Beragama atau tidak beragama sama saja?

[Berikut ini adalah sharing pengalaman seorang pembaca yang tadinya Katolik tetapi sekarang meninggalkan Gereja, karena berpandangan bahwa beragama atau tidak beragama itu sama saja. Benarkah demikian?]

Pertanyaan:

Dulu, saya seorang katolik dan ikut karismatik……
Kl menurut saya, karismatik itu…. ya memang membuat hati tersentuh bahkan kadang2 orang2pun menangis……
Tapi kalau dari pandangan saya sebagai orang awan yang imannya tidak kuat……
Saya juga tersentuh tapi itu semua karena ada musik yang mellow dan bisa menggetarkan hati….. buktinya saya yang awam aja tersentuh…. walaupun disana membahas alkitab tapi pulang dari gereja saya tdk mendapatkan pencerahan apapun………Hati saya tetap kosong…… kadang sih saya merasa karismatik kq spt agama protestan dan bahasa rohnya kq kayak dibuat2 gitu sih…. masa bisa dinyanyikan bahasa rohnya dan dikeluarkan pada saat penyembahan…… spt dibuat2 saja.

Jujur, keluarga saya memang atheis tapi kami bukan atheis dari awal…….
orang tua saya bukan katolik tp kakak2 saya semua katolik karena bersekolah di sekola katoluk bahkan kakak perempuan saya dulu putri altar tapi seiring berjalannya waktu dan berbagai kejadian yang kami alami, kami menemukan banyak kejanggalan dan ketidak masuk akalan dalam kitab suci,………
kami menemukan tanpa Tuhan kami juga bisa hidup seperti org lain dan pekerjaan kami lancar. Keberhasialan bukan hanya dari keberuntungan dan “karunia” saja tapi dari kerja keras kami……

Terkadang di dalam lubuk hati saya, saya ingin memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan spt org lainnya…. tapi hati saya kosong……
Setelah saya melihat dunia luas….. saya sadar agama bukanlah segalanya…..
banyak orang yang tidak beragama justru lebih bermoral dan sosial daripada orang beragama……
tapi saya percaya orang yg benar2 beriman katolik pasti org baik sih….. krn tante2 saya katolik

saya meyakini, sebenarnya agama itu hanyalah wadah agar orang2 itu ada pada jalan yang benar dan tidak semena2 dalam hidupnya….
namun walaupun tanpa agama, jika mindset kita sudah teratur , kita juga bisa membuat aturan sosial bagi diri kita sendiri……..
Bagi saya….., apa sih yang kita cari dalam kehidupan kita?
KEBAHAGIAAN….. dan orang katolik pasti mencari kebahagiaan itu dalam kristus
tapi bagi saya, saya bisa menemukan kebahagiaan itu dengan cara saya sendiri….
saya memiliki impian dan menikmati kehidupan yang saya jalani…..

Beragama karena apa? coba Anda pikirkan…..
krn percaya akan Tuhan, karena bla bla bla….. tapi ujung2nya karena takut masuk neraka bukan….. kq sptnya gmana gt….
mengikuti Tuhan karena takut nnt di kehidupan yang akan datang tersiksa…. spt beriman krn menginginkan kebahagiaan…..

Berarti beragama atau tidak beragama sama saja……
Hanya untuk kepuasan diri sendiri…. kl udah ke gereja dan taat, hati jadi lega……
kl ada masalah…… berdoa, minta bimbingan dan penguatannya….
Semua hanya untuk ketenangan batin semata…..
Hanya masalah pskilogis saja………

Jawaban:

Shalom WeLl,

Sebenarnya, tidak ada sesuatu yang aneh dengan keinginan kita manusia untuk mencari kebahagiaan. Ini adalah salah satu yang membuktikan bahwa kita adalah manusia, yaitu jika kita ingin hidup bahagia. Nah, karena kita manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk rohani (tidak saja terdiri dari tubuh), maka tidak heran, kebahagiaan kita sebagai manusia tidak saja berkenaan dengan kesenangan jasmani. Sebab telah banyak contohnya, bahwa orang- orang yang secara duniawi sudah mencapai segala- galanya, tetapi masih merasa ‘kosong’ bahkan ada yang memilih bunuh diri. Ini adalah bukti bahwa kebahagiaan manusia tidaklah ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan jasmani.

1. Apakah definisi kebahagiaan?

Nah sekarang, apakah definisi kebahagiaan menurut anda? Jika kebahagiaan yang anda maksud hanya pemenuhan kebutuhan material di dunia; mungkin saja memang dapat diperoleh tanpa melibatkan Tuhan. Tetapi apakah itu benar, bahwa manusia hanya puas dengan pemenuhan kebutuhan di dunia yang sifatnya sementara? Apakah manusia tidak menginginkan sesuatu yang bersifat selamanya dan kekal? Jika kita mau jujur, ya, kita manusia merindukan kebahagiaan yang sifatnya selamanya; dan ini ada di dalam hati semua orang, karena memang manusia diciptakan sedemikian oleh Tuhan. Manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, dan karenanya merindukan kekekalan dan kesempurnaan, sebab Allah yang menciptakan kita adalah Allah yang kekal dan sempurna.

Saya tidak mengerti latar belakang anda, bagaimana sewaktu masih tergabung dalam Gereja Katolik, dan pernah mengikuti persekutuan Karismatik. Apakah anda setia mengikuti Misa Kudus ataukah hanya sesekali? Apakah anda pernah mengikuti secara serius persekutuan doa Karismatik, atau hanya mengikuti persekutuan beberapa kali? Sejauh mana usaha yang anda lakukan untuk mempelajari iman anda? Apakah anda rajin berdoa dan merenungkan Kitab Suci? Apakah anda mengalami hubungan yang pribadi dengan Tuhan? Sesungguhnya pertanyaan- pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang tidak hanya layak ditujukan kepada anda, tetapi kepada semua umat Katolik, termasuk saya.

Satu hal yang perlu disadari adalah: karya Allah dalam hidup setiap orang itu berbeda- beda. Namun umumnya, berawal dari suatu kesadaran untuk bertanya kepada diri sendiri: “Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?”, seperti yang tersirat saya lihat dalam tulisan anda. Kerinduan anda agar dapat mengalami hubungan yang harmonis dengan Tuhan, itu sendiri adalah rahmat Tuhan. Sebab kerinduan kita akan Tuhan itu disebabkan oleh dorongan dari Tuhan. Maka, jiwa andapun sesungguhnya merindukan Tuhan, walaupun anda sekarang nampaknya masih berusaha untuk mencari kebahagiaan di tempat lain ataupun mempunyai definisi yang berbeda dengan kebahagiaan yang ditawarkan oleh Tuhan. Bagi umat Kristiani, kebahagiaan diperoleh hanya di dalam Tuhan Yesus, yang membawa kita kita kepada kehidupan kekal di Surga. Silakan membaca lebih lanjut tentang ini di artikel Kebahagiaan Manusia hanya ada di dalam Tuhan, silakan klik. Itulah sebabnya, betapapun kita manusia mencari kebahagiaan di tempat lain ataupun kepada sesuatu yang lain, selalu berakhir dengan ‘kekosongan’. Sebab manusia diciptakan oleh Tuhan untuk mengenal dan mengasihi Pencipta-Nya, maka sebelum kita sampai ke sana, hati kita akan ‘kosong’ dan kita tidak akan dapat memperoleh kebahagiaan dan ketenangan yang sejati. St. Agustinus pernah mengajarkan demikian, “You have made us for yourself, O Lord, and our hearts are restless until they rest in You.” [Engkau telah menciptakan kami bagi diriMu, O Tuhan, dan hati kami gelisah, sampai ia beristirahat di dalam Engkau”].

2.  Umumnya seseorang kembali kepada Tuhan setelah mengalami kesusahan/ ujian dalam hidup.

Silakan anda memeriksa batin anda, apakah pengalaman hidup anda membuat anda (dan kakak) meninggalkan iman anda? Apakah itu yang anda sebut sebagai ‘kejanggalan dan ketidak masuk akalan dalam kitab suci?’ Kalau anda mau, anda dapat mendiskusikannya dengan kami. Firman Tuhan memang mengatakan bahwa segala yang ada pada kita adalah karena karunia Tuhan (2 Kor 9:8), namun Tuhan juga tidak mengecilkan makna kerja keras kita. Bahkan kalau kita membaca Kitab Suci, kita melihat bahwa tokoh- tokoh yang menjadi teladan iman di sana, baik itu para nabi, para rasul, tak terkecuali Yesus Kristus sendiri, bekerja keras di dalam hidup. Jadi tidak benar bahwa kalau orang sudah menerima karunia lalu ‘tidak perlu bekerja’. Namun sebaliknya, tidak benar juga jika dikatakan bahwa tanpa Tuhan pekerjaan dapat berjalan lancar. Sebab pandangan ini ‘melupakan’ bahwa pekerjaan itu dapat berjalan, karena Tuhan memungkinkan hal itu terjadi, dengan memberikan kemampuan kepada orang itu untuk melakukannya. Coba bayangkan jika Tuhan mengijinkan anda mengalami sakit penyakit, kecelakaan, bencana, ditipu orang, atau orang yang paling anda kasihi meninggal dunia secara mendadak. Maka, tak mengherankan, ada banyak orang kembali kepada Tuhan, justru setelah mengalami kesusahan; sebab justru pada saat itu ia dapat dengan rendah hati menerima bahwa segala yang ada padanya sesungguhnya diperoleh karena kemurahan Tuhan, dan dalam sekejap dapat hilang, jika Tuhan mengijinkan hal itu terjadi. Namun ada satu kebahagiaan sejati, meski dalam keadaan tersulit sekalipun, yaitu jika kita bersandar kepada Tuhan. Hal ini bukan masalah psikologis semata, sebab ilmu psikologis sendiri tidak akan dapat menjelaskannya secara tuntas mengapa demikian, ketika itu berkaitan dengan mukjizat- mukjizat dan pertobatan yang mengubah hidup secara total, misalnya dari kasus kecanduan, ataupun dari berbagai perilaku penyimpangan lainnya.

3. Apakah Tuhan sungguh ada?

Jika anda masih bertanya- tanya, apakah benar Tuhan itu ada, silakan anda membaca di sini, Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada? silakan klik. Ataupun kalau anda mau membaca kisah kesaksian seorang Atheis yang kemudian menjadi Katolik, silakan klik di sini. Kesaksian tersebut adalah dari seorang yang bernama Lawrence Feingold, yang sejak kecilnya dididik secara atheis, namun akhirnya mengalami pengalaman kasih Tuhan, dan memutuskan untuk menjadi Katolik. Ia akhirnya mendalami iman Katolik sedemikian rupa, menjadi seorang doktor dalam hal Theologi, dan kini menjadi salah satu pembimbing Theologis situs Katolisitas ini. Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang tersendiri, untuk membawa kita masing- masing untuk mengenal dan mengasihi Dia yang terlebih dahulu mengasihi kita. Pengalaman akan kasih Tuhan inilah yang mengubah hidup seseorang, dan sebab hanya Tuhanlah yang dapat ‘mengisi kekosongan’ dalam hati setiap orang secara sempurna.

4. Kebahagiaan kita yang sejati adalah bersatu selamanya dengan Allah yang menciptakan dan menyelamatkan kita

Maka, pencarian kebahagiaan kita sesungguhnya bukan ‘hanya’ demi ‘kepuasan diri sendiri’ atau ‘demi menghindari neraka’ seperti kata anda, namun jauh lebih indah dan mulia daripada itu: yaitu untuk bersatu selamanya dengan Allah yang menciptakan dan menyelamatkan kita. Dan ini tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan apapun yang ditawarkan oleh dunia ini. Di dunia ini kita dapat saja mengalami bermacam kebahagiaan, tetapi sifatnya  tidak sempurna, dan  sementara. Namun jika kita mempunyai Kristus di dalam hati kita, maka kebahagiaan kita itu bersifat tetap, dan kebahagiaan ini menghantar kita kepada kesempurnaannya di surga kelak.

WeLl, saya percaya Tuhan masih terus mengetuk pintu hati anda dan menantikan jawaban anda. Saya berdoa, semoga akan tiba saatnya, anda membuka pintu bagi-Nya dan membiarkan-Nya masuk untuk mengisi kekosongan hati anda, dan memberikan kebahagiaan yang anda cari selama ini. Gereja Katolik tetaplah rumah anda yang terus menantikan anda kembali pulang.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

5 1 vote
Article Rating
23 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
frans
11 years ago

Pro saudaraku WeLI dan Wenang yang terkasih. Saya sungguh-sunguh dapat memahami kondisi spiritual anda saat ini, sebab saya pernah juga mengalami saat seperti itu. Berdasarkan pengalaman rohani saya memang keimana itu merupakan proses seperti halnya kematangan psikologis. Tapi saya juga sependapat dengan saudara-saudaraku dia atas bahwa saat ini anda berada pada masa tidak peduli, saya mengatakan tidak ada orang yang benar-benar atheis. Dasarnya adalah kita memiliki memory system yang tersimpan dalam otak kita yang sulit untuk dihapuskan. Anda pernah menjadi Katolik, saya yakin minimal anda pernah mendengar atau mempelajari tentang Tuhan. Jadi saya tidak yakin anda benar-benar mengesampingkan Tuhan dari… Read more »

wenang
wenang
Reply to  frans
11 years ago

Yg terkasih saudara Frans…
Terima kasih ats empatinya.
Semoga XD

Salam damai dlm nma kmanusiaan,
Wenang

Christofle
Christofle
11 years ago

Saya juga seorang Katolik dan ingin ikut memberi masukan dgn sebuah cerita yg ditulis oleh seorang Pastor Yesuit: Anthony de Mello, SJ mengenai agama. Smoga bermanfaat bagi kita smua. Amin. SEGALA SESUATU ADALAH AGAMA Seorang pengkhotbah dari Amerika bertanya kepada seorang pelayan restoran di Beijing arti agama bagi orang Cina. Pelayan itu mengajaknya ke luar ke balkon dan bertanya, “Apa yang bapak lihat?” “Saya melihat jalan, rumah dan orang berjalan serta bus dan taksi mondar-mandir.” “Apa lagi?” “Pohon-pohon.” “Apa lagi?” “Angin yang berhembus.” Orang Cina itu merentangkan tangannya dan berseru, “Itulah agama!” Engkau mencarinya dengan cara seseorang mencari penglihatan dengan… Read more »

wenang
wenang
11 years ago

Hi all, Saya sblmnya seorang katolik tapi mulai saat ini sy atheist dan ingin meminta pendapat sekalian yg percaya ttg “sesuatu yg tak ada”. Namun sblmnya pandangan sy ttg yesus adalah dia hanyalah seorang yg jago dlm berpidato sj mgenai kebaikan (maklum 12 org yg dipengaruhinya hanyalah nelayan dsb). Setelah dia mati, mereka yg percaya dan telah kehilangan waktu & keluarga krn mengikuti dia membesar2kan cerita ttg dia kpd penerus mereka i.e injil, buku2 kesaksian dsb. Baik lgsg sj, apakah anda bisa menjawab pernyataan sy ini ? Dilihat dari sisi manusia-nya … Ada yg bilang bhw “pencipta” itu bisa mendatangkan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  wenang
11 years ago

Shalom Wenang, Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda. Menurut saya, kalau saat ini Anda belum mempercayai keberadaan Tuhan, maka sebenarnya menjadi terlalu dini untuk berdiskusi tentang Yesus. Jadi, pada saat ini saya tidak merasa perlu untuk menjawab komentar Anda tentang Yesus. Namun, kalau Anda ingin membaca beberapa artikel berkaitan dengan kristologi, Anda dapat membacanya dalam rangkaian artikel ini: Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini… Read more »

wenang
wenang
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

Moral itu adalah hasil dari Norma Baik yg selama jutaan tahun terbentuk dan teruji pd diri manusia ketika dia sendiri atau brada dlm komunitas. Manusia menyadari hidup nyaman bahagia lebih baik daripada hidup dlm kebencian permusuhan dsb.
Sy tdk ingin lanjut soal itu.

Sy berbaik hati ingin mmberikan saran bagi FATikan, LAI, dsb agar sebaiknya menghapus ayat2/janji2 dusta di alkitab.
Jika ingin banyak orang yg percaya kpd yesus (min. tidak ada yg keluar), harusnya ayat2 “carilah, ketuklah, mintalah” dan masih banyak lagi, harus dihapus dari dunia ini :D

Thnx.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  wenang
11 years ago

Shalom Wenang, Terima kasih atas tanggapannya. Anda mengatakan bahwa kebaikan dan kejahatan terbentuk selama jutaan tahun. Pertanyaannya adalah siapakah yang menciptakan norma-norma ini, yang dapat dikatakan bersifat absolut – yang dalam bahasa Anda “hasil dari norma baik yang selama jutaan tahun.” Apakah nilai-nilai moral ini hanya terjadi secara kebetulan? Kita dapat melihat adanya nilai-nilai moral: “Jangan perbuat kepada orang lain apa yang tidak ingin orang lain perbuat kepadamu” ; “Tidak boleh membalas orang yang baik kepadamu dengan kejahatan”; “Hormatilah orang tuamu”; dll – yang diakui oleh semua orang dari segala latar belakang suku, budaya, bangsa, agama. Orang yang melanggar nilai-nilai… Read more »

wenang
wenang
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

Penjelasan anda smkin menguatkan pndgan umum bhwa kebaikan yg dilakukan kaum theis tidak mmliki ketulusan/ tdk berdasar pd keinginan pribadiny sndri alias hnya utk mndptkan surga/ mghindari neraka (ini berbeda 100% dgn atheis). Balik lagi ke yg tadi, jawabnya adalah komunitas. Apkh piranha, kecoa & nyamuk akan tidak tenang tidurny gara2 mnykiti manusia. Brbda dgn lumba2 yg mmliki pgalaman baik/jahat dlm komunitas. Anjing/harimau lainy tunduk kpd tuannya krna dia dikurung & tak bisa mncari makan sndri (qt sbg mnusia bebas mncri rejeki krna banting tulang dgn cucuran krgt, air mata & darah bukan hasil pmbrian dr ssuatu). Apkh anda berani… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  wenang
11 years ago

Shalom Wenang, Terima kasih atas tanggapan Anda. Pada tahap awal, tidaklah salah kalau seseorang berbuat untuk menghindari neraka. Namun, semakin iman bertumbuh, maka perbuatannya akan didasari akan kasih kepada Allah yang dimanifestasikan dalam kasih kasih kepada sesama. Dan menjadi hal yang wajar, kalau umat beriman menatap tujuan akhir yaitu Sorga. Bagi umat yang tidak percaya akan Tuhan, mungkin tujuan akhirnya adalah kehidupan yang baik di dunia. Dengan demikian, sebenarnya sama saja, bahwa kaum atheis juga melakukan perbuatan baik untuk menata dunia ini dengan baik dan menghindari kericuhan. Namun, kaum beriman melihat bahwa dia tetap mempunyai tanggung jawab untuk menata dunia… Read more »

Anastasia Rafaela
Anastasia Rafaela
Reply to  wenang
11 years ago

Salam kasih saudara Wenang, Dalam Yer 31:33-34 tertulis: “…demikianlah firman Tuhan. Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka”. Dengan demikian kita menjadi paham bahwa semua manusia (entah disadari atau tidak disadari) akan ‘mengenal’ Tuhan mereka sesungguhnya sebagai rahmat karunia Allah kepada manusia. Meskipun demikian kenyataannya banyak dari… Read more »

wenang
wenang
Reply to  Anastasia Rafaela
11 years ago

Salam kasih juga Anastasia.. Paragraf Kedua : – Alinea kesatu : Tujuan sy hidup didunia adalah mmbuat diri hidup dlm kseimbangan (tdk muluk2 lah) lalu meninggalkan kebaikan kpd ssma trutama org2 trdekat sbg mnusia yg beradab tau akn bls budi, jg kpd mrka yg tdk sy kenal yg terlahir dlm kondisi krg beruntung dgn kondisi yg tdk adil, sblm sy brubah mjd tanah dan saya puas utk itu. – Alinea terakhir : Justru Alkitab & tipe2 nasehat sprti inilah yg membatasi seseorang utk bekerja lebih keras, menantang ketidakadilan yg hadir sjk seorg manusia trlahir atau disaat dia mgalami keterpurukan. P.… Read more »

Anastasia Rafaela
Anastasia Rafaela
Reply to  wenang
11 years ago

Salam kasih kembali saudara Wenang, Gambaran yang paling umum dari kehidupan di dunia adalah “jalan” kehidupan. Dan ada banyak cara untuk hidup, ada banyak jalan melalui dunia ini. Tetapi pada akhirnya hanya ada dua pilihan, yaitu cara Kristus yang ‘mengarah pada kehidupan’; atau cara sebaliknya yang’mengarah pada kehancuran’ (lih. Mat 7:13-14). Kristus, Gereja, dan Alkitab mengajarkan hal ini, begitu juga akal budi, hati nurani, dan pengalaman . Ini adalah realisme moral. Dalam dunia nyata, pilihan memiliki konsekuensi nyata. Ketulusan subyektif tidaklah cukup. Kita juga harus memilih hal yang benar. Oleh sebab itu bilamana suatu ketika kita harus mengambil sebuah keputusan… Read more »

maria
maria
12 years ago

salam

saya se7 dg komentar Erik (walaupun terlambat). Memang waktu kita berkelimpahan kita seakan tdk membutuhkan Tuhan. Itu jg yang saya sering alami. Saat segalanya lancar2 saja dlm hidup sy, saya kdg ‘menyepelekan’ Tuhan. Saya jd sering lalai ato menunda-nunda utk berdoa, tp klo pas saya mengalami kesusahan, saya tekun berdoa dg harapan dikabulkan doa sy ato minta bantuan Tuhan. Bagi saya cobaan terbesar adalah di saat hidup sy lancar2 sj ato di saat berkelimpahan, bukan saat sy mengalami kesusahan ato kesesakan

JACK
JACK
13 years ago

manusia hidup memang memiliki 2 sisi kehidupan didunia ini…hidup dan mati..saya hanya memberi solusi..kita kalau bisa lebih mengenal akan sisi kehidupan kita yg lebih baik..percaya bahwa..kita hidup hanya sementara…apa yg dicari didunia ini…kesenangan apa kesusahan..dua@nya bukan…yg kita cari itu kedamaian..damai berarti bahwa yg kita lakukan(hidup)harus tenang..damai..tentram..nah yg dibutuhkan utk ketenangan..itu adalah agama…,hidup harus seperti air…tenang dan bersih….kenapa saya bilang harus seperti air…karena air merupakan kebutuhan bagi kita utk hidup…begitu juga agama…merupakan pedoman/kompas utk kita hidup…sebenarnya semua agama itu baik..hanya cara kita memahaminya berbeda..tergantung perasaan kia masing@..ibarat mendengarkan music..kalau musicnya enak..didenger tiap hari mendengarkan juga tdk membosankan..apalagi bisa bikin kita mendengarkan…… Read more »

Erik
Erik
13 years ago

Salam Damai dan Sejahtera Sdr. WeLI Setelah saya membaca tulisan Anda, saya identifikasi beberapa point sbb : 1. Anda dahulu seorang katholik. 2. Kemudian anda mulai bimbang. 3. Anda mulai mengganggap bahwa Kitab Suci ( Alkitab / Injil ) sudah tidak masuk akal bagi anda dan atau mungkin sudah ketinggalan jaman menurut anda. 4. Anda mulai menarik suatu rumusan sbb : a. Kebahagiaan adalah tujuan hidup anda. b. Kebahagiaan dapat dicapai melalui “aktualisasi diri” dan bukan dari dan bersama Yesus Kristus. 5. Anda sudah menemukan atau sedang dalam proses pencarian terhadap “sesuatu” di luar agama ( dan diluar Tuhan sepertinya… Read more »

Joglo
Joglo
13 years ago

Shalom Sdr WeLi

saya pernah mengalami seperti anda dan dapat saya artikan bahwa anda belum atheis tapi agnostik (“Tidak Peduli/Tidak MauTau akan Keberadaan Tuhan”).
Kalo orang jawa sering bilang “Gusti Mboten Sare” (Tuhan Tidak Pernah Tidur)

berkah dalem

fxe
fxe
13 years ago

Dear WeLl.., kebetulan saya menemukan tulisan menarik … tentang ” apa itu kebahagiaan? ” sebagian saya salin disini untuk renungan kita bersama. Dalam tulisan ini: “kebahagiaan” dihubungkan dengan “harapan”. Maksudnya , kita bahagia kalau kita punya harapan (Rom 12:12) Sepertinya ini menyadur dari SPE SALVI ensiklik Paus Benedictus XVI. berikut kutipan bebasnya… comment dalam (…) dan CAPITAL adalah edit -an saya. ======== H a r a p a n ! Di dalam dinamika hidup modern sekarang ini, Harapan seperti apa yang diberikan oleh Roh Kudus (TUHAN) kepada kita? Hari demi hari, kita mengalami macam-macam harapan – besar maupun kecil. Dalam… Read more »

WeLl....
WeLl....
13 years ago

Dulu, saya seorang katolik dan ikut karismatik……
Kl menurut saya, karismatik itu…. ya memang membuat hati tersentuh bahkan kadang2 orang2pun menangis……
Tapi kalau dari pandangan saya sebagai orang awan yang imannya tidak kuat……
Saya juga tersentuh tapi itu semua karena ada musik yang mellow dan bisa menggetarkan hati….. buktinya saya yang awam aja tersentuh…. walaupun disana membahas alkitab tapi pulang dari gereja saya tdk mendapatkan pencerahan apapun………Hati saya tetap kosong……

[Dari Katolisitas: komentar selengkapnya dan tanggapan dari Katolisitas sudah disampaikan di atas, silakan klik]

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
Reply to  WeLl....
13 years ago

Shalom kepada saudara Weli. Saya adalah seorang Katolik kharismatik dan ingin memberikan beberapa tanggapan akan tulisan saudara. masalah tersentuh, memang ketika kita ke persekutuan doa kita bisa tersentuh. tapi hal ini bukanlah yang terutama dalam persekutuan doa, Tapi belajar untuk MEMUJI, MENYEMBAH dan FIRMAN TUHAN itu sendiri yang paling penting. Walaupun secara psikologi, dengan rasa ‘tersentuh’ tersebut kita akan lebih mudah menerima masukan ( kritikan ) terutama dari firman TUHAN. Tapi sekali lagi esensinya adalah firman TUHAN ( bukan perasaan tersentuhnya ) Ada teman saya yang sangat keras ( tidak pernah menangis / tersentuh akan lagu – lagu ), dia… Read more »

tarsisiusdidik
tarsisiusdidik
Reply to  Budi Darmawan Kusumo
13 years ago

Betul Budi, saya juga pernah mengikuti PDKK ya bagi yang cocok tidak menjadi masalah. sebenarnya kita sangat kaya sekali dengan cara cara berdoa. ada Karismatik, doa Taize, doa Novena, rosario, kerahiaman ilahi, KTM dan masih banyak yang lainnya. Kita tinggal memilih mana yang cocok dengan kita, sehingga iman kita bisa dikuatkan. dan semuanya itu tidak bisa menggeser kedudukan MISA KUDUS. semoga teman2 katholik bisa memilih mana yang disukai. Tetap Katholik GBU ALL…………………….

Januar
Januar
Reply to  WeLl....
13 years ago

Shalom Sdr WeLI Saya seorang Katolik, saya dilahirkan bukan dari keluarga Katolik, tapi sekolah di sekolah Katolik, dan atas inisiatif sendiri masuk ke Katolik pada waktu SD. Jika boleh saya share tentang Iman saya adalah sebagai berikut: Saya sejak SMP sampai bekerja mengalami kehidupan keagamaan yang kering, bahkan cenderung sekular, karena melihat beberapa kelakuan orang yg keliatannya taat , ternyata sangat jahat dalam bidang pekerjaan. Saya juga dulu sependapat dengan anda perihal ikut Agama hanya untuk cari selamat, dan masalah sugesti psikologis, dsbnya. Saya menemukan arti hubungan saya dengan Tuhan yang lebih mendalam, setelah beberapa kali mengalami kesulitan dalam pekerjaan,… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
23
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x