Bersyukurlah, ada Api Penyucian!

Percaya atau tidak, Api Penyucian itu ada

Sewaktu saya tinggal di Filipina, saya pernah menonton sebuah talk-show dari saluran EWTN (Eternal Word Television Network), yang topiknya adalah Api Penyucian. Saya masih ingat, waktu itu pembicaranya yang bernama Mother Angelica, menerima pertanyaan dari pemirsa, yang rupanya tidak percaya akan adanya Api Penyucian, karena tidak ada kata “Api Penyucian” disebut di dalam Alkitab. Mother Angelica menjawab bahwa, memang kata “Api Penyucian” tidak secara eksplisit tercantum di dalam Alkitab, seperti juga kata ‘Trinitas’, atau ‘Inkarnasi’, namun kita percaya akan maksud dari kata-kata tersebut. Yang terpenting adalah ajarannya, bukan istilahnya. Dengan senyumnya yang khas Mother Angelica berkata dengan bijak, “Although you do not believe it, dear, it does not mean that it does not exist.” (Meskipun kamu tidak percaya, itu tidak berarti Api Penyucian tidak ada).

Apa itu Api Penyucian

Api Penyucian atau ‘purgatorium’ adalah ‘tempat’/ proses kita disucikan. Catatan: ‘Disucikan’ bukan ‘dicuci’, oleh sebab itu disebut Api Penyucian (bukan Api Pencucian). Gereja Katolik mengajarkan hal ini di dalam Katekismus Gereja Katolik # 1030-1032, yang dapat disarikan sebagai berikut:

1) Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian.

2) Pemurnian di dalam Api Penyucian adalah sangat berlainan dengan siksa neraka.

3) Kita dapat membantu jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian dengan doa-doa kita, terutama dengan mempersembahkan ujud Misa Kudus bagi mereka.

Api Penyucian ada karena keadilan Allah: Dosa selalu membawa konsekuensi

Ada orang-orang yang berpikir bahwa jika Allah mengampuni, maka tidak ada lagi yang harus dipikirkan mengenai ‘akibat dosa’ sebagai konsekuensinya. Namun kenyataannya, hampir seluruh bagian Kitab Suci menceriterakan sebaliknya. Selalu saja ada konsekuensi yang ditanggung oleh manusia, jika ia berdosa terhadap Allah, meskipun Allah telah memberikan pengampunan. Kita melihat hal demikian, misalnya, pada Adam dan Hawa, setelah diampuni dosanya, diusir dari taman Eden (Kej 3:23-24). Raja Daud yang diampuni oleh Allah atas dosanya berzinah dengan Betsheba dan membunuh Uria, tetap dihukum oleh Tuhan dengan kematian anaknya (lihat 2 Sam 12:13-14). Nabi Musa dan Harun yang berdosa karena tidak percaya dan tidak menghormati Tuhan di hadapan umat Israel akhirnya tidak dapat masuk ke tanah terjanji (Bil 20:12). Nabi Zakharia, yang tidak percaya akan berita malaikat Gabriel, menjadi bisu (Luk 1:20). Dan masih banyak contoh lain, yang menunjukkan bahwa, selalu ada konsekuensi dari perbuatan kita.

Keponakan saya yang berumur 4 1/2 tahun mempunyai ‘problem’ kebiasaan (maaf) ‘pipis dan pupu’ di celana, dan tampaknya sering dilakukannya dengan sengaja. Sampai akhirnya sepupu saya mendidiknya demikian: setelah celananya kotor, keponakan saya itu disuruh mencuci sendiri celananya. Dengan hukuman ini, maka ia belajar bertanggung jawab, agar kelak ia tidak mengulangi perbuatan itu. Jika kita yang manusia saja mendidik anak-anak dengan mengajarkan adanya ‘konsekuensi’ demi kebaikan mereka, maka Allah yang jauh lebih bijaksana, juga mendidik kita dengan cara demikian, namun tentu saja dengan derajat keadilan yang sempurna. Sebab pada akhirnya, yang diinginkan Allah adalah kita menjadi benar-benar kudus, sehingga siap untuk bersatu dengan Dia yang Kudus di surga. Kekudusan ini harus menjadi milik jiwa kita sendiri dan bukan seolah-olah kita hanya ‘diselubungi’ oleh kekudusan Kristus, padahal di balik selubung itu jiwa kita masih penuh dosa. Allah menginginkan kita agar kita menjadi kudus dan sempurna (lih. Im 19:2; Mat 5:48). Maka, jika kita belum sepenuhnya kudus, pada saat kita meninggal, kita masih harus disucikan terlebih dahulu di Api Penyucian, sebelum dapat bersatu dengan Tuhan di surga. Pengingkaran akan adanya Api Penyucian sama dengan pengingkaran akan keadilan Tuhan. Padahal Keadilan –sama seperti Kasih dan Kesetiaan- adalah hakekat Tuhan, yang tidak dapat disangkal oleh Tuhan sendiri (lih. 2 Tim 2:13).

Api Penyucian ada karena keadilan Allah: Ada perbedaan antara dosa berat dan dosa ringan

Selain masalah konsekuensi dosa, ada pula pengertian dasar mengenai dosa berat dan dosa ringan yang penting kita ketahui untuk memahami pengajaran mengenai Api Penyucian ini. Ada orang berpendapat bahwa semua dosa sama saja, namun Alkitab tidak mengatakan demikian. Pembedaan dosa berat dan dosa ringan disebutkan di dalam surat Rasul Yohanes. Dosa ringan dikatakan sebagai dosa yang tidak mendatangkan maut, sedangkan dosa berat, yang mendatangkan maut (1 Yoh 5: 16-17). Rasul Yakobus juga membedakan kedua jenis dosa; dengan membedakan dosa yang awal dan dosa yang matang (Yak 1:14-15). Untuk pembahasan lengkap tentang dosa berat dan dosa ringan, silakan membaca artikel ini (silakan klik).

Konsekuensi dari pengajaran ini adalah jika kita meninggal dalam keadaan sempurna dalam rahmat Allah, maka kita dapat langsung masuk surga. Namun, jika kita meninggal dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat, maka kita masuk neraka. Jika kita dalam keadaan di tengah-tengah: meninggal dalam rahmat, namun masih mempunyai dosa ringan atau masih menanggung konsekuensi dari dosa-dosa yang sudah diampuni, maka kita masuk ke ‘tempat’ yang lain, yaitu, Api Penyucian.

Api penyucian ada karena keadilan Allah: Kita diselamatkan bukan hanya karena iman saja, tetapi oleh kasih karunia Allah, yang harus diwujudkan dalam perbuatan kasih.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia Allah oleh iman (lih. Ef 2:8, Tit 2:11; 3:7). Dan iman ini harus dinyatakan dan disertai dengan perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka iman kita itu mati (lih. Yak 2:17, 24, 26). Perbuatan kasih yang didasari iman inilah yang menjadi ukuran pada hari Penghakiman, apakah kasih kita sudah sempurna sehingga kita dapat masuk surga atau sebaliknya, ke neraka. Ataukah karena kasih kita belum sempurna, maka kita perlu disempurnakan dahulu di dalam suatu tempat/ kondisi yang ketiga, yaitu yang kita kenal sebagai Api Penyucian.

Sedangkan pada saat kita masih hidup, perbuatan kasih ini dapat dinyatakan dalam bentuk tindakan langsung, kata-kata atau dengan doa. Doa syafaat yang dipanjatkan dapat dinyatakan dengan mendoakan sesama yang masih hidup di dunia, maupun mendoakan mereka yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, maka Gereja Katolik mengajarkan akan adanya Api Penyucian, dan bahwa kita boleh, atau bahkan harus mendoakan jiwa-jiwa yang masih berada di dalamnya, agar mereka dapat segera masuk dalam kebahagiaan surgawi.

Dasar dari Kitab Suci

Keberadaaan Api Penyucian bersumber dari ajaran Kitab Suci, yaitu dalam beberapa ayat berikut ini:

1. “Tidak akan masuk ke dalamnya [surga] sesuatu yang najis” (Why 21:27) sebab Allah adalah kudus, dan kita semua dipanggil kepada kekudusan yang sama (Mat 5:48; 1 Pet 1:15-16). Sebab tanpa kekudusan tak seorangpun dapat melihat Allah (Ibr 12:14). Melihat bahwa memang tidak mungkin orang yang ‘setengah kudus’ langsung masuk surga, maka sungguh patut kita syukuri, bahwa Allah memberikan kesempatan pemurnian di dalam Api Penyucian.

2. Keberadaan Api Penyucian diungkapkan oleh Yesus secara tidak langsung pada saat Ia mengajarkan tentang dosa yang menentang Roh Kudus, “…tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” (Mat 12:32) Di sini Yesus mengajarkan bahwa ada dosa yang dapat diampuni pada kehidupan yang akan datang. Padahal kita tahu bahwa di neraka, dosa tidak dapat diampuni, sedangkan di surga tidak ada dosa yang perlu diampuni. Maka pengampunan dosa yang ada setelah kematian terjadi di Api Penyucian, walaupun Yesus tidak menyebutkan secara eksplisit istilah ‘Api Penyucian’ ini.

3. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pada akhirnya segala pekerjaan kita akan diuji oleh Tuhan. “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1 Kor 3:15) Api ini tidak mungkin merupakan api neraka, sebab dari api neraka tidak ada yang dapat diselamatkan. Api ini juga bukan surga, sebab di surga tidak ada yang ‘menderita kerugian’. Sehingga ‘api’ di sini menunjukkan adanya kondisi tengah-tengah, di mana jiwa-jiwa mengalami kerugian sementara untuk mencapai surga.

4. Rasul Petrus juga mengajarkan bahwa pada akhir hidup kita, iman kita akan diuji, “…untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan… pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Pet 1:7). Rasul Petrus juga mengajarkan,

“Kristus telah mati untuk kita … Ia, yang yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan oleh Roh, dan di dalam Roh itu pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada di dalam penjara, yaitu roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah…” (1 Pet 3: 18-20). Roh-roh yang ada di dalam penjara ini adalah jiwa-jiwa yang masih terbelenggu di dalam ‘tempat’ sementara, yang juga dikenal dengan nama ‘limbo of the fathers’ (‘limbo of the just‘). Selanjutnya Rasul Petrus juga mengatakan bahwa “Injil diberitakan juga kepada orang-orang mati supaya oleh roh, mereka dapat hidup menurut kehendak Allah” (1 Ptr 4:6). Di sini Rasul Petrus mengajarkan adanya tempat ketiga selain surga dan neraka, yaitu yang kini disebut sebagai Api Penyucian.

5. Kitab 2 Makabe 12: 38-45 adalah yang paling jelas menceritakan dasar pengajaran mengenai Api Penyucian ini. Ketika Yudas Makabe dan anak buahnya hendak menguburkan jenazah pasukan yang gugur di pertempuran, mereka menemukan adanya jimat dan berhala kota Yamnia pada tiap jenazah itu. Maka Yudas mengumpulkan uang untuk dikirimkan ke Yerusalem, untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Perbuatan ini dipuji sebagai “perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan” (ay.43); sebab perbuatan ini didasari oleh pengharapan akan kebangkitan orang-orang mati. Korban penebus salah ini ditujukan agar mereka yang sudah mati itu dilepaskan dari dosa mereka (ay. 45).
Memang saudara-saudari kita yang Kristen non-Katolik tidak mengakui adanya Kitab Makabe ini, namun ini tidak mengubah tiga kenyataan penting: Pertama, bahwa penghapusan Kitab Makabe ini sejalan dengan doktrin Protestan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya diperoleh dengan iman saja atau “Sola Fide, Salvation by faith alone”, walaupun Alkitab tidak menyatakan hal itu. Sebab kata ‘faith alone’/ ‘hanya iman’ yang ada di Alkitab malah menyebutkan sebaliknya, yaitu “…bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”/ not by faith alone (Yak 2:24). Maka, berdoa bagi orang meninggal yang termasuk sebagai perbuatan kasih, menurut Luther tidak mempengaruhi keselamatan, sedangkan menurut Gereja Katolik itu merupakan hal yang mulia, yang jika dilakukan di dalam iman, akan membawa kita dan orang-orang yang kita doakan kepada keselamatan oleh karena kasih karunia Tuhan Yesus.
Kedua, tradisi berdoa bagi jiwa orang-orang yang sudah meninggal merupakan tradisi Yahudi, yang dimulai pada abad ke-1 sebelum Masehi, sampai sekarang. Maka, tradisi ini juga bukan tradisi yang asing bagi Yesus. Ketiga, Kitab Makabe ini bukan rekayasa Gereja Katolik, sebab menurut sejarah, kitab ini sudah selesai ditulis antara tahun 104-63 sebelum masehi. Karena itu kita dapat meyakini keaslian isi ajarannya. Lebih lanjut tentang hal ini, silakan klik di sini.

6. Rasul Paulus mendoakan sahabatnya Onesiforus yang rajin mengunjunginya sewaktu ia dipenjara, agar Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada sahabatnya itu ‘pada hari penghakiman’ (lihat 2 Tim 1:16-18). Rasul Paulus berdoa agar Tuhan berbelas kasihan kepada jiwa sahabatnya itu pada saat kematiannya.[1] Hal ini tentu tidak masuk akal jika doa yang dipanjatkan untuk orang yang meninggal tidak ada gunanya. Sebaliknya, ini merupakan contoh bahwa doa-doa berguna bagi orang-orang yang hidup dan yang mati. Tradisi para rasul mengajarkan demikian. Selanjutnya tentang Onesiforus (bahwa ia sudah wafat) sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

Selanjutnya, keberadaan Api Penyucian berkaitan dengan Gereja Katolik tentang dua macam ‘hari penghakiman’.[2] Yang pertama, ‘particular judgment’ (pengadilan khusus), yaitu sesaat setelah kita meninggal, saat kita masing-masing diadili secara pribadi oleh Yesus Kristus; dan kedua adalah ‘general/ last judgment’ (pengadilan umum/ terakhir), yaitu pada akhir zaman, saat kita diadili oleh Yesus Kristus di hadapan semua manusia:

1. Segera setelah kita meninggal, kita akan diadili, dan ini dikenal sebagai ‘pengadilan khusus’. “…manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9:27) Kisah orang kaya dan Lazarus juga menggambarkan akibat penghakiman yang diadakan segera setelah kematian (Luk 16:19-31). Setelah diadili secara pribadi, jiwa-jiwa ditentukan untuk masuk Surga, Api Penyucian atau Neraka sesuai dengan perbuatan manusia tersebut. Jika kita didapati oleh Tuhan dalam keadaan kudus, maka jiwa kita dapat segera masuk surga. Jika belum sepenuhnya kudus, karena masih ada faktor ‘cinta diri’ yang menghalangi persatuan sepenuhnya dengan Tuhan, maupun masih ada akibat dosa yang harus kita tanggung, maka jiwa kita disucikan dulu di Api Penyucian. Jika kita didapati oleh Tuhan dalam keadaan berdosa berat dan tidak bertobat maka keadaan ini membawa jiwa kita ke neraka.

2. Pada akhir jaman, setelah kebangkitan badan, kita (jiwa dan badan) akan diadili dalam Pengadilan Umum/ Terakhir. Pada saat inilah segala perbuatan baik dan jahat dipermaklumkan di hadapan semua mahluk, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak diketahui dan diumumkan”(Luk 8: 17). Pada saat itu, seluruh bangsa akan dikumpulkan di hadapan tahta Kristus, dan Dia akan mengadili semua orang: yang baik akan dipisahkan dengan yang jahat seperti memisahkan domba dan kambing (lih. Mat 25: 32-33). Hasil Pengadilan itu akan membawa penghargaan ataupun penghukuman, bagi jiwa dan badan. Tubuh dan jiwa manusia bersatu di Surga, apabila ia memang layak menerima ‘penghargaan’ tersebut; inilah yang disebut sebagai kebahagiaan sempurna dan kekal di dalam Tuhan. Atau sebaliknya, tubuh dan jiwa manusia masuk ke neraka, jika keadilan Tuhan menentukan demikian, sesuai dengan perbuatan manusia itu sendiri; inilah yang disebut sebagai siksa kekal.

Setelah akhir jaman, yang ada tinggal Surga dan Neraka, tidak ada lagi Api Penyucian, sebab semua yang ada di dalam Api Penyucian akan beralih ke Surga.

Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja dan Tradisi Suci Gereja

1. Tertullian (160-220), mengajarkan agar para istri mendoakan suaminya yang meninggal dan mendoakannya dengan Misa Kudus, setiap memperingati hari wafat suaminya.[3]

2. St. Cyril dari Yerusalem (315-386) mengajarkan agar kita mempersembahkan permohonan bagi orang-orang yang telah meninggal, dan mempersembahkan kurban Kristus [dalam Misa Kudus] yang menghapus dosa-dosa kita dan mohon belas kasihan Allah kepada mereka dan kita sendiri.[4]

3. St. Yohanes Krisostomus (347-407) mengajarkan agar kita rajin mendoakan jiwa sesama yang sudah meninggal.”Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh Bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka.[5]

4. St. Agustinus (354-430) mengajarkan, bahwa hukuman sementara sebagai konsekuensi dari dosa, telah dialami oleh sebagian orang selama masih hidup di dunia ini, namun bagi sebagian orang yang lain, dialami di masa hidup maupun di hidup yang akan datang; namun semua itu dialami sebelum Penghakiman Terakhir. Namun, yang mengalami hukuman sementara setelah kematian, tidak akan mengalami hukuman abadi setelah Penghakiman terakhir tersebut.[6]

5. St. Gregorius Agung (540-604),“Kita harus percaya bahwa sebelum Pengadilan [Terakhir] masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, [sedangkan dosa] yang lain di dunia lain.”[7]

6. Konsili Firenze (1439) dan Trente (1563), menjabarkan doktrin tentang Api Penyucian ini.[8] Konsili Firenze menyebutkan, “Dan jika mereka bertobat dan meninggal dalam kasih Tuhan sebelum melunasi penitensi dosa mereka…, jiwa mereka dimurnikan setelah kematian dalam Api Penyucian. Untuk membebaskan mereka, tindakan-tindakan silih (suffragia) dari para beriman yang masih hidup dapat membantu mereka, yaitu: Kurban Misa, doa-doa, derma, dan perbuatan kudus lainnya yang diberikan untuk umat beriman yang lain, sesuai dengan praktek Gereja. Hal demikian dinyatakan kembali dalam Konsili Trente, yang menegaskan keberadaan Api Penyucian, perlunya tindakan-tindakan silih (suffragia) dari para beriman untuk mendoakan jiwa-jiwa yang ada di dalamnya, terutama dengan Misa Kudus.

Terlihat di sini bahwa pengajaran tentang Api Penyucian bukanlah ‘karangan’ manusia, melainkan berdasar pada Kitab Suci dan diturun temurunkan dengan setia oleh Gereja. Jika kita manusia harus memilih, tentu lebih ‘enak’ jika tidak ada konsekuensi yang harus kita bayar. Misalnya, pada anggapan: ‘Pokoknya sudah beriman pasti langsung masuk surga. Sekali selamat, pasti selamat.’ Gereja Katolik, yang setia pada pengajaran para rasul, tidak mengajarkan demikian. Walau kita telah menerima rahmat keselamatan melalui Pembaptisan, kita harus menjaga rahmat itu dengan setia menjalani segala perintah Tuhan sampai akhir hidup kita. Jika kenyataannya kita belum sempurna, namun kita sudah ‘keburu’ dipanggil Tuhan, maka ada kesempatan bagi kita untuk disucikan di Api Penyucian, sebelum kita dapat masuk ke surga. Bukankah kita perlu bersyukur untuk hal ini? Sebab jika tidak ada Api Penyucian, betapa sedikitnya orang yang dapat masuk surga!

Jadi, ingatlah ketiga hal ini tentang Api Penyucian

  1. Hanya orang yang belum sempurna dalam rahmat yang dapat masuk ke dalam Api Penyucian. Api Penyucian bukan merupakan kesempatan kedua bagi mereka yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat dari dosa berat.
  2. Api Penyucian ada untuk memurnikan dan memperbaiki. Akibat dari dosa dibersihkan, dan hukuman/ konsekuensi dosa ‘dilunasi’.
  3. Api Penyucian itu hanya sementara. Setelah disucikan di sini, jiwa-jiwa dapat masuk surga. Semua yang masuk Api Penyucian ini akan masuk surga. Api Penyucian tidak ada lagi pada akhir jaman, sebab setelah itu yang ada hanya tinggal Surga dan neraka.

Jangan ragu mendoakan jiwa-jiwa yang ada di dalam Api Penyucian

Ayah saya meninggal pada tahun 2003 yang lalu. Saya selalu mengenangnya, terutama akan segala teladan iman dan kasihnya semasa hidupnya. Saya bersyukur bahwa sebelum wafatnya, ia sempat menerima sakramen Pengurapan orang sakit dan menerima Komuni Suci. Sejak saat meninggalnya sampai sekarang, saya mengingatnya dalam doa-doa saya setiap hari, saat saya mengikuti Misa kudus, dan secara khusus saya mempersembahkan ujud Misa baginya, yaitu pada saat memperingati hari wafatnya, hari arwah, dan hari ulang tahunnya. Saya percaya, bahwa sebagai sesama anggota Tubuh Kristus,  tidak ada yang dapat memisahkan kami, sebab kami dipersatukan di dalam kasih Kristus. Tentu saya berharap agar jiwa ayah saya sudah dibebaskan dari Api Penyucian, dan dengan demikian, Tuhan dapat mengarahkan doa saya untuk menolong jiwa- jiwa yang lain.

Dengan mendoakan mereka yang sudah meninggal, saya diingatkan bahwa suatu saat akan tiba bagi saya sendiri untuk dipanggil Tuhan. Dan saat itu sayapun membutuhkan doa-doa dari saudara/i seiman. Semoga mereka yang telah saya doakan juga akan mendoakan jiwa saya, jika tiba saatnya nanti. Demikianlah, indahnya kesatuan kasih antara umat beriman. Kita saling mendoakan, bukan karena menganggap kuasa Tuhan kurang ‘ampuh’ untuk membawa kita kepada keselamatan. Melainkan karena kita menjalankan perintah-Nya, yaitu agar kita saling mendoakan dan saling menanggung beban, untuk memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2); dan dengan demikian kita mengambil bagian dalam karya keselamatan Tuhan. Sebab di dalam Kristus, kita semua memiliki pengharapan akan kasih Tuhan yang mengatasi segala sesuatu. Maka kita dapat berkata bersama Rasul Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38-39).


[1] Dom Bernard Orchard MA, A Catholic Commentary on Holy Scripture, general editor, (Thomas Nelson and Sons, New York, 1953), p. 1148, ayat ini menunjuk kepada kematian Onesiforus.

[2] Spirago-Clarke, The Catechism Explained, an Exhaustive Explanation of the Catholic Religion, TAN Books and Publishers, Inc.,1921, reprint 1993, p. 256, 270.

[3] Tertullian, “On Monogamy”, Chap 10, seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers (Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, original print by Herder and Herder, 1966) p. 457.

[4] Lihat St. Cyril dari Yerusalem, Catecheses, 23:10, seperti dikutip oleh John R. Willis, Ibid., p. 418.

[5] St. Yohanes Krisostomus, Homili 1 Kor 4:1,5, seperti dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik 1032.

[6] Lihat St. Agustinus, The City of God, Bk 21, Chap. 13, seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, Ibid., p. 456-457.

[7] St. Gregorius Agung, Dial 4, 39, seperti dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik 1031.

[8] J. Neuner, SJ- J. Dupuis, SJ, The Christian Faith in the Doctrinal Documents of the Catholic Church, (Theological Publications in India, Bangalore, 7th revised and enlarged edition, 2001), p. 1020-1021.

 

4.3 12 votes
Article Rating
183 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Caesarandra
13 years ago

Dear tim Katolisitas, Saya pernah membaca mengenai doktrin api penyucian disebuah website milik gereja Orthodox, mereka tidak mempercayai doktrin ini dengan alasan bahwa, jika api penyucian itu ada pada saat setelah orang meninggal sampai dengan akhir dunia ( saat Yesus datang kedua kali untuk mengadili ) lalu bagaimana dengan orang yang masih hidup pada saat akhir jaman tersebut ? apakah orang2 ini tidak mengalami yang namanya api penyucian ? apakah dengan demikian artinya Tuhan pilih kasih ? demikian keberatan yang gereja Orthodox ajukan mengenai doktrin api penyucian, bagaimana tanggapan dari kalian mengenai jawaban tersebut ? mohon pencerahan. Terima kasih JMJLU,… Read more »

vano
vano
13 years ago

Shalom,

alur berpikir sorang Katolik
berdoa utk org mati BUKANLAH SIA2 krn mereka sebenarnya di API PENYUCIAN, makanya msh bisa didoakan.

OK, saya coba mengikuti alur berpikir tsb.
Menjadi pertanyaan:

1. Siapa yg melakukan “penyucian” disana?
2. Berapa lama waktu seseorang dibakar “api penyucian”?
3. Api apakah yg membakar/menyucikan “jiwa2” disana?

terima kasih

Vano
Vano
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Terimakasih atas penjelasannya, pertanyaan saya selanjutnya

Point No 2
Ibu Inggrid, menjelaskan : apabila “jangka waktu pemurnian ini ditentukan oleh Tuhan sendiri”, maka berdoa utk org2 di purgatory nampaknya “tdk perlu” sebab nasib mereka ditentukan oleh Tuhan sendiri.
Itu kesan saya, benarkah?

Blessings,

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Vano
13 years ago

Shalom Vano, Terima kasih atas jawaban dan pertanyaan anda. Dengan argumentasi yang sama, maka dapatkah saya mengatakan “jangka waktu terkabulnya suatu doa ditentukan oleh Tuhan sendiri, maka berdoa untuk orang-orang yang membutuhkan doa-doa kita nampaknya tidak perlu, sebab nasib mereka ditentukan oleh Tuhan sendiri?“ Dengan demikian, maka percuma kita saling mendoakan dan percuma juga ayat yang mengatakan untuk saling mendoakan (lih. Yak 5:16). Namun, saya yakin anda juga percaya akan ayat ini, yang menginginkan umat Allah dapat saling mendukung di dalam doa. Dan dukungan ini juga termasuk untuk orang-orang yang masih ada di Api Penyucian. Semoga jawaban ini dapat diterima.… Read more »

Vano
Vano
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Shalom Bpk Stef, Terima kasih atas jawaban Bapak, saya ingin membuat hipotesa lebih dahulu ttg prugatory dg banyaknya info yg saya dapat dari banyak literatur termasuk di web ini ( tolong koreksi jika ada yg salah / luput ) 1, setelah mati manusia berada di suatu tempat (bukan surga dan neraka) 2. di tempat itu mereka mengalami suatu keadaan yg disebut dg api penyucian 3. melalui api penyucian ini, dosa disucikan 4. doa dapat membantu mempercepat proses api penyucian ini alasan mengapa perlu api penyucian dan apa yg terjadi di sana 1. maunusia (umat) dapat berbuat salah, dan ketika mati… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Vano
13 years ago

Shalom Vano, Terima kasih atas pertanyaannya. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan. 1. Setelah mati, manusia akan mengalami pengadilan khusus (lihat tanya jawab ini – silakan klik), sehingga manusia tahu apakah dia masuk ke Sorga, neraka atau Purgatorium. Bagi yang mati dalam kondisi dosa berat dan tanpa penyesalan, maka orang tersebut akan masuk neraka. Bagi yang mempunyai kesempurnaan kasih, maka orang tersebut akan masuk Sorga secara langsung. Bagi yang masih mempunyai dosa-dosa ringan yang harus dimurnikan, maka orang tersebut akan masuk ke Api Penyucian. Melalui Api Penyucian ini, maka manusia akan mengalami pemurnian, sehingga pada saatnya, dia akan… Read more »

andriyanto
andriyanto
Reply to  Vano
13 years ago

Penebusan Yesus adalah sempurna. Namun faktanya kuasa kegelapan dari jaman Adam hingga saat ini masih ada. Kita renungkan secara iman dimana kesempurnaan penebusan itu. Dalam Alkitab ada dua hal utama yang mencolok dalam karya Yesus. Satu adalah pernyataan ke-Allahan Yesus (Yesus menyatakan sebagai Putra Allah, Jalan Kebenaran, dll), yang kedua adalah pengajaran. Yesus memperkuat dengan banyak mukjizat untuk menyatakan kebenaran dalam dua hal tadi. Karena kuasa gelap masih ada, maka manusia akan selalu mempunyai dua sisi itu. Yesus adalah putra Allah. Ada kesempurnaan dalam diriNya. Berbeda dengan manusia. Manusia tidak sempurna. Karena mempunyai dua sisi tersebut. Namun Yesus mengajak manusia… Read more »

penuai
penuai
13 years ago

Kalau memang “API PENYUCIAN” itu ada, lalu….apa gunanya “DARAH YESUS ?????!!!!!!”……apakah darah Yesus tidak sanggup untuk menyucikan manusia sehingga diperlukan api penyucian ????!!!!!….

Lalu, untuk apa Yesus capek2 jadi manusia dan mau disalibkan kalau toh ada yang namanya Api Penyucian ???!!!

Terimkasih…GBU

penuai
penuai
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Terimakasih Ibu buat jawabannya…Tetapi menurut saya jawabannya malah Kontradiktif sekali…. Saya sudah baca artikel Ibu malah tambah kontradiktif. Sebenarnya kita bersyukur atas pengorbanan darah Yesus di Kayu salib atau karena ada Api penyucian. Kembali ke pertanyaan awala saya Bu….kalau memang tujuan dari api Penyucian itu untuk menyucikan manusia…lalu..Apa gunanya Darah Kristus ????!!!!!! Setahu saya TUHAN tidak pernah bekerja setengah-setengah, sekali Dia menyelamatkan…maka akan selamat. Kalua toh, ada Api Penyucian maka TUHAN Yesus ngak perlu repot2 jadi manusia dan mati menebus manusia. Langsung aja semua manusia yang berdosa dimasukkan ke dalam api penyucian….nahhh…bereskan. Semua masuk surga…..Iblis gigit jari. Bukankah itu yang… Read more »

johanes
johanes
Reply to  penuai
12 years ago

Sdr penuai. …Apakah sdr bisa menggaransi bahwa sesudah menerima darah Kristus, lantas sdr tetap menjadi kudus selama namanya…dan saat meninggal pasti dan langsung masuk surgawi? Siapakah yang menjamin? Ngga ada…bahkan Tuhan Yesus sendiri berkata “enyalah kamu hai pembuat kesehatan…..”, jd mohon tidak menggampangkan pola ajaran Yesus. .sebab meskipun kita berseru Tuhan. ..Tuhan. ..sehari 24 jam non stop sebab sudah dibaptis dan menerima Darah Yesus…itu tidak menjamin km masuk surga ….perumpamaan tentang siapa yg masuk surga dan siapa yg tidak masuk surga dalam Injil Matius sangat jelas penggambarannya. Bukan orang yg berseru Tuhan Tuhan yg akan diselamatkan. ..Tetapi perlu diukur dari… Read more »

yunus
yunus
14 years ago

salam kristus Ibu Inggrid

saya mohon bantuan kepada ibu Inggrid,seperti yang saya baca di atas memang secara explisit tidak disebutkan adanya api penyucian dalam alkitab tapi bisakah ibu memberikan bacaan yang sekiranya bisa membantu menyakinkan atas api penyucian tersebut ada dan kita akan disucikan oleh api tersebut.
terimakasih

albertus nonto
albertus nonto
14 years ago

Ibu Igrid ytks

Saya juga mau menambahkan pengalaman ibu Dela, mengenai salah satu anggota keluarganya yang didatangi para jiwa. Salah satu anggota keluarga kami juga punya pengalaman yang sama. Dan kami sudah banyak mendoakan mereka. Dan banyak sekali pengalaman fantastis yang kami alami sebenarnya berkenaan dengan doa untuk para jiwa ini. Jika ada yang berminat untuk mendiskusikan ini, kalau boleh para pengasuh atau ibu Ingrid, untuk meneruskan e-mail saya ke ibu dela sekedar untuk sharing.

salam

albertus

Dela
Dela
14 years ago

Shalom Ibu Ingrid Listiati, Saya memiliki saudara yang kebetulan memiliki kharisma khusus untuk melihat atau didatangi oleh jiwa2 di api penyucian. Dan dia sering merasa berat menerima kharisma tersebut. Sebab seringkali dia di datangi oleh jiwa2 malang yang memohonkan doa, atau membawa pesan kepada sauadra2nya untuk mendoakan dia. Jika jiwa tersebut masih termasuk salah satu saudara kita tidaklah menjadi masalah disini, dengan muda ia bisa menyampaikan pesan tersebut, perkara saudara kita mau percaya atau tidak dia kembalikan kepada yang bersangkutan. Namun yang menjadi masalah adalah jiwa2 lain yang bukan saudaranya mendatangi dia juga, seperti jiwa salah seorang tetangga yang dia… Read more »

Dela
Dela
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Shalom Bu Ingrid. terimakasih atas sarannya nanti akan saya sampaikan kepada saudara saya. Saya tertarik mencari buku yang ibu rekomendasikan itu, nanti akan saya berikan juga kepada saudara saya. Kira2 dimana saya bisa mendapatkan buku tersebut?

Salam

Dela

diana santoso
diana santoso
14 years ago

Dear Stef,

Terimakasih banyak untuk penjelasannya, dan saran untuk anak teman saya, akan saya sampaikan.

Keberadaan website ini sungguh membantu orang-orang awam yang ingin mendalami iman katolik melalui internet.. Terima kasih kepada Anda berdua yang dengan tekun mengasuh website ini..
Semoga Tuhan selalu memberkati dan membimbing Anda berdua..

Berkah Dalem;
diana santoso

diana santoso
diana santoso
14 years ago

Ytk Ingrid n Stef,

Tolong tanya, tentang arwah / jiwa di api penyucian, apakah dapat menampakkan diri kepada orang-orang tertentu yang mendapat karunia khusus??

Ada anak teman saya, yang katanya sering didatangi arwah-arwah, terutama yang meninggal secara tidak wajar, misalnya korban kebakaran, pembunuhan, perkosaan, dll..
Katanya, arwah-arwah yang datang itu hanya yang dengan seizin Tuhan..

Yang ingin saya tanyakan, apakah itu arwah beneran atau iblis yang menyamar?
Bagaimana membedakannya?

Terima kasih, Berkah Dalem;
diana santoso

Stefanus Tay
Admin
Reply to  diana santoso
14 years ago

Shalom Diana Santoso, Terima kasih atas pertanyaannya tentang jiwa-jiwa di Api Penyucian. Jiwa-jiwa tersebut memang dapat menampakkan diri kepada orang-orang tertentu, dengan seijin Tuhan. Kalau arwah-arwah tersebut datang untuk minta didoakan dan minta dipersembahkan misa, serta tidak pernah mengganggu orang yang diberikan penampakkan, maka kemungkinan besar, arwah-arwah tersebut datang dari Api Penyucian. Namun, kalau arwah-arwah tersebut mulai meminta hal-hal yang lain dan mulai mengganggu, maka keberadaan mereka perlu dipertanyakan. Tidak ada keinginan apapun dari arwah-arwah di Api Penyucian, kecuali secepatnya ingin bersatu dengan Allah dalam Kerajaan Sorga. Dan ini hanya mungkin dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang berada di… Read more »

albertus
albertus
14 years ago

dear katolisitas

Saya mau menanyakan mengenai jasad jenasah yang di kremasi menurut ajaran katolik. Karena pada ibu saya jasadnya dikremasikan pada saat meninggal ( sesuai dengan permintaan ibu saya sendiri semasa masih hidup ).
tks

Zepe
14 years ago

apakah dalam I KOr 13:8 (Kasih Tidak berkesudahan)
dan …
iman kita bagi yang percaya pada Yesus, akan hidup yang kekal bisa menjadi dasar alkitabiah bagi kita untuk meminta bantuan doa dari orang-orang kudus dan Bunda Maria??
karena dengan kasih yang tidak berkesudahan, itu berarti meskipun kita telah mati, kita tetap memiliki kasih, dan kasih itu menjadi “jembatan” untuk kita bisa berhubungan dengan manusia yang sudah meninggal sampai kapan pun (sebelum Yesus datang untuk ke-2 kalinya).

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Zepe
14 years ago

Shalom Zepe, Terima kasih atas pertanyaannya tentang meminta bantuan kepada orang Kudus. Senandung kasih yang tidak berkesudahan dalam 1 Kor 13 menjadi salah satu dasar. Gereja Katolik juga percaya bahwa mereka yang telah meninggal dunia, tetap hidup, karena mereka tetap hidup di dalam Kristus. Surat kepada jemaat di Roma menegaskan ““38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan… Read more »

Petrus Malau
Petrus Malau
14 years ago

Shalom,

Saya pernah membaca sebuah referensi Iman Katolik, seingat saya (maaf jika salah) yaitu Scott Hahn yang mengatakan, “Satu orang Katolik saja, yang pendoa dalam satu rumah/keluarga, maka Allah akan menyelamatkan dia beserta seisi rumahnya” (perihal Purgatorium).
Benarkah? Maksudnya seperti apa? Mohon penjelasan.

Dominus vobis cum..

Petrus.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Petrus Malau
14 years ago

Shalom Petrus, Terima kasih atas pertanyaannya. Anda menuliskan “Scott Hahn yang mengatakan: Satu orang Katolik saja, yang pendoa dalam satu rumah/keluarga, maka Allah akan menyelamatkan dia beserta seisi rumahnya” (perihal Purgatorium).” Saya tidak tahu konteks dari kalimat ini. Kalau memungkinkan, Petrus dapat memberikan kutipan dari teks tersebut secara persis, sehingga saya dapat mengomentarinya dengan lebih baik. Tentang konsep Purgatorium Petrus dapat membacanya di sini (silakan klik). Ayat dari kutipan tersebut mungkin diambil dari “Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31). Kalau kita hubungkan dengan Purgatorium, maka doa dari anggota keluarga… Read more »

vano
vano
14 years ago

Salam bu Ingrid, saya ingin menanyakan satu hal yg sangat menggangu saya. Bukankah Pintu SOrga tertutup sejak kejatuhan Dosa Adam dan Hawa, dan baru terbuka ketika Yesus di Kurbankan sebagai Kurban Paskah? Jika demikian mengapa di Perjanjian Lama dengan jelas ditulis bahwa Elia terangkat ke Sorga berbeda dengan pengaktan Henokh yg dijelaskan bahwa ia telah terangkat tanpa menyebutkan terangkat kemana? 2Raj. 2:1 Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal. 2Raj. 2:11 Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia… Read more »

jeanedith
jeanedith
14 years ago

mohon penjelasannya dari dasar Kitab suci mengenai Api Penyucian no 4 (empat) Rasul Petrus juga mengajarkan bahwa pada akhir hidup kita, iman kita akan diuji, “…untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan… pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Pet 1:7). Rasul Petrus juga mengajarkan, “Kristus telah mati untuk kita … Ia, yang yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan oleh Roh, dan di dalam Roh itu pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada di dalam penjara, yaitu roh-roh… Read more »

jeanedith
jeanedith
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

paham “Limbo” (tempat penantian) dalam syahadat TIDAKLAH SAMA dengan API PENYUCIAN seperti yang kita imani? apakah anda setuju? atau sama?

justina
justina
14 years ago

SHALOM Ferry Hadiwjaya

Buku yang mendukung api pencucian / Purgatorium : Buku Catatan Harian St Faustina, Rahasia Api Pencucian, Bebaskan kami dari sini ! ( : Maria Simma ), dan banyak lagi. Atau di situs : indocell.net/yesaya ; ekaristi.org ; katolik.org ; dan seterusnya.

Semoga membantu

stephanie
stephanie
14 years ago

bu Inggrid, kalau saya membaca kitab suci, menurut saya keslamtan itu anugrah dari Allah dan bukan karena perbuatan kita. Menurut saya, dengan kita beriman saja terhadap Yesus maka kita menadi milikNya dan berhak tinggal denganNya. Sedangkan perbuatan itu adalah cara kita untuk menunjukkan iman kita. Jadi bukan karena perbuatan kita. Ini sama saja bahwa kita mencintai seseorang tapi tidak menunjukkan rasa cinta kita, kan tidak bisa disebut cinta. Sama saja jika kita ngomong kalau kita beriman tapi kita tidak menunjukkannya. Apakh itu masih bisa disebut iman?Apakah kita bilang iman-iman tidak hanya di mulut saja? Maka dari itu bukan karena perbuatan… Read more »

deogratia
deogratia
14 years ago

mungkin ayat2 ini bisa dijadikan rujukan bagi teman2 Katholik [tapi mungkin tidak bagi mereka yg non-Katholik sebab mereka tidak mengakui kitab ini] Wisdom [of Solomon] 3: [Douay-Rheims Bible] 1 But the souls of the just are in the hand of God, and the torment of death shall not touch them. 2 In the sight of the unwise they seemed to die: and their departure was taken for misery: 3 And their going away from us, for utter destruction: but they are in peace. 4 And though in the sight of men they suffered torments, their hope is full of immortality.… Read more »

fxe
fxe
14 years ago

Bu Ingrid, saya ada beberapa pertanyaan, mohon bantuan: 1. berapa lama seseorang berada di api penyucian, apakah tergantung berat atau ringannya dosa ? ada imam yg mengajarkan bahwa jiwa di api penyucian hanya selama 40hari. Jadi kalo belum 40hari, kita perlu “mendoakan” arwah tsb, tapi bila sudah lewat 40hari, cukup “memperingati” hal-hal baik dari pribadi yg meninggal tsb dan tidak perlu mendoakan lagi. Betulkah begitu? 2. melihat ajaran bahwa ada “proses” dari api penyucian (beberapa lama) kemudian ke surga, berarti ada perubahan keadaan di satu waktu ke waktu lain, bukankah itu artinya bukan kekekalan? Kekekalan dalam pengertian saya adalah tiadanya… Read more »

fendy Lilir, SE.
fendy Lilir, SE.
14 years ago

Dominus vobiscum,
Teologi Katolik mengajarkan bahwa sesungguhnya ada 3 tingkat kehidupan (para kudus, jiwa2 di api penyucian & umat beriman yang masih mengembara di dunia). Yang jadi pertanyaan kenapa di agama lain tidak ada ajaran tentang api penyucian? Tolong penjelasan….
Terima kasih.

Ferry Hadiwjaya
Ferry Hadiwjaya
14 years ago

Shalom…
Saya berharap pertanyaan ini tidak menunjukkan kecerobohan saya dalam menyimak artikel di atas tentang api penyucian.
Pertanyaan saya adalah bagaimana kita mengetahui jiwa orang yang sudah meninggal dan selalu kita doakan tersebut sudah terlepas dari proses api penyucian dan masuk ke sorga ? Agar kita dapat mendoakan orang lain lagi yg sudah meninggal. “List nama masuk ke sorga, list baru untuk didoakan”

Terima kasih

Salam Kristus.

Ferry

Ade A.
Ade A.
14 years ago

Dear Katolisitas,
Saya ingin bertanya tentang keberadaan malaikat2 yang ada – yang jumlahnya cukup banyak – yang diciptakan Allah. Karena yang saya dengar, malaikat2 tersebut mempunyai nama dan juga tugas2 tertentu dalam hal membantu manusia yang ada di dunia. Kalau Bu Inggrid atau Bpk. Stevanus bisa membantu memberikan penjelasan mengenai hal ini, saya sangat berterimakasih.

Syalom,
Ade A.

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
183
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x