Hidup sesuai dengan pengakuan iman kita

[Hari Minggu Biasa ke XXIV: Yes 50:5-9; Mzm 116:1-9; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35]

St. Ignatius dari Loyola mengajarkan salah satu cara untuk merenungkan Kitab Suci. Yaitu, dengan menempatkan diri kita sebagai salah satu tokoh dalam kisah Kitab Suci yang sedang kita baca dan renungkan. Untuk Injil hari ini, kita dapat merenungkan, seandainya kita ada di antara bilangan para murid itu. Apa jawabku, ketika aku mendengar sendiri Tuhan Yesus bertanya kepadaku, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” (Mrk 8:29). Aku membayangkan tatapan mata-Nya yang penuh kasih menembus kedalaman jiwaku, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Dalam keheningan, jiwaku memandang-Nya, “O Tuhan, Engkaulah Tuhanku …”

Mungkin mudah bagi kita yang telah percaya kepada-Nya untuk menjawab, “Yesus, Engkau adalah Tuhanku!” Tetapi mungkin tidak semudah itu, pada saat pertanyaan itu dilontarkan pertama kalinya oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Sebab saat itu, Misteri Paska-Nya—sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga—belum terjadi. Para murid belum diyakinkan oleh kebangkitan Yesus dari mati yang menunjukkan ke-Allahan-Nya. Oleh karena itu, pengakuan Rasul Petrus, “Engkau adalah Mesias”, adalah pengakuan iman yang luar biasa. Sebab dengan pernyataannya itu, Rasul Petrus telah mengakui imannya akan Yesus sebagai Yang diurapi Allah, Sang Raja Penyelamat yang telah dinubuatkan oleh para nabi (lih. Dan 9:25-26; Mzm 2:2), dan sebagai Anak Allah sendiri… Di atas Rasul Petrus dan pengakuan iman Petrus inilah, Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya (lih. Mat 16:18-19). Kita pantas berterima kasih kepada Rasul Petrus, karena ia telah menunjukkan kepada kita pengakuan iman yang benar akan Kristus.

Namun Kristus tidak menghendaki pengakuan iman ini hanya sekedar ucapan yang keluar dari mulut. Sebab iman yang sejati tidak hanya menyangkut penghayatan dalam hati, tetapi juga perwujudannya dalam perbuatan (lih. Yak 2:14,18). Karena itu, Yesus mengundang para murid-Nya untuk menerima kenyataan yang lain sehubungan dengan diri-Nya sebagai Mesias; yaitu sebagai Mesias, Tuhan Yesus memilih jalan penderitaan dan salib, untuk mencapai kemuliaan-Nya (lih. Mrk 8:31). Dan Ia mengundang para murid-Nya untuk menempuh jalan yang sama. “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mrk 8:34). Sudahkah kita menyangkal diri dan memikul salib kehidupan kita dengan hati yang lapang? Sebab menjadi murid Kristus tidak identik dengan bebasnya kita dari permasalahan hidup dan tanggung jawab sesuai dengan panggilan hidup kita masing-masing. Dalam menjalani panggilan hidup kita, Tuhan menghendaki agar kita belajar menyangkal diri atau berkurban demi kasih. Kita pun dipanggil agar rela menanggung penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Sebab melalui semuanya itu, Tuhan memurnikan kita dari rasa cinta diri yang berlebihan, dan dari dosa-dosa kita di masa lalu. Oleh karena itu, pergumulan dalam hidup justru adalah kesempatan bagi kita untuk bertumbuh dalam doa dan penyangkalan diri. Orang yang tak mau belajar berkurban dan menyangkal diri, malah sebenarnya menjauh dari Tuhan Yesus. Ia pun semakin menjauh dari kebahagiaan, karena kebahagiaan sejati selalu berhubungan dengan kasih yang rela berkurban.

Kalau kita sering merasa lelah di akhir hari, dan lebih sering mengeluh ketimbang bersyukur, mungkin sudah saatnya kita jujur kepada diri sendiri. Sebab itu suatu pertanda kita belum hidup sesuai dengan pengakuan iman kita akan Yesus sebagai Mesias, Tuhan kita. Sebab semua kesulitan itu sesungguhnya adalah kesempatan untuk menguduskan kita, sehingga kita pantas bersyukur karenanya. Yesus sendiri telah memilih jalan yang sungguh sulit untuk menguduskan kita, dan kitapun diundang untuk mengambil bagian di dalam jalan kekudusan itu. Yaitu dengan mengikuti teladan-Nya, untuk memberikan diri sampai akhir dengan sukacita. Artinya, mengasihi Tuhan dan sesama, tidak saja dengan perkataan, tetapi terlebih dengan perbuatan, walaupun itu melibatkan perjuangan dan pengorbanan. Melalui teladan Kristus, kita ketahui bahwa kesempurnaan kasih tidak diperoleh dengan cara yang mudah, namun dengan cara yang cukup melelahkan. Seringkali juga melibatkan keringat dan air mata. Tetapi melalui semuanya itu, Tuhan menghantar kita untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya dan mengalami kebahagiaan yang sejati.

“Tuhan Yesus, aku mau mengikuti Engkau. Bantulah aku memikul salib kehidupanku dengan hati yang murni. Terimalah diriku apa adanya, dengan segala kekuranganku dan kelemahanku. Tetapi buatlah aku menjadi seperti yang Kau kehendaki, seperti yang Kau lakukan terhadap Santo Petrus, Rasul-Mu. Bantulah aku hidup seturut pengakuan imanku, bahwa Engkaulah Allah Penyelamatku yang telah menyerahkan nyawa-Mu bagiku! Supaya dengan demikian, tiap-tiap hari aku pun belajar mengasihi seperti Engkau telah mengasihi aku. Amin.”

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Â