Buat apa susah…. susah itu tak ada gunanya!

[Hari Minggu Paskah ke V: Kis 6:1-7; Mzm 33: 1-22; 1Ptr 2: 4-9; Yoh 14:1-12]

….Buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya…”  Ini lirik lagu masa kecil, yang tadinya kupikir tidak ada kaitannya dengan pesan Injil. Tapi ternyata ajakan untuk tidak susah dan gelisah, menjadi salah satu pesan bacaan Kitab Suci hari ini. Mungkin Tuhan tahu bahwa manusia pada dasarnya mudah gelisah, maka kerap kali Ia mengingatkan kita, bahwa kita tidak perlu resah sebab Ia setia mendampingi kita. Walau mata jasmani kita tidak melihat Dia, namun Allah tidak jauh dengan kita. Allah menghendaki agar kita mengingat besarnya cinta-Nya yang selalu memelihara dan menyertai kita (lih. Mzm 33: 19-22). Jika kita mengingat kasih Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita, bukankah kita memiliki alasan untuk tidak gelisah?

Tetapi nampaknya, bukan hanya kita di zaman sekarang yang mudah gelisah, bahkan para Rasul-pun juga pernah mengalami kegelisahan hati. Ini kita ketahui dari pembicaraan Tuhan Yesus dan para Rasul, ketika sebelumnya Yesus mengatakan bahwa Ia akan pergi ke suatu tempat di mana mereka belum bisa mengikuti-Nya saat itu. Ketika Rasul Petrus berkata ia mau mengikuti Yesus, dan bahkan akan menyerahkan nyawanya untuk mengikuti Dia, Yesus malah memperingatkan Petrus bahwa ia akan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali (lih. Yoh 13:38). Hal ini membuat para Rasul yang lain menjadi gelisah: ke manakah Tuhan Yesus akan pergi meninggalkan mereka? Mengapa mereka tidak bisa ikut saat itu? Bahkan Petrus pemimpin para Rasul itupun tidak? Namun Yesus mengetahui kegalauan hati mereka. Jawaban Tuhan Yesus selanjutnya, menjadi juga jawaban bagi kita, setiap kali kita merasa gelisah seperti para Rasul itu. Yesus berkata, “Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku…. Aku telah menyediakan tempat bagi-mu dan Aku akan membawa kamu ke tempat-Ku supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:1-3) Setelah wafat dan kebangkitan Kristus, tentu para Rasul memaknai kebenaran perkataan Yesus ini dengan pemahaman yang baru. Sebab jika terhadap kematian, yaitu permasalahan yang dianggap terbesar dan tak ter-elakkan bagi manusia saja Tuhan Yesus mempunyai jalan keluarnya, apalagi terhadap berbagai permasalahan lainnya di dunia ini yang tidak sebesar itu. Tentu dengan kasih penyertaan-Nya, Tuhan Yesus akan mendampingi kita untuk menghadapinya. Maka, kita tidak perlu gelisah, sebab kita mengetahui bahwa tiada hal yang mustahil bagi Allah.

Dengan kebangkitan-Nya dari kematian, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Sang Hidup yang mengatasi segala kegelapan dan maut. Ia memberikan hidup-Nya kepada kita, agar kita tidak gelisah dalam menjalani kehidupan ini, betapapun gelap lorong yang harus kita lalui, atau betapapun pelik masalah yang kita hadapi. Rasul Petrus berkata dalam suratnya, bahwa Kristus “telah memanggil kamu keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang menakjubkan” (1Pet 2:9). Ya, ke dalam terang kehidupan-Nya itulah Kristus telah memanggil kita, dan Ia telah membukakan jalannya. Bersama Yesus kita menjalani kehidupan ini, termasuk jatuh bangunnya, untuk mengatasi berbagai masalah dan kelemahan kita. Sebab kita memiliki pengharapan yang teguh, yaitu bahwa jika kita percaya dan setia menjalani perjalanan hidup kita di dunia ini bersama Tuhan Yesus, maka Ia akan membawa kita kepada tujuan akhir kita, di mana Ia berada dalam kesatuan dengan Allah Bapa. Di sanalah kita dapat memperoleh makna yang terdalam akan perkataan Tuhan Yesus, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9).

Sementara menantikan saat yang membahagiakan itu, mari kita melakukan pekerjaan- pekerjaan kita dengan sepenuh hati. Biarlah melalui pekerjaan kita sehari-hari, kita “memaklumkan perbuatan-perbuatan agung Allah” (1 Pet 2:9).

Tuhan Yesus, aku bersyukur untuk besarnya kuat kuasa kasih-Mu yang mengalahkan maut. Bantulah aku, untuk selalu mengandalkan Engkau dalam kehidupanku. Dengan mata hati tertuju kepada-Mu, biarlah hatiku tidak lekas gelisah dan susah, sebab Engkau selalu menyertaiku dan akan membuka jalan bagiku sampai kelak aku kembali kepada-Mu di  tempat yang Engkau sediakan bagiku. Amin.

5 1 vote
Article Rating
19/12/2018
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x