Bersyukurlah, ada Api Penyucian!

Percaya atau tidak, Api Penyucian itu ada

Sewaktu saya tinggal di Filipina, saya pernah menonton sebuah talk-show dari saluran EWTN (Eternal Word Television Network), yang topiknya adalah Api Penyucian. Saya masih ingat, waktu itu pembicaranya yang bernama Mother Angelica, menerima pertanyaan dari pemirsa, yang rupanya tidak percaya akan adanya Api Penyucian, karena tidak ada kata “Api Penyucian” disebut di dalam Alkitab. Mother Angelica menjawab bahwa, memang kata “Api Penyucian” tidak secara eksplisit tercantum di dalam Alkitab, seperti juga kata ‘Trinitas’, atau ‘Inkarnasi’, namun kita percaya akan maksud dari kata-kata tersebut. Yang terpenting adalah ajarannya, bukan istilahnya. Dengan senyumnya yang khas Mother Angelica berkata dengan bijak, “Although you do not believe it, dear, it does not mean that it does not exist.” (Meskipun kamu tidak percaya, itu tidak berarti Api Penyucian tidak ada).

Apa itu Api Penyucian

Api Penyucian atau ‘purgatorium’ adalah ‘tempat’/ proses kita disucikan. Catatan: ‘Disucikan’ bukan ‘dicuci’, oleh sebab itu disebut Api Penyucian (bukan Api Pencucian). Gereja Katolik mengajarkan hal ini di dalam Katekismus Gereja Katolik # 1030-1032, yang dapat disarikan sebagai berikut:

1) Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian.

2) Pemurnian di dalam Api Penyucian adalah sangat berlainan dengan siksa neraka.

3) Kita dapat membantu jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian dengan doa-doa kita, terutama dengan mempersembahkan ujud Misa Kudus bagi mereka.

Api Penyucian ada karena keadilan Allah: Dosa selalu membawa konsekuensi

Ada orang-orang yang berpikir bahwa jika Allah mengampuni, maka tidak ada lagi yang harus dipikirkan mengenai ‘akibat dosa’ sebagai konsekuensinya. Namun kenyataannya, hampir seluruh bagian Kitab Suci menceriterakan sebaliknya. Selalu saja ada konsekuensi yang ditanggung oleh manusia, jika ia berdosa terhadap Allah, meskipun Allah telah memberikan pengampunan. Kita melihat hal demikian, misalnya, pada Adam dan Hawa, setelah diampuni dosanya, diusir dari taman Eden (Kej 3:23-24). Raja Daud yang diampuni oleh Allah atas dosanya berzinah dengan Betsheba dan membunuh Uria, tetap dihukum oleh Tuhan dengan kematian anaknya (lihat 2 Sam 12:13-14). Nabi Musa dan Harun yang berdosa karena tidak percaya dan tidak menghormati Tuhan di hadapan umat Israel akhirnya tidak dapat masuk ke tanah terjanji (Bil 20:12). Nabi Zakharia, yang tidak percaya akan berita malaikat Gabriel, menjadi bisu (Luk 1:20). Dan masih banyak contoh lain, yang menunjukkan bahwa, selalu ada konsekuensi dari perbuatan kita.

Keponakan saya yang berumur 4 1/2 tahun mempunyai ‘problem’ kebiasaan (maaf) ‘pipis dan pupu’ di celana, dan tampaknya sering dilakukannya dengan sengaja. Sampai akhirnya sepupu saya mendidiknya demikian: setelah celananya kotor, keponakan saya itu disuruh mencuci sendiri celananya. Dengan hukuman ini, maka ia belajar bertanggung jawab, agar kelak ia tidak mengulangi perbuatan itu. Jika kita yang manusia saja mendidik anak-anak dengan mengajarkan adanya ‘konsekuensi’ demi kebaikan mereka, maka Allah yang jauh lebih bijaksana, juga mendidik kita dengan cara demikian, namun tentu saja dengan derajat keadilan yang sempurna. Sebab pada akhirnya, yang diinginkan Allah adalah kita menjadi benar-benar kudus, sehingga siap untuk bersatu dengan Dia yang Kudus di surga. Kekudusan ini harus menjadi milik jiwa kita sendiri dan bukan seolah-olah kita hanya ‘diselubungi’ oleh kekudusan Kristus, padahal di balik selubung itu jiwa kita masih penuh dosa. Allah menginginkan kita agar kita menjadi kudus dan sempurna (lih. Im 19:2; Mat 5:48). Maka, jika kita belum sepenuhnya kudus, pada saat kita meninggal, kita masih harus disucikan terlebih dahulu di Api Penyucian, sebelum dapat bersatu dengan Tuhan di surga. Pengingkaran akan adanya Api Penyucian sama dengan pengingkaran akan keadilan Tuhan. Padahal Keadilan –sama seperti Kasih dan Kesetiaan- adalah hakekat Tuhan, yang tidak dapat disangkal oleh Tuhan sendiri (lih. 2 Tim 2:13).

Api Penyucian ada karena keadilan Allah: Ada perbedaan antara dosa berat dan dosa ringan

Selain masalah konsekuensi dosa, ada pula pengertian dasar mengenai dosa berat dan dosa ringan yang penting kita ketahui untuk memahami pengajaran mengenai Api Penyucian ini. Ada orang berpendapat bahwa semua dosa sama saja, namun Alkitab tidak mengatakan demikian. Pembedaan dosa berat dan dosa ringan disebutkan di dalam surat Rasul Yohanes. Dosa ringan dikatakan sebagai dosa yang tidak mendatangkan maut, sedangkan dosa berat, yang mendatangkan maut (1 Yoh 5: 16-17). Rasul Yakobus juga membedakan kedua jenis dosa; dengan membedakan dosa yang awal dan dosa yang matang (Yak 1:14-15). Untuk pembahasan lengkap tentang dosa berat dan dosa ringan, silakan membaca artikel ini (silakan klik).

Konsekuensi dari pengajaran ini adalah jika kita meninggal dalam keadaan sempurna dalam rahmat Allah, maka kita dapat langsung masuk surga. Namun, jika kita meninggal dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat, maka kita masuk neraka. Jika kita dalam keadaan di tengah-tengah: meninggal dalam rahmat, namun masih mempunyai dosa ringan atau masih menanggung konsekuensi dari dosa-dosa yang sudah diampuni, maka kita masuk ke ‘tempat’ yang lain, yaitu, Api Penyucian.

Api penyucian ada karena keadilan Allah: Kita diselamatkan bukan hanya karena iman saja, tetapi oleh kasih karunia Allah, yang harus diwujudkan dalam perbuatan kasih.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia Allah oleh iman (lih. Ef 2:8, Tit 2:11; 3:7). Dan iman ini harus dinyatakan dan disertai dengan perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka iman kita itu mati (lih. Yak 2:17, 24, 26). Perbuatan kasih yang didasari iman inilah yang menjadi ukuran pada hari Penghakiman, apakah kasih kita sudah sempurna sehingga kita dapat masuk surga atau sebaliknya, ke neraka. Ataukah karena kasih kita belum sempurna, maka kita perlu disempurnakan dahulu di dalam suatu tempat/ kondisi yang ketiga, yaitu yang kita kenal sebagai Api Penyucian.

Sedangkan pada saat kita masih hidup, perbuatan kasih ini dapat dinyatakan dalam bentuk tindakan langsung, kata-kata atau dengan doa. Doa syafaat yang dipanjatkan dapat dinyatakan dengan mendoakan sesama yang masih hidup di dunia, maupun mendoakan mereka yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, maka Gereja Katolik mengajarkan akan adanya Api Penyucian, dan bahwa kita boleh, atau bahkan harus mendoakan jiwa-jiwa yang masih berada di dalamnya, agar mereka dapat segera masuk dalam kebahagiaan surgawi.

Dasar dari Kitab Suci

Keberadaaan Api Penyucian bersumber dari ajaran Kitab Suci, yaitu dalam beberapa ayat berikut ini:

1. “Tidak akan masuk ke dalamnya [surga] sesuatu yang najis” (Why 21:27) sebab Allah adalah kudus, dan kita semua dipanggil kepada kekudusan yang sama (Mat 5:48; 1 Pet 1:15-16). Sebab tanpa kekudusan tak seorangpun dapat melihat Allah (Ibr 12:14). Melihat bahwa memang tidak mungkin orang yang ‘setengah kudus’ langsung masuk surga, maka sungguh patut kita syukuri, bahwa Allah memberikan kesempatan pemurnian di dalam Api Penyucian.

2. Keberadaan Api Penyucian diungkapkan oleh Yesus secara tidak langsung pada saat Ia mengajarkan tentang dosa yang menentang Roh Kudus, “…tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” (Mat 12:32) Di sini Yesus mengajarkan bahwa ada dosa yang dapat diampuni pada kehidupan yang akan datang. Padahal kita tahu bahwa di neraka, dosa tidak dapat diampuni, sedangkan di surga tidak ada dosa yang perlu diampuni. Maka pengampunan dosa yang ada setelah kematian terjadi di Api Penyucian, walaupun Yesus tidak menyebutkan secara eksplisit istilah ‘Api Penyucian’ ini.

3. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pada akhirnya segala pekerjaan kita akan diuji oleh Tuhan. “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1 Kor 3:15) Api ini tidak mungkin merupakan api neraka, sebab dari api neraka tidak ada yang dapat diselamatkan. Api ini juga bukan surga, sebab di surga tidak ada yang ‘menderita kerugian’. Sehingga ‘api’ di sini menunjukkan adanya kondisi tengah-tengah, di mana jiwa-jiwa mengalami kerugian sementara untuk mencapai surga.

4. Rasul Petrus juga mengajarkan bahwa pada akhir hidup kita, iman kita akan diuji, “…untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan… pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Pet 1:7). Rasul Petrus juga mengajarkan,

“Kristus telah mati untuk kita … Ia, yang yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan oleh Roh, dan di dalam Roh itu pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada di dalam penjara, yaitu roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah…” (1 Pet 3: 18-20). Roh-roh yang ada di dalam penjara ini adalah jiwa-jiwa yang masih terbelenggu di dalam ‘tempat’ sementara, yang juga dikenal dengan nama ‘limbo of the fathers’ (‘limbo of the just‘). Selanjutnya Rasul Petrus juga mengatakan bahwa “Injil diberitakan juga kepada orang-orang mati supaya oleh roh, mereka dapat hidup menurut kehendak Allah” (1 Ptr 4:6). Di sini Rasul Petrus mengajarkan adanya tempat ketiga selain surga dan neraka, yaitu yang kini disebut sebagai Api Penyucian.

5. Kitab 2 Makabe 12: 38-45 adalah yang paling jelas menceritakan dasar pengajaran mengenai Api Penyucian ini. Ketika Yudas Makabe dan anak buahnya hendak menguburkan jenazah pasukan yang gugur di pertempuran, mereka menemukan adanya jimat dan berhala kota Yamnia pada tiap jenazah itu. Maka Yudas mengumpulkan uang untuk dikirimkan ke Yerusalem, untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Perbuatan ini dipuji sebagai “perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan” (ay.43); sebab perbuatan ini didasari oleh pengharapan akan kebangkitan orang-orang mati. Korban penebus salah ini ditujukan agar mereka yang sudah mati itu dilepaskan dari dosa mereka (ay. 45).
Memang saudara-saudari kita yang Kristen non-Katolik tidak mengakui adanya Kitab Makabe ini, namun ini tidak mengubah tiga kenyataan penting: Pertama, bahwa penghapusan Kitab Makabe ini sejalan dengan doktrin Protestan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya diperoleh dengan iman saja atau “Sola Fide, Salvation by faith alone”, walaupun Alkitab tidak menyatakan hal itu. Sebab kata ‘faith alone’/ ‘hanya iman’ yang ada di Alkitab malah menyebutkan sebaliknya, yaitu “…bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”/ not by faith alone (Yak 2:24). Maka, berdoa bagi orang meninggal yang termasuk sebagai perbuatan kasih, menurut Luther tidak mempengaruhi keselamatan, sedangkan menurut Gereja Katolik itu merupakan hal yang mulia, yang jika dilakukan di dalam iman, akan membawa kita dan orang-orang yang kita doakan kepada keselamatan oleh karena kasih karunia Tuhan Yesus.
Kedua, tradisi berdoa bagi jiwa orang-orang yang sudah meninggal merupakan tradisi Yahudi, yang dimulai pada abad ke-1 sebelum Masehi, sampai sekarang. Maka, tradisi ini juga bukan tradisi yang asing bagi Yesus. Ketiga, Kitab Makabe ini bukan rekayasa Gereja Katolik, sebab menurut sejarah, kitab ini sudah selesai ditulis antara tahun 104-63 sebelum masehi. Karena itu kita dapat meyakini keaslian isi ajarannya. Lebih lanjut tentang hal ini, silakan klik di sini.

6. Rasul Paulus mendoakan sahabatnya Onesiforus yang rajin mengunjunginya sewaktu ia dipenjara, agar Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada sahabatnya itu ‘pada hari penghakiman’ (lihat 2 Tim 1:16-18). Rasul Paulus berdoa agar Tuhan berbelas kasihan kepada jiwa sahabatnya itu pada saat kematiannya.[1] Hal ini tentu tidak masuk akal jika doa yang dipanjatkan untuk orang yang meninggal tidak ada gunanya. Sebaliknya, ini merupakan contoh bahwa doa-doa berguna bagi orang-orang yang hidup dan yang mati. Tradisi para rasul mengajarkan demikian. Selanjutnya tentang Onesiforus (bahwa ia sudah wafat) sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

Selanjutnya, keberadaan Api Penyucian berkaitan dengan Gereja Katolik tentang dua macam ‘hari penghakiman’.[2] Yang pertama, ‘particular judgment’ (pengadilan khusus), yaitu sesaat setelah kita meninggal, saat kita masing-masing diadili secara pribadi oleh Yesus Kristus; dan kedua adalah ‘general/ last judgment’ (pengadilan umum/ terakhir), yaitu pada akhir zaman, saat kita diadili oleh Yesus Kristus di hadapan semua manusia:

1. Segera setelah kita meninggal, kita akan diadili, dan ini dikenal sebagai ‘pengadilan khusus’. “…manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9:27) Kisah orang kaya dan Lazarus juga menggambarkan akibat penghakiman yang diadakan segera setelah kematian (Luk 16:19-31). Setelah diadili secara pribadi, jiwa-jiwa ditentukan untuk masuk Surga, Api Penyucian atau Neraka sesuai dengan perbuatan manusia tersebut. Jika kita didapati oleh Tuhan dalam keadaan kudus, maka jiwa kita dapat segera masuk surga. Jika belum sepenuhnya kudus, karena masih ada faktor ‘cinta diri’ yang menghalangi persatuan sepenuhnya dengan Tuhan, maupun masih ada akibat dosa yang harus kita tanggung, maka jiwa kita disucikan dulu di Api Penyucian. Jika kita didapati oleh Tuhan dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat maka keadaan ini membawa jiwa kita ke neraka.

2. Pada akhir jaman, setelah kebangkitan badan, kita (jiwa dan badan) akan diadili dalam Pengadilan Umum/ Terakhir. Pada saat inilah segala perbuatan baik dan jahat dipermaklumkan di hadapan semua mahluk, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak diketahui dan diumumkan”(Luk 8: 17). Pada saat itu, seluruh bangsa akan dikumpulkan di hadapan tahta Kristus, dan Dia akan mengadili semua orang: yang baik akan dipisahkan dengan yang jahat seperti memisahkan domba dan kambing (lih. Mat 25: 32-33). Hasil Pengadilan itu akan membawa penghargaan ataupun penghukuman, bagi jiwa dan badan. Tubuh dan jiwa manusia bersatu di Surga, apabila ia memang layak menerima ‘penghargaan’ tersebut; inilah yang disebut sebagai kebahagiaan sempurna dan kekal di dalam Tuhan. Atau sebaliknya, tubuh dan jiwa manusia masuk ke neraka, jika keadilan Tuhan menentukan demikian, sesuai dengan perbuatan manusia itu sendiri; inilah yang disebut sebagai siksa kekal.

Setelah akhir jaman, yang ada tinggal Surga dan Neraka, tidak ada lagi Api Penyucian, sebab semua yang ada di dalam Api Penyucian akan beralih ke Surga.

Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja dan Tradisi Suci Gereja

1. Tertullian (160-220), mengajarkan agar para istri mendoakan suaminya yang meninggal dan mendoakannya dengan Misa Kudus, setiap memperingati hari wafat suaminya.[3]

2. St. Cyril dari Yerusalem (315-386) mengajarkan agar kita mempersembahkan permohonan bagi orang-orang yang telah meninggal, dan mempersembahkan kurban Kristus [dalam Misa Kudus] yang menghapus dosa-dosa kita dan mohon belas kasihan Allah kepada mereka dan kita sendiri.[4]

3. St. Yohanes Krisostomus (347-407) mengajarkan agar kita rajin mendoakan jiwa sesama yang sudah meninggal.”Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh Bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka.[5]

4. St. Agustinus (354-430) mengajarkan, bahwa hukuman sementara sebagai konsekuensi dari dosa, telah dialami oleh sebagian orang selama masih hidup di dunia ini, namun bagi sebagian orang yang lain, dialami di masa hidup maupun di hidup yang akan datang; namun semua itu dialami sebelum Penghakiman Terakhir. Namun, yang mengalami hukuman sementara setelah kematian, tidak akan mengalami hukuman abadi setelah Penghakiman terakhir tersebut.[6]

5. St. Gregorius Agung (540-604),“Kita harus percaya bahwa sebelum Pengadilan [Terakhir] masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, [sedangkan dosa] yang lain di dunia lain.”[7]

6. Konsili Firenze (1439) dan Trente (1563), menjabarkan doktrin tentang Api Penyucian ini.[8] Konsili Firenze menyebutkan, “Dan jika mereka bertobat dan meninggal dalam kasih Tuhan sebelum melunasi penitensi dosa mereka…, jiwa mereka dimurnikan setelah kematian dalam Api Penyucian. Untuk membebaskan mereka, tindakan-tindakan silih (suffragia) dari para beriman yang masih hidup dapat membantu mereka, yaitu: Kurban Misa, doa-doa, derma, dan perbuatan kudus lainnya yang diberikan untuk umat beriman yang lain, sesuai dengan praktek Gereja. Hal demikian dinyatakan kembali dalam Konsili Trente, yang menegaskan keberadaan Api Penyucian, perlunya tindakan-tindakan silih (suffragia) dari para beriman untuk mendoakan jiwa-jiwa yang ada di dalamnya, terutama dengan Misa Kudus.

Terlihat di sini bahwa pengajaran tentang Api Penyucian bukanlah ‘karangan’ manusia, melainkan berdasar pada Kitab Suci dan diturun temurunkan dengan setia oleh Gereja. Jika kita manusia harus memilih, tentu lebih ‘enak’ jika tidak ada konsekuensi yang harus kita bayar. Misalnya, pada anggapan: ‘Pokoknya sudah beriman pasti langsung masuk surga. Sekali selamat, pasti selamat.’ Gereja Katolik, yang setia pada pengajaran para rasul, tidak mengajarkan demikian. Walau kita telah menerima rahmat keselamatan melalui Pembaptisan, kita harus menjaga rahmat itu dengan setia menjalani segala perintah Tuhan sampai akhir hidup kita. Jika kenyataannya kita belum sempurna, namun kita sudah ‘keburu’ dipanggil Tuhan, maka ada kesempatan bagi kita untuk disucikan di Api Penyucian, sebelum kita dapat masuk ke surga. Bukankah kita perlu bersyukur untuk hal ini? Sebab jika tidak ada Api Penyucian, betapa sedikitnya orang yang dapat masuk surga!

Jadi, ingatlah ketiga hal ini tentang Api Penyucian

  1. Hanya orang yang belum sempurna dalam rahmat yang dapat masuk ke dalam Api Penyucian. Api Penyucian bukan merupakan kesempatan kedua bagi mereka yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat dari dosa berat.
  2. Api Penyucian ada untuk memurnikan dan memperbaiki. Akibat dari dosa dibersihkan, dan hukuman/ konsekuensi dosa ‘dilunasi’.
  3. Api Penyucian itu hanya sementara. Setelah disucikan di sini, jiwa-jiwa dapat masuk surga. Semua yang masuk Api Penyucian ini akan masuk surga. Api Penyucian tidak ada lagi pada akhir jaman, sebab setelah itu yang ada hanya tinggal Surga dan neraka.

Jangan ragu mendoakan jiwa-jiwa yang ada di dalam Api Penyucian

Ayah saya meninggal pada tahun 2003 yang lalu. Saya selalu mengenangnya, terutama akan segala teladan iman dan kasihnya semasa hidupnya. Saya bersyukur bahwa sebelum wafatnya, ia sempat menerima sakramen Pengurapan orang sakit dan menerima Komuni Suci. Sejak saat meninggalnya sampai sekarang, saya mengingatnya dalam doa-doa saya setiap hari, saat saya mengikuti Misa kudus, dan secara khusus saya mempersembahkan ujud Misa baginya, yaitu pada saat memperingati hari wafatnya, hari arwah, dan hari ulang tahunnya. Saya percaya, bahwa sebagai sesama anggota Tubuh Kristus,  tidak ada yang dapat memisahkan kami, sebab kami dipersatukan di dalam kasih Kristus. Tentu saya berharap agar jiwa ayah saya sudah dibebaskan dari Api Penyucian, dan dengan demikian, Tuhan dapat mengarahkan doa saya untuk menolong jiwa- jiwa yang lain.

Dengan mendoakan mereka yang sudah meninggal, saya diingatkan bahwa suatu saat akan tiba bagi saya sendiri untuk dipanggil Tuhan. Dan saat itu sayapun membutuhkan doa-doa dari saudara/i seiman. Semoga mereka yang telah saya doakan juga akan mendoakan jiwa saya, jika tiba saatnya nanti. Demikianlah, indahnya kesatuan kasih antara umat beriman. Kita saling mendoakan, bukan karena menganggap kuasa Tuhan kurang ‘ampuh’ untuk membawa kita kepada keselamatan. Melainkan karena kita menjalankan perintah-Nya, yaitu agar kita saling mendoakan dan saling menanggung beban, untuk memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2); dan dengan demikian kita mengambil bagian dalam karya keselamatan Tuhan. Sebab di dalam Kristus, kita semua memiliki pengharapan akan kasih Tuhan yang mengatasi segala sesuatu. Maka kita dapat berkata bersama Rasul Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38-39).


[1] Dom Bernard Orchard MA, A Catholic Commentary on Holy Scripture, general editor, (Thomas Nelson and Sons, New York, 1953), p. 1148, ayat ini menunjuk kepada kematian Onesiforus.

[2] Spirago-Clarke, The Catechism Explained, an Exhaustive Explanation of the Catholic Religion, TAN Books and Publishers, Inc.,1921, reprint 1993, p. 256, 270.

[3] Tertullian, “On Monogamy”, Chap 10, seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers (Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, original print by Herder and Herder, 1966) p. 457.

[4] Lihat St. Cyril dari Yerusalem, Catecheses, 23:10, seperti dikutip oleh John R. Willis, Ibid., p. 418.

[5] St. Yohanes Krisostomus, Homili 1 Kor 4:1,5, seperti dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik 1032.

[6] Lihat St. Agustinus, The City of God, Bk 21, Chap. 13, seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, Ibid., p. 456-457.

[7] St. Gregorius Agung, Dial 4, 39, seperti dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik 1031.

[8] J. Neuner, SJ- J. Dupuis, SJ, The Christian Faith in the Doctrinal Documents of the Catholic Church, (Theological Publications in India, Bangalore, 7th revised and enlarged edition, 2001), p. 1020-1021.

 

4.3 12 votes
Article Rating
183 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
odading
10 years ago

Di sebuah ForDis Katolik saya mengajukan bbrp pertanyaan, dan saya disodorkan link ini. Pertanyaan-nya adalah : 1. Apakah “durasi” (T) selama di purgatori itu pada awalnya fix/tetap bagi semua jiwa yg masuk kesana ? (T = fixed) 2. Durasi ini menjadi “fleksibel” tergantung dari doa2 yg dipanjatkan ? Misal –sebagai ilustrasi– apabila tidak ada doa, maka T = T – 0 …. medium doa2, maka T = T – 5 …. banyak doa2, maka T = T – 10 3. Seperti apakah “keadaan” jiwa tsb di Api Penyucian ? 3a. Apakah jiwa ybs “statis” —> yakni ibarat seorang pasien yg… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  odading
10 years ago

Shalom Odading, Tidak ada yang tahu secara persis kapan jiwa-jiwa di Purgatorium diangkat ke Sorga. Mereka yang berada di dalam Purgatorium tidak berada di dalam waktu seperti waktu yang kita kenal saat ini. Tentang lamanya pemurnian jiwa juga hanya Tuhan yang tahu. Dan memang doa-doa dari umat Allah yang berada di dunia ini dapat membantu mereka agar dapat dibebaskan dari Api Penyucian. Dapat dikatakan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian dimurnikan dalam kasih. Dengan demikian, semakin seseorang kurang sempurna dalam kasih, maka proses pemurniannya tentu saja akan semakin ‘lama’. Bagi yang lebih baik dalam kasih, maka proses pemurniannya akan lebih ‘sebentar’.… Read more »

Andika Stefhanus
Andika Stefhanus
10 years ago

Dear Katolisitas,..saya ingin bertanya, misalkan pada saat akhir zaman yang dikatakan bahwa tidak akan ada lagi api penyucian melainkan hanya ada surga dan neraka tetapi,apabila ada diantara orang2 penuh dosa tersebut ada yang masih punya niat untuk kembali ke jalan yang terang dan benar meskipun ia masih berdosa? namun ia belum sempat melakukan laku tobat apakah ia akan masuk kedalam neraka karena tidak ada lagi Api penyucian?

filipus
filipus
10 years ago

sejauh ini, tentang api penyucian masih menjadi pertanyaan bagi saya,
makna api penyucian bagi kita sebagai orang yang sudah percaya yang telah disucikan/ diselamatkan oleh darah kristus, itu seperti apa..?

[dari katolisitas: Silakan membaca artikel Api Penyucian ini – silakan klik]

antonius irawan
antonius irawan
11 years ago

pengasuh katolisitas yg baik yg saya dengar sampai saat ini,bahwa banyak orang menganggap surga,api penyucian dan neraka adalah,,TEMPAT,,.akan tetapi pendamping saya seorang imam mengatakan bahwa surga,api penyucian dan neraka adalah SITUASI.artinya orang masuk sorga bukan masuk ketempat yg serba mewah apa2 serba gratis(seperti pendapat banyak orang yg katanya ada BIDADARI nya segala).akan tetapi BERSATUNYA orang itu dng TUHAN (KRISTUS) itulah yg disebut SORGA dimanapun tempatnya,.sebagai contoh ttg kesaksia Maria Sima yg sering didatangi orang2 di Api Penyucian utk(mohon) didoakan.ini berarti orang2 itu tdk diam disuatu tempat ,tapi bisa pergi (kluyuran)ke mana2..jadi katanya Sorga,Api Penyucian dan Neraka adalah SITUASI bukan TEMPAT,,MOHON… Read more »

Caecilia
Caecilia
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Shaloom bu Ingrid,

Bu,saya pernah tanya kepada seorang teman. Api penyucian itu seperti apa?karena sebelumnya,saya mengira api penyucian itu seperti tempat yg penuh dg lidah2 api utk memurnikan jiwa2.
tapi teman saya bilang,api penyucian bkn seperti itu,api penyucian adalah suatu keadaan dimana jiwa2 bisa melihat,mendengar,tapi tdk bisa melakukan apa2. dan keadaan seperti itu sangat menderitakan/menyengsarakan jiwa2 tsb,shg mereka yg dlm api penyucian sangat2 mengharapkan pertolongan(doa) dari kita yg masih hidup utk membantu meringankan penderitaan dan mempercepat pemurnian mereka utk masuk ke terang(surga) dengan cara mendoakan mereka.

Apa betul seperti itu Bu?
Mohon pencerahannya.

Berkah Dalem

Caecilia
Caecilia
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Shaloom bu Ingrid, Terimakasih sekali atas penjelasannya. Saya semakin bersyukur,api penyucian adalah bukti kasih Allah yg tak habis2nya utk manusia yg sungguh penuh dosa supaya kalo bisa semua manusia masuk dlm kerajaanNya. Syukur juga atas anugerah iman katholik. Saya merasa rasa persaudaraan Satu Tubuh Mistik Kristus benar2 kuat,kita benar2 sperti saudara dekat satu sama lain :) Saya skrg secara pribadi menjadi lebih peduli dg sungguh2 mendoakan jiwa2 di api penyucian. Tak ada hal yg lebih membahagiakan selain mengetahui bahwa kita diselamatkan,dan tak ada hal lain yg lebih mebuat kita bersukacita selain mengetahui bahwa Allah mengasihi kita :) Katolisitas menjadi ‘oase’… Read more »

chairman
chairman
11 years ago

Kenapa harus terus menerus mendoakan santo2 / orang2 kudus? Sudah ratusan tahun bahkan ada lebih dari seribu tahun. Logika : doa2 orang2 katolik dari dulu sampai sekarang terus mendoakan orang2 kudus yang ada di api penyucian, jadi adanya api penyucucian tidak berguna dan alias tidak ada, krn org2 kudus di api penyucian tidak pernah bisa ke sorga. Buktinya sampai sekarang detik ini, orang2 masih terus mendoakan seakan mereka belum masuk ke sorga.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  chairman
11 years ago

Shalom Chairman, Terima kasih atas tanggapan Anda. Ada baiknya Anda dapat membaca terlebih dahulu artikel tentang Api Penyucian di atas – silakan klik. Gereja Katolik melihat bahwa umat Allah yang berada di dunia ini, umat Allah yang berada di Api Penyucian dan yang berada di Sorga terikat dalam satu kesatuan dalam ikatan kasih Kristus (lih. Rom 8:35-39). Dengan demikian, umat Allah yang berada di dunia ini mohon doa dari para kudus yang telah berada di Sorga dan umat Allah yang berada di Sorga dan di dunia dapat mendoakan umat Allah yang ada di Purgatorium. Dari logika Anda, maka sebenarnya ada… Read more »

RONI YN
RONI YN
11 years ago

Dear Katolisitas ada yang ingin saya tanyakan mengenai Api Penyucian (Purgatory) saya sudah membaca dari artikel di sini mengenai hal ini, tapi masih menyisakan pertanyaan yaitu: 1. Api penyucian ini di peruntukkan untuk siapa saja? apakah untuk umat Katolik saja yang percaya akan adanya api penyucian. 2. Tidak semua umat yang percaya kepada Yesus percaya akan Api Penyucian. Apakah orang yang tidak percaya akan Api Penyucian tidak terselamatkan? 3. Apakah Api Penyucian itu suatu tempat lain selain Surga dan Neraka? ataukah semuanya itu hanya sebuah keadaan/kondisi seperti yang dinyatakan oleh Bapa Paus. 4. kapankah Api Penyucian itu ada atau diadakan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  RONI YN
11 years ago

Shalom Roni, Penjelasan tentang Api Penyucian dapat Anda lihat di artikel ini – silakan klik. Dan berikut ini adalah tanggapan atas beberapa pertanyaan Anda: Api Penyucian ini diperuntukkan bagi siapa saja yang meninggal dalam rahmat Tuhan namun masih belum sempurna dalam kasih. Jadi, Api Penyucian ini bukan hanya untuk umat Katolik namun juga untuk semua umat dari agama lain, termasuk mereka-mereka yang tidak percaya akan keberadaan Api Penyucian ini. Api Penyucian bukanlah tempat, sebagaimana pengertian “tempat” yang kita kenal sekarang. Semua yang berada di Api Penyucian hanya mempunyai jiwa, karena kebangkitan badan hanya terjadi pada akhir zaman dan pada akhir… Read more »

Roni YN
Roni YN
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

Terimakasih atas Pencerahannya, senang sekali membaca penjelasan ini. Bolehkah saya mengambil artikel ini. saya ingin sekali berbagi di lingkungan saya. karena banyak warga lingkungan yang bertanya mengenai Api Penyucian ini dan saya kurang memiliki pengetahuan untuk hal ini. tapi dengan artikel ini saya mempunyai harapan untuk memberikan penjelasan bagi warga lingkungan saya.

jadi saya minta ijin untuk mengambil artikel ini.
Bolehkah?

Salam Kasih Dalam Yesus

Roni YN

[Dari Katolisitas: Silakan mengambil artikel ini, jika dipandang berguna, untuk Anda bagikan kepada warga linkungan Anda, namun mohon disertakan sumbernya, yaitu https://www.katolisitas.org. Terima kasih.]

Litwin
Litwin
Reply to  Stefanus Tay
10 years ago

Ytk…Stef…Saya seorang sr…dan saya mau mendalamkan iman saya.dn mau mengerti tentang semua ini…kapan hari lalu ada seseorang tanya sya…sr..apakah anak kecil klo meninggal itu lansung di selamatkan dan lansung naik ke Surga kah??? menurut iman dan kepercayaannya sya dan dengan pemahaman saya akan ajaran Agama Katolik kalau anak kecil juga walaupun mereka tidak pernah berbuat Dosa yg sangat besar dan mereka blm mngerti tentang Iman dan Hidup tapi…mereka juga punya Dosa Asal(Adam dan Hawa) dan Dosa keturunan dari Ke_2 orangtuanya..mngenai penyelamatan itu hal pribadi..tapi kita percaya Yesus adalah Jalan..Kebnaran dan Hidup siapa yg percaya KepadaNya…pasti mendapatkan kehidupan yg kekal..Apalagi untuk… Read more »

Emond
Emond
Reply to  RONI YN
11 years ago

1 Yohanes 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. bukankah dalam Alkitab berkata, kalau kit bersungguh – sungguh mengakui akan dosa kita kepada Tuhan, Dia adalah Setia dan Adil dan Tuhan akan mengampuni dosa kita? Tuhan tidak melihat dosa masa lalu kita ketika kita memohon ampun dan bertekad untuk merubah hidup kita. apakah Tuhan menganjurkan kepada kita untuk melalui api penyucian terlebih dahulu? bagaimana dengan 1 yohanes 1:9? [dari katolisitas: Apakah Anda sudah membaca argumentasi tentang Api Penyucian di atas – silakan klik.… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
11 years ago

Dear Katolisitas, Kapankah/bila manakah jiwa jiwa di api penyucian masuk ke surga? Apakah lamanya / menunggunya bergantung pada banyaknya dosa dosa mereka? Ataukah semua menunggu pengadilan umum dulu, baru semua secara serentak / bersamaan masuk surga? mohon tanggapan. terima kasih. [dari Katolisitas: Umumnya memang kita tidak mengetahui kapankah jiwa-jiwa di Api Penyucian dapat masuk ke dalam surga. Hal ini ditentukan oleh Allah sendiri menurut kebijaksanaan-Nya terhadap jiwa-jiwa tersebut tergantung dari kesiapan mereka untuk bersatu dengan Allah. Hanya kepada beberapa orang tertentu yang memiliki karunia khusus tentang hal ini (contohnya kepada Padre Pio dan Maria Simma), Allah dapat memberitahukan tentang beralihnya… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
Reply to  yusup sumarno
11 years ago

Dear katolisitas
Jadi pengumuman kebaikan dan kejelekan itu terjadi sebeum penyatuan jiwa danbadan ya? Ooo saya kira badan dan jiwa disatukan dulu baru diumumkan. Terima kasih

[Dari Katolisitas: Nampaknya pengertian Anda keliru. Silakan membaca artikel di atas terlebih dahulu, silakan klik. Segera setelah kita wafat, kita diadili oleh Kristus (ini disebut Pengadilan khusus), hasilnya tidak diumumkan. Baru setelah terjadi kebangkitan badan di akhir zaman, diadakan Pengadilan Umum (Terakhir) di hadapan segala mahluk, dan di sini hasil Pengadilan itu diumumkan, dan setiap manusia, tubuh dan jiwanya menerima tujuan akhir hidupnya, entah di Surga atau neraka]

soenardi
soenardi
11 years ago

Pengasuh Katolisitas yang terkasih, Meskipun bahan ini sudah mulai disajikan sejak 3 tahun yang lalu, ternyata saya masih mempunyai 1-2 pertanyaan. Sesudah saya coba saya lakukan browsing seperlunya, semoga betul dugaan saya bahwa hal yang saya angkat ini memang belum ada yang mengangkatnya, kecuali bila saya ternyata terlewat membacanya. Mengenai rujukan ke 2 Mak.12:38-45, manakah ayat yang dilukiskan sebagai “yang paling jelas menceritakan dasar pengajaran mengenai Api Penyucian” sepert dituiskan di atas? Apakah yang dimaksudkan adalah ayat 44 yang berbunyi: “Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-oarng mati”. Apakah… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  soenardi
11 years ago

Shalom Pak Soenardi, Terima kasih atas pertanyaannya tentang Api Penyucian. Dalam 2Mak 12:38-45 dituliskan sebagai berikut [penekanan huruf tebal dari saya]: 38    Kemudian Yudas mengumpulkan bala tentaranya dan pergilah ia ke kota Adulam. Mereka tiba pada hari yang ketujuh. Maka mereka menyucikan diri menurut adat dan merayakan hari Sabat di situ.39    Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang.40    Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan di bawah jubahnya sebuah jimat dari… Read more »

yuli rosa
yuli rosa
11 years ago

Salam damai Kristus Yesus Tuhan kita Buat Pak Stef dan Bu Ingrid, atau siapapun yang membaca dan membalas surat saya ini, saya menemukan website ini ketika saya search di google,tentang kejadian setelah kita meninggal,karena pada tgl 1 Agustus 2012 mama saya telah meninggal, dan sebelumnya papa saya jg telah meninggal 16th yg lalu. Saya merasa sangat kehilangan,karena belum sempat membalas budi baik yg telah mama lakukan kepada saya,menjelang akhir hayatnya pun dia tidak ingin merepotkan saya. Melalui website ini saya akhirnya mengetahui bahwa ditengah-tengah neraka dan surga ada api penyucian,meskipun saya tidak mengetahui di “zona” manakah mama dan papa saya… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
11 years ago

Dear katolisitas, Saya pernah membaca sebuah buku “Jeritas dari Salib” karangan seorang pendeta di Amerika (saya lupa namanya). di sana dikatakan antara lain bahwa kata kata Yesus pada salah satu penyamun: “Aku berkata kepadamu,sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama dengan aku di Firdaus” dijadikan dasar untuk mengatakan (“menyerang” Katolik) bahwa itu adalah bukti bahwa: 1. tidak ada api penyucian (karena “hari ini juga..”) 2. penyamun itu tidak perlu dibaptis dulu tapi diselamatkan 3. penyamun itu tidak perlu mengikuti Ekaristi sudah diselamatkan 4. penyamun itu tidak minta tolong pada Maria (BundaNya) dulu yang ada di dekat salib, tapi diselamatkan. mohon… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
Reply to  yusup sumarno
11 years ago

dear katolisitas, setelah saya masukkan kata kunci ‘penjahat yang bertobat’ dan membaca artikel tersebut, ternyata artikel tersebut tidak menjawab pertanyaan saya “mengapa awalnya Yesus berkata: ‘ya Bapa ampunilah…..’ namun setelah itu Ia katakan: ‘ Aku berkata kepadamu sesungguhnya hari ini jua kamu akan bersama dengan Aku di dalam Firdaus”. Saat Ia katakan “Ya bapa ampunilah…” seolah Yesus tidak punya kuasa mengampuni. Namun saat ia katakan : “sesungguhnya hari ini juga..” Ia punya kuasa mengampuni. Mengapa hal ini bisa terjadi. Inilah yang saya tanyakan, bukan soal iman dan perbuatan (versi kristen vs katolik). mohon penjelasan. Submitted on 2012/06/04 at 6:19 am… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  yusup sumarno
11 years ago

Shalom Yusup Sumarno, Dalam Luk 23:34 dituliskan “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Ayat tersebut bukan menyatakan bahwa Yesus tidak mempunyai kuasa mengampuni dosa, karena Yesus telah menunjukkan bahwa Dia mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, seperti yang ditunjukkan-Nya ketika Dia menyembuhkan orang lumpuh (lih. Mat 9:2,6; Mrk 2:5; Luk 5:20; 7:48). Tujuan Yesus datang ke dunia adalah untuk menebus dosa manusia, menjadi pengantara antara manusia dengan Bapa yang sebelumnya terpisah oleh dosa. Jadi, ketika Yesus disalib, maka Dia mewakili seluruh umat manusia meminta pengampunan kepada Allah dengan harga yang dibayar dengan mahal – yaitu… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

banyak terima kasih Pak stef.
Gbu

Stefanus Freydy
Stefanus Freydy
11 years ago

Shaloom..

Ibu Inggrid apa sudah tepat jika setiap hari saya Novena
saya menyisipkan doa
“mohon bantuan untuk jiwa-jiwa di APi penyucian”
Apakah itu sudah tepat??

trims

[dari katolisitas: Adalah hal yang baik, kalau kita mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian dalam Novena maupun doa-doa kita. Bahkan, doa baku setelah makan dalam bahasa Inggris dituliskan sebagai berikut “We give Thee thanks for all Thy benefits, O Almighty God, who livest and reignest world without end. Amen. May the souls of the faithful departed, through the mercy of God, rest in peace. Amen.”]

kristin
kristin
11 years ago

Pengasuh Katolisitas yg terkasih,
saya punya sahabat Katolik, mereka dua2nya cerai (pisah), dan sekarang mereka tinggal bersama tanpa menikah, dan mereka juga aktif ke gereja, ikut komunitas doa
kami dibingungkan dgn masalah ini, karna mereka merasa diundang Tuhan dlm kerohanian meskipun mereka tinggal bersama. Bagaimana menjawab persoalan semacam ini?
apakah mereka masuk di api penyucian?
terimaksih untuk penjelasannya.

salam,
kristin

Stefanus Tay
Admin
Reply to  kristin
11 years ago

Shalom Kristin, Dua orang Katolik yang telah bercerai dan kemudian dua orang ini tinggal bersama tanpa adanya ikatan apapun serta aktif dalam banyak kegiatan, dapat menjadi batu sandungan. Hal pertama yang perlu dilakukan oleh kedua orang tersebut adalah  mencoba membereskan perkawinan mereka, terutama dengan melalui konseling keluarga atau kalau memang dipandang bahwa perkawinan mereka sebenarnya tidak sah, maka mereka dapat mengurus anulasi atau pembatalan perkawinan. Namun, bukan berarti bahwa orang-orang ini tidak boleh bertumbuh secara rohani. Justru orang-orang seperti ini memang membutuhkan doa dan sakramen-sakramen. Sakramen Tobat adalah sakramen yang dapat mereka terima terlebih dahulu. Tentu saja, karena Sakramen Tobat… Read more »

Albert
Albert
11 years ago

Mungkin Link ini bagus untuk menambah pemahaman kita:

http://www.all-about-the-virgin-mary.com/purgatory-private-revelations.html

evangeline
evangeline
12 years ago

Shaloom,
saya ingin bertanya. Bagi saudara-saudara kita yg selama hidupnya berbuat baik tetapi mereka tidak mengenal Tuhan contoh untuk saudara-saudara kt yg non Katolik/Kristen. Lalu setelah meninggal, mereka akan masuk ke mana? Terus terang saya masih bingung mengenai hal ini. Terima kasih untuk waktu dan jawabannya,Tuhan memberkati

[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]

johan
johan
Reply to  evangeline
11 years ago

linknya bagus, namun juga belum menjawab apakah kunci untuk memasuki surga? apakah yakin dapat memasuki surga? tanpa harus membahas umat lain terlebih dahulu, istilahnya bercermin pada diri sendiri [Dari Katolisitas: Pada akhirnya memang hanya Allah saja yang menentukan apakah kita dapat masuk surga. Yang disampaikan di situs ini bukan penghakiman dari Tuhan, melainkan patokan ajaran iman Kristiani yang diajarkan oleh Gereja Katolik untuk mengarahkan manusia ke surga. Sebagai umat Kristiani kami mempunyai iman dan pengharapan akan dapat sampai ke surga, namun dengan kerendahan hati kami mengakui bahwa pada akhirnya Tuhan yang menentukan. Di sini tidak dibahas ajaran agama lain atau… Read more »

torina
torina
12 years ago

Salom saudara2ku yg terkasih dalam nama Tuhan Yesus. Ijinkan saya memberi pendapat di sini dan semoga saudara dapat berpikir dengan jernih dan berdoalah agar kita dipimpin oleh Roh Kudus agar kita mendapat kebenaran atas persoalan2 kita. dan saya mohon maaf bila nanti pendapat saya tidak berkenan dihati saudara. Menurut saya API PENYUCIAAN itu tidak berlaku lagi bagi kita yg sudah mati. Karna apa di Alkitab sendiri tidak ada satu ayatpun yahng mengatakan bahwa orang kristen yg mati tapi masih ada sedikit dosanya atau karna dosa kecil akan masuk kedalam api penyucian. tapi Alkitab sudah menjelaskan bahwa UPAH DOSA ADALAH MAUT.… Read more »

fransiscus
fransiscus
12 years ago

apakah Surga, api penyucian, dan neraka diciptakan Allah secara bersamaan?

torina
torina
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

dan berikut ini adalah ringkasan kesaksian dari seseorang yg dibawa Tuhan ke neraka bernama VICTORIA NAHALE: Kunjungan ke-2 di Neraka Pada 18 Oktober 2005 Saya terbangun pada jam 05H30 tetapi saya tak dapat pergi bekerja. Saya merasa lemah dan mabuk; Saya tak bisa bergerak atau berbalik badan di tempat tidurku, kehadiran Tuhan sangat-lah kuat dalam ruangan itu. Saya bergetar dan merasakan listrik diseluruh tubuhku. Tuhan datang membawa-ku tepat sebelum jam 08H00 sebab ku-perhatikan jam tangan, pukul 07H48, dan Dia tiba saat itu. Dia menyalamiku dan berkata kita harus pergi lagi sebab waktunya terburu habis. Saya berdiri dan mulai berjalan. Cara… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  torina
12 years ago

Shalom Torina, Terima kasih atas kesaksian yang anda sharingkan. Terus terang, saya tidak tahu tujuan anda untuk memberikan kesaksian ini kepada kami. Kalau tujuan anda adalah untuk berdiskusi tentang dosa berat dan dosa ringan, maka silakan memberikan dasar dari Kitab Suci yang kita yakini bersama dan bukan berdasarkan penglihatan atau kesaksian seseorang yang sangat sulit dibuktikan kebenarannya. Dalam diskusi seperti ini, penglihatan seseorang tidak akan memberikan bobot apapun. Ada begitu banyak kesaksian dari para santa-santo di dalam Gereja Katolik, namun tidak perlu saya kemukakan, karena anda juga tidak akan mempercayainya. Silakan membaca tanggapan kami terhadap kesaksian-kesaksian seperti ini di sini… Read more »

leonard
leonard
12 years ago

Syaloom, di artikel pengenalan akan Kitab Suci Bag 2 ditulis “Perlu juga diketahui bahwa Luther mempertanyakan keaslian kitab 2 Makabe, dari segi historis dan karena di kitab tersebut juga berisi dasar doktrin Api Penyucian, yang bertentangan dengan prinsip-nya “Salvation by faith alone”” Mao tanya, Apakah Api penyucian sebenarnya cuma ada di PL dan di PB Harus nya tidak ada? Apa dasar nya Gereja Katolik yakin di PB Api Penyucian tetap exist? Terima Kasih. [dari katolisitas: silakan membaca artikel di atas – silakan klik, dengan lebih teliti lagi, karena di artikel tersebut disebutkan dasar-dasar dari PL, PB, Tradisi Suci dan Magisterium… Read more »

leonard
leonard
Reply to  leonard
12 years ago

Syaloom,

Terima kasih atas petunjuknya Saya sudah baca lagi. Dan saya punya pertanyaan lagi

Di jaman PL sebelum Tuhan Yesus datang, ada jiwa2 yang meninggal dan telah masuk ke api penyucian dan setelah selesai dimurnikan akan masuk ke “pangkuan Abraham” baru ketika Tuhan Yesus wafat dan turun ke tempat penantian, Dia mengabarkan Injil kepada orang2 yang sudah dimurnikan oleh api penyucian? Atau sebaliknya yaitu Tuhan mengabarkan Injil terlebih dahulu baru jiwa – jiwa tersebut dimurnikan oleh api penyucian?

Apakah seperti itu?

Terima Kasih

Stefanus Tay
Admin
Reply to  leonard
12 years ago

Shalom Leonard, Terima kasih atas pertanyaannya. Kalau kita melihat urutan waktu yang kita alami, memang dapat saja dalam Perjanjian Lama ada Api Penyucian dan juga Tempat Penantian. Bagaimana persisnya kedua hal ini berhubungan kita tidak tahu secara persis, apalagi kalau ditambah bahwa Api Penyucian tidak berada dalam waktu yang kita kenal. Dengan demikian, berapa lama orang-orang yang dibenarkan dalam PL melalui tahap pemurnian di Api Penyucian ini, kita juga tidak pernah tahu, karena lamanya bukan berada dalam waktu yang kita kenal. Yang kita tahu, Tuhan mengabarkan Injil kepada orang-orang yang ada di Tempat Penantian. Semoga dapat membantu. Salam kasih dalam… Read more »

elis
elis
12 years ago

syaloom,

saya mau nanya…apakah org2 yg sudah mengaku dosanya sebelum meninggal akan langsung ke surga atau harus melewati api penyucian…dan bagaimana kita mengetahui atau membedakan org yg masuk surga, neraka, dan api penyucian….

Stefanus Tay
Admin
Reply to  elis
12 years ago

Shalom Elis, Terima kasih atas pertanyaannya tentang pengakuan dosa dan Api Penyucian. Orang yang benar-benar menyesal atas dosanya, mengaku dosa sebelum dia meninggal – yang artinya dia meninggal tidak dalam kondisi dosa berat – maka orang tersebut tidak akan masuk neraka, namun akan masuk Sorga secara langsung atau Api Penyucian. Namun, kalau dia masuk ke dalam Api Penyucian, maka dia akan masuk Sorga. Walaupun kita dapat memberikan kondisi seseorang masuk ke tiga hal tersebut, namun kita tidak dapat mengetahui secara persis apakah seseorang masuk Sorga, neraka atau Api Penyucian. Secara prinsip, seseorang masuk ke Sorga ketika dia telah berada dalam… Read more »

Stefanus freydy
Stefanus freydy
12 years ago

Maaf ibu mengenai api penyucian, jujur saya masih bingung, karena dari kecil saya tahunya cuma kalau kita meninggal masuk surga atau neraka, tidak ada masuk api penyucian. Tapi jujur saya mempercayai bahwa memang itu ada sejak pengalaman teman saya. Saya punya teman,. setahu saya sewaktu ibunya mengandung, janinnya hampir tak terselamatkan dan sempat meninggal. Sampai akhirnya ibunya berdevosi kepada Santa Margareta Maria Alacoque dan akhirnya teman saya ini terlahir walaupun susah, dan nama teman saya pun diambil dari nama santa kudus tersebut. Teman saya ini dari kecil memang bisa melihat atau berbicara pada mahluk yang tidak nyata (dalam hal ini… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Stefanus freydy
12 years ago

Shalom Stefanus, Memang ada beberapa orang yang mempunyai kesempatan untuk melihat jiwa-jiwa yang menderita di Api Penyucian. Hal ini dialami oleh beberapa santa-santo, seperti Padre Pio, juga dialami oleh Maria Simma. Dan mungkin saja teman anda mengalaminya. Bagi orang-orang yang mengalaminya, maka yang terpenting adalah mendoakan jiwa-jiwa yang malang tersebut, sehingga atas kemurahan Tuhan, maka jiwa-jiwa tersebut dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah iman kita tidak tergantung dari kesaksian-kesaksian di atas. Iman kita berdasarkan pada tiga pilar kebenaran, yaitu: apa yang dituliskan dalam Kitab Suci, dalam Tradisi Suci dan dirumuskan oleh Magisterium Gereja. Adalah… Read more »

Stefanus freydy
Stefanus freydy
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Terima kasih Bapak….saya banyak belajar dari situs ini, semoga makin maju dan memberikan artikel2 penting lain, salam damai.. Jbu

leonard
leonard
12 years ago

Syaloom Pengurus Katolisitas,, Dulu pas di SMA saya dijelaskan begini oleh guru agama saya. Dia bilang ketika kita hidup kita terdiri dr daging dan roh jadi kita masi bisa di ampuni karena kita masih daging sehingga ketika kita terima Yesus dan di hapus dan ditanggung dosa kita, kita telah di sucikan roh nya jadi ketika kita mati daging sudah tidak ada tp roh masi ada. Berbeda dengan malaikat yang jatuh ke dalam dosa. Karena dia Roh dia sudah tidak bisa diampuni. Kalau kita manusia terdiri dr daging dan roh jadi bisa diampuni. Kira2 seperti itu. Saya mikir nya betul jg… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  leonard
12 years ago

Shalom Leonard, Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa dan jiwanya bersifat spiritual. Pada saat kita bertobat, dibaptis dan mengikuti Kristus, maka Tuhan memampukan kita untuk menjalankan perintah-Nya atau berjuang dalam kekudusan, sampai akhirnya kita dapat mencapai Kerajaan Sorga. Ketika kita meninggal, maka jiwa kita akan diadili dan pada akhir zaman, jiwa kita akan bersatu dengan tubuh yang telah dimuliakan. Tentang pengampunan Tuhan: Kalau Tuhan masih mengampuni umat manusia pada waktu manusia berbuat dosa adalah karena kodrat dari manusia, yang memang tidak mempunyai pengetahuan yang lengkap serta kelemahan manusia adanya kecenderungan berbuat dosa (concupiscence). Bagaimana dengan malaikat? Kita harus mengingat bahwa… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
183
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x