman:
INDULGENSI PENUH: Untuk menjamin bahwa umat beriman akan merayakan hari ini dengan setulus-tulusnya, Bapa Paus sendiri menetapkan agar hari Minggu ini diperkaya dengan indulgensi penuh. Indulgensi penuh diberikan dengan syarat-syarat seperti biasanya (menerima Sakramen Tobat, Sakramen Ekaristi dan berdoa bagi ujud Paus) kepada umat beriman yang, pada hari Minggu Paskah II, yaitu Minggu Kerahiman Ilahi, di gereja atau kapel mana pun juga, dengan jiwa yang bebas dari keterikatan pada dosa, termasuk dosa ringan; mengambil bagian dalam doa-doa dan devosi untuk memuliakan Kerahiman Ilahi, atau, di hadapan Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan atau tersimpan di dalam tabernakel; mendaraskan doa “Bapa kami” dan “Aku Percaya” (Credo), serta menambahkannya dengan suatu doa tulus kepada Tuhan Yesus yang Maharahim (misalnya, “Yesus yang Maharahim, Engkau Andalanku”);
INDULGENSI PARTIAL/SEBAGIAN diberikan kepada umat beriman yang, sekurang-kurangnya dengan hati bertobat, berdoa kepada Yesus yang Maharahim dengan mengucapkan suatu seruan yang disahkan secara resmi.
Selain itu, di dalam kesempatan Minggu Kerahiman ada kebiasaan untuk meminta berkat Imam untuk gambar Yesus Kerahiman.

Mempertemukan Bacaan Minggu Paskah II dengan Minggu Kerahiman

Peristiwa penampakan Yesus kepada para murid mempunyai aspek pembuktian bahwa Yesus sungguh bangkit dan Dia mengutus para murid untuk mewartakan pengampunan dosa yang disertai dengan hembusan Roh Kudus oleh Yesus. Demikian pula Kerahiman Ilahi mempunyai misi khusus untuk mewartakan kasih Allah yang bersedia mengampuni manusia tanpa batas. Peristiwa Paskah itu sendiri merupakan puncak dari manifestasi kerahiman Allah. Hembusan Roh Kudus memberi kehidupan baru, yaitu kehidupan yang dibangun atas dasar belas kasih atau kerahiman Allah dan mengarah kepada kehidupan abadi di sorga. Mengacu pada bacaan kedua, lambang air dan darah yang membawa pengudusan dan anugerah kehidupan bagi umat manusia merupakan tujuan dan karya penebusan Yesus. Kerahiman Allah menghendaki agar semua orang mencapai keselamatan. Praktek nyata dari kehidupan umat yang diselamatkan oleh Kasih kerahiman Allah adalah kehidupan bersama yang diwarnai oleh sikap saling mengasihi, saling berbagi, saling meneguhkan dan saling menyembuhkan seperti terjadi pada jemaat perdana, sebagaimana disampaikan di dalam bacaan pertama.

(Ditulis oleh Rm. A. Hari Kustono Pr.)

4.2 6 votes
Article Rating
8 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
pardohar
11 years ago

syalom tim katolisitas
saya ingin bertanya mengenai sifat Illahi, apakah dengan memperkatakan Firman Allah dalam kehidupan kita sehari-hari dapat membentuk karakter Illahi dalam diri kita?

Sering saya melihat orang sering memperkatakan Firman Allah, tetapi tidak menrefleksikan sifat Illahi dalam hidupnya.

Jadi apakah jenis ini termasuk dalam katagori munafik? Dan mengapa hal ini bisa terjadi ? Mohon penjelasannya.

terimakasih
Pardohar

Ingrid Listiati
Reply to  pardohar
11 years ago

Shalom Pardohar, Apakah maksud Anda dengan ‘memperkatakan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari’? Apakah maksudnya adalah sering mengutip atau mengatakan ayat-ayat Kitab Suci dalam percakapan sehari-hari? Tentang hal ini, Tuhan Yesus sudah sering mengingatkan kita, yaitu bahwa kita tidak boleh hanya rajin mengucap “Tuhan, Tuhan” tetapi agar kita rajin melaksanakan perintah-perintah dan kehendak-Nya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Nah, dalam devosi Kerahiman Ilahi, seperti disebutkan di atas, umat diajak untuk menghayati ABC Kerahiman, yaitu: 1) Ask for His Mercy: mohon belas kasihan Tuhan; 2) Be merciful: berbelas kasih kepada sesama; 3) Complety trust in Him: percaya… Read more »

Santosa Wijaya
Santosa Wijaya
12 years ago

Romo Hari Kustono terimakasih. Pertanyaan saya, Minggu kerahiman berdasar wahyu pribadi st Fustina? Mengapa wahyu pribadi bisa diterapkan untuk seluruh Gereja? Apa dasar pengambilan wahyu pribadi menjadi wahyu umum? Apakah jika kita tidak berdevosi pada kerahiman ilahi kita menentang ajaran Gereja? Demikian semoga berkenan memberi pencerahan.

Ingrid Listiati
Reply to  Santosa Wijaya
12 years ago

Shalom Santosa Wijaya, Nampaknya perlu diketahui bahwa devosi Kerahiman Ilahi memang diadakan atas dasar wahyu pribadi yang dialami oleh St. Maria Faustina Kowalska. Wahyu pribadi tersebut, walaupun sudah diakui otentik oleh Magisterium, namun tetaplah merupakan wahyu pribadi, dan tidak berubah statusnya menjadi wahyu umum. Sebab Wahyu umum/ publik yang termaktub dalam Kitab Suci sifatnya sudah definitif, dan tidak perlu disempurnakan atau ditambahkan oleh wahyu- wahyu pribadi. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian: KGK 66    “Tata penyelamatan Kristen sebagai suatu perjanjian yang baru dan definitif, tidak pernah akan lenyap, dan tidak perlu diharapkan suatu wahyu umum baru, sebelum kedatangan yang jaya Tuhan… Read more »

hari kustono
hari kustono
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Saya setuju dengan jawaban ibu Ingrid. Devosi kerahiman Ilahi hanya menyebarluaskan kerahiman Ilahi lewat doa-doa dan kerasulan. Hal yang sama sudah pula dilakukan oleh berbagai kelompok devosi, meskipun tidak secara spesifik diberi label kerahiman. Saya tambahkan lagi, doa-doa kerahiman dapat didoakan sendiri maupun bersama, oleh para devosan maupun bukan devosan. Sebagai contoh, saya pernah harus mendoakan koronka (yang waktu itu belum saya tahu, lalu harus pakai teks yang ada) bukan karena saya devosan kerahiman, tetapi yang orang yang saya doakan adalah devosan kerahiman. Dengan cara itu, saya merasa telah berbuat sesuatu untuk orang tersebut yang penuh semangat dalam devosi kerahiman,… Read more »

Santosa Wijaya
Santosa Wijaya
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Terima kasih bu Ingrid atas jawaban yang jelas. Saya suka jawaban ini, karena ada teman lingkungan tidak suka pada saya karena saya tidak perah mau dia ajak ke acara devosi kerahiman ilahi. Ternyata tidak wajib. Saya bisa jawab ke dia dengan dasar yang jelas. Shaloom, Santosa Wijaya.

[Dari Katolisitas: Memang tidak wajib, tetapi kalau dilakukan akan sangat berguna bagi pertumbuhan rohani kita. Mengapa? Karena dengan merenungkan kerahiman Allah, kita semakin menyadari akan betapa besarnya kasih Allah kepada kita dan semua umat manusia, yang dibuktikan dengan pengorbanan Kristus yang mencurahkan darah dan air dari dalam Hati Kudus-Nya demi menebus dosa-dosa kita].

Agust
Agust
12 years ago

Shallom Romo Hari, Ada yang ingin saya tanyakan mengenai Injil yang Romo kutip di atas (yang juga menjadi bacaan pada Pesta Kerahiman Ilahi/ hari Minggu Paskah II kemarin) dalam hubungannya dengan peristiwa Pentakosta. Sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:22-23). Jelas disini bahwa Yesus telah memberikan “Karunia Roh Kudus” kepada para muridnya (sebelum Ia naik ke surga) dengan cara “menghembusi mereka”. Lalu dalam Kis. 1:4-5 “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Agust
11 years ago

Shalom Agus F, Terima kasih atas pertanyaan yang bagus ini. Tentu saja, karena Roh Kudus-Nya satu dan sama, maka Roh Kudus yang dihembuskan oleh Yesus kepada para rasul (lih. Yoh 22:21-23) adalah Roh Kudus yang sama yang dicurahkan ke atas semua orang yang percaya (lih. Kis 2:1-4). Bedanya adalah pada kesempatan yang pertama (pada hari Minggu malam setelah Ia bangkit), Yesus mengaruniakan Roh Kudus-Nya hanya kepada para rasul untuk memberikan kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa (lih Yoh 20:22-23); sedangkan pada kesempatan kedua (di hari Pentakosta), Yesus mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada semua orang yang percaya agar dengan dipenuhi Roh Kudus,… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
8
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x