Benarkah kita tak bisa mohon para kudus untuk mendoakan kita?

Pertanyaan:

1. maaf pertanyaan saya agak kurang nyambung tapi masih terkait bacaan lazarus tersebut, temen saya dari gereja protestan berkata bahwa kita tidak bisa mendoakan arwah orang mati karena di cerita itu jelas ada perikop
ayat 26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
temen saya bilang, antara si lazarus dan orang kaya itu dalam 1 dunia ( alam kematian) saja tidak bisa berhubungan, apalagi kita yang masih hidup di dunia yang berbeda,
2. Temen saya juga bilang bahwa kata-kata orang kudus yang ada di alkitab itu adalah orang yang masih hidup, ciri-ciri orang hidup memiliki badan, jiwa dan roh, oleh karena itu jika kita berdoa bersama orang kudus yang sekarang( santo santa) itu sudah tidak relevan lagi karena mereka itu orang yang sudah meninggal yang tidak memilki badan dan jiwa.
menurut romo, ibu Ingrid atau Pak stef, bagaimana saya harus menanggapi pernyataan teman saya tersebut?
terima kasih, Ben

Jawaban:

Shalom Ben,
1. Ayat 26 yang disebutkan dalam perikop kisah orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31) menceritakan jurang yang tak terseberangi antara neraka (tempat jiwa-jiwa orang yang jahat) dan pangkuan Abraham/ “the bosom of Abraham” (tempat jiwa-jiwa orang beriman menanti saat mereka boleh memasuki Surga setelah kebangkitan Yesus). Maka setelah Yesus yang bangkit turun ke tempat penantian  (yaitu pangkuan Abraham ini) maka semua jiwa yang di dalamnya dibawa ke Surga, karena Yesuslah yang sulung dari semuanya, dan Ia-lah yang membuka pintu Surga (lih. Kol 1:15-18). Oleh karena itu, jarak yang terbentang dan tak terseberangi adalah jarak antara surga dan neraka.

Namun antara para Kudus yang di Surga dan orang-orang beriman yang masih berziarah di dunia tidak terpisah oleh jurang yang tak terseberangi. Kenapa? Justru karena Yesus yang mempersatukan anggota-anggota Tubuh-Nya. Yesus mengajarkan bahwa Para Orang Kudus yang meninggal dalam Kristus tersebut tidak “mati” (lih. Yoh 11:25-26). Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Yoh 11:25-26). Para orang kudus yang telah percaya kepada Yesus itu, tidak mati, melainkan mereka tetap hidup di dalam Yesus.  Tuhan Yesus telah mengaruniakan hidup kekal kepada mereka yang telah makan Tubuh dan Darah Kristus (dalam Ekaristi) seperti yang dijanjikannya dalam Yoh 6:35, 48, 51, 53-58, “…Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu…. Barang siapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Jadi dalam pengertian ini, Para Kudus yang meninggal dalam Kristus tersebut, sesungguhnya lebih “hidup” dari pada kita, sebab mereka melah telah bersatu dengan Sang Hidup itu sendiri yaitu Kristus, di surga.

Jadi walaupun pengertian orang kudus dalam Alkitab memang sering dipakai untuk menjelaskan orang-orang Kristen secara umum, namun Gereja Katolik tidak membatasi bahwa pengertian “orang kudus” ini hanya terbatas pada orang-orang yang masih hidup di dunia. Orang kudus yang meninggal dalam Kristus, tidak berhenti menjadi orang kudus setelah ia memasuki hadirat Allah yang ilahi. Para Orang Kudus yang sudah meninggal dan masuk Surga ini juga merupakan bagian dari Gereja yang Satu. Mereka tetap menjadi anggota Tubuh Kristus [yang satu] oleh karena jasa Yesus Kristus sebagai Kepalanya. (Dengan pengertian ini maka kita juga dapat mendoakan saudara-saudara kita, para beriman yang berada di dalam Api Penyucian, karena merekapun tergabung dalam Tubuh Kristus/ Gereja yang Satu itu).

Maka kalau Rasul Paulus mengajarkan bahwa sebagai umat beriman kita harus saling mendoakan, maka sangat masuk akal kalau kitapun dapat memohon para orang kudus di Surga untuk mendoakan kita. Alkitab sendiri mengatakan bahwa para “tua-tua” dalam Why 4:9, 5:8, 6:9-11 mengajukan doa-doa mereka ke hadapan Allah. “Tua-tua” ini adalah Para kudus. Mereka adalah jiwa-jiwa orang yang telah diselamatkan, dan karena mereka berada di surga, maka mereka pasti kudus, karena semua yang tidak kudus, tidak mungkin masuk surga. Maka mereka adalah juga “Orang-orang kudus.”

1 Tim 2:1-2 Rasul Paulus mengajarkan agar kita “menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”.  Jadi yang melakukan doa syafaat/ pengantaraan bukan saja hanya Kristus dan Roh Kudus, namun kita semua diundang untuk berdoa syafaat, saling mendoakan satu sama lain. Para beriman atau semua orang kudus diajar untuk berdoa atau berdoa syafaat, dan ini diajarkan dalam 32 ayat yang lain dalam Perjanjian Baru. Namun tentu saja doa syafaat kita ini hanya dapat terjadi karena Pengantaraan Kristus yang satu-satunya itu, dan tidak bisa telepas dari Kristus.

Gereja Katolik percaya bahwa Kristus dan Roh Kudus berdoa syafaat bagi kita. Doa syafaat ini secara sempurna kita lihat dalam Perayaan Ekaristi, di mana doa-doa ditujukan kepada Allah Bapa, melalui Kristus Sang Putera, di dalam Roh Kudus (silakan melihat teks Misa Kudus). Tidak pernah doa- doa ini dinyatakan di dalam nama Maria atau nama para kudus: Santa/ Santo.

Selanjutnya, karena kita percaya bahwa kematian akan membawa kita kepada kehidupan bersama Kristus, melihat Dia dan menjadi serupa dengan-Nya (1 Yoh 3:2), maka di surga nanti, saat kita bersatu dengan Kristus, kita akan melakukan juga apa yang dilakukan oleh Kristus, yaitu berdoa/ mendoakan orang-orang lain yang masih berziarah di dunia.

Gereja Katolik tidak pernah memaksa para anggotanya untuk mempunyai devosi khusus kepada Orang Kudus. Gereja hanya merekomendasikan devosi ini atas dasar ajaran Kitab Suci seperti. Alkitab sendiri tidak melarang kita untuk memohon kepada orang Kudus di surga untuk mendoakan kita. Maka sebaiknya, kita juga tidak melarangnya.

2. Teman anda itu mengatakan bahwa istilah Orang Kudus dalam Alkitab hanya terbatas pada orang yang masih hidup di dunia. Jadi katanya, berdoa kepada Santo/ Santa yang sudah meninggal sudah tidak relevan, karena mereka sudah tidak memiliki badan dan jiwa. Benarkah?

Hal ini sebagian telah dijawab dalam point 1. Perbedaannya di sini nampaknya adalah:  teman anda itu membatasi definisi orang kudus hanya pada orang yang masih hidup di dunia, sedangkan pengertian Gereja Katolik tidak demikian. Gereja Katolik berpegang pada janji Kristus, bahwa barangsiapa yang makan Tubuh-Nya yang adalah Roti Hidup, maka ia akan hidup selama-lamanya (lih. Yoh 6:58). Bandingkan di sini bahwa Yesus membandingkan nenek moyang bangsa Israel yang tidak memakan Tubuh-Nya, dan hanya makan manna di padang gurun. Yesus mengatakan bahwa mereka telah “mati”, tetapi yang makan Tubuh-Nya akan hidup selama-lamanya (Yoh 6:51). Maka, ada perbedaan definisi di sini. Teman anda membatasi pengertian “mati” dengan keadaan empiris bahwa orang yang mati sudah ‘tidak bernafas’, sedangkan ayat-ayat di perikop Yoh 6 ini mengajarkan bahwa pengertian “mati” adalah mereka yang tidak mempunyai hidup di dalam Kristus, yang diperoleh melalui makan Tubuh-Nya, Sang Roti Hidup. Di sini, kita sebagai orang Katolik bukannya mengingkari bahwa orang yang mati itu sudah tidak bernafas, tetapi kita memegang suatu prinsip yang lain, yaitu bahwa meskipun Para Orang Kudus yang wafat itu telah mati secara empiris, namun mereka “hidup” di dalam Tuhan, atas jasa Kristus. Yesus sendiri berkata, “Barangsiapa menuruti firman-Ku ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” (Yoh 8:51) Maka menurut pengajaran Yesus sendiri, bagi orang percaya yang memegang teguh firman-Nya, kematian tidak menjadikannya “mati”, melainkan hidup di dalam Dia.

Maka jika kita berpegang pada ajaran Yesus dari perikop Yoh 6 ini, kita percaya bahwa orang-orang beriman yang masuk di surga itu adalah tetap orang-orang kudus. Walaupun mereka tidak lagi bernafas, mereka sebenarnya tidak “mati”, tetapi mereka “hidup” oleh karena Kristus, Sang Roti Hidup, telah memberi kehidupan kekal kepada mereka (lih. Yoh 6:54). Dan setelah mereka bersatu dengan Yesus di surga, maka merekapun akan bersatu dengan Yesus dalam mendoakan orang-orang yang masih berziarah di dunia, sebab Tubuh akan selalu mendukung apa yang dilakukan oleh Sang Kepala. Namun demikian, doa syafaat yang dilakukan oleh Para Kudus itu hanya dimungkinkan oleh Doa Syafaat dan Pengantaraan Kristus yang esa dan satu-satunya itu, dan doa syafaat tersebut tidak bertentangan, karena para orang kudus yang sudah bersatu dengan Kristus tidak mungkin menginginkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Kristus sang Kepala. Para Kudus tersebut adalah sahabat-sahabat Kristus, dan karena itu, sesungguhnya mereka juga adalah sahabat-sahabat kita. Kasih Kristuslah yang mempersatukan kita semua sebagai anggota Tubuh Mistik Kristus yang Satu itu. Dan, karena kita percaya bahwa “tidak ada suatu kuasa-pun yang mampu memisahkan kita dari kasih Allah” (Rom 8:38-39) maka kematian tidak mungkin memisahkan kita dengan Allah dan dengan sahabat-sahabat-Nya.

Untuk lebih lanjutnya tentang topik Para Orang Kudus ini, Stef akan mengulasnya dalam artikel terpisah. Mohon kesabarannya ya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

5 5 votes
Article Rating
25 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
RENYA
9 years ago

Yang terkasih pengasuh situs Katolisitas yang berbahagia, Bpk Stef dan Ibu Inggrid Listiati. Saya ingin menanyakan perbedaan antara perantara dan pengantara. Dalam pemahaman saya (mohon dikoreksi jika salah), manusia selalu membutuhkan perantara. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia yg selalu membutuhkan (bantuan) orang lain. Jika yg dipermasalahkan disini adalah PERANTARA maka konteksnya siapa saja bisa menjadi perantara. Namun Alkitab tidk memaksudkan Yesus adalah PERANTARA, tetapi YESUS adalah PENGANTARA. Dalam konteks TEBUS DOSA, hanya ada SATU PENGANTARA kepada Bapa, yaitu YESUS KRISTUS. HANYA SATU PENGANTARA sebagai TEBUS DOSA YAITU YESUS. Namun dalam konteks berdoa, maka siapapun bisa memohon orang lain untuk… Read more »

stephanie
10 years ago

Shalom katolisitas…sy ingin bertanya ttg doa kpd org kudus…mengapa Daud yg notabene org kudus juga menuliskan ayat mazmur 6:5 ? Kalau mmg Daud org kudus seharusnya beliau tidak akan takut mati

Stefanus Tay
Admin
Reply to  stephanie
10 years ago

Shalom Stephanie, Mazmur 6:5 menuliskan “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?” Maksud dari ayat ini adalah untuk menyatakan bahwa di dunia ini, kita dapat mulai untuk mengingat, bersyukur, memuji dan memuliakan Allah. Kematian adalah “violation” terhadap kehidupan, karena memisahkan persatuan antara tubuh dan jiwa. Dengan demikian, memang secara kodrat alami, manusia akan mengalami ketakutan akan kematian. Namun, ketakutan ini akan berubah menjadi pengharapan, ketika manusia mempunyai iman kepada Allah dan pengharapan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Dalam hubungan antara kematian dan orang kudus, maka kita harus mengingat… Read more »

Agus
Agus
10 years ago

Pandangan tentang : Perkawinan di Kana Mujizat Air menjadi Anggur, Yohanes 2:1-11 Seolah dikabulkan karena doa melalui Maria ? Apakah ada ayat alkitab yang mengatakan doa bisa & boleh melalui PERANTARAAN BUNDA MARIA ?, Perjamuan di Kana ini bukan doa, Ini gambaran Mujijat Yesus yang pertama dalam kesehariannya. Lebih lanjut baca keterangan kejadiannya sbb: Pertama. Tuhan Yesus mau supaya Maria, dan kita, mengutamakan Kerajaan Allah, yang dapat diumpamakan sebagai Pesta Perkawinan (Matius 22: 1-14; 25:1-13; dan Wahyu 19:7 dan 9), sehingga Dia langsung berbicara seolah-olah mengenai saat kemuliaan-Nya, yaitu Pesta Perkawinan Anak Domba. Pada zaman tersebut anggur akan berkelimpahan, seperti… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Agus
10 years ago

Shalom Agus, Terima kasih atas komentar Anda. Saya ingin menyarankan agar Anda membaca terlebih dahulu beberapa diskusi tentang persekutuan orang kudus, yang sebenarnya telah didiskusikan secara panjang lebar. Kalau saya menjawab pertanyaan Anda, maka akan terjadi pengulangan diskusi yang tidak perlu. Jadi, saya menyarankan Anda untuk membaca tanya jawab ini: silakan klik serta diskusi dengan tiga pembaca katolisitas lain: silakan klik dan klik ini dan klik ini. Silakan membaca empat link tersebut sampai selesai. Kalau Anda masih mempunyai argumentasi yang belum dibahas atau mau memperdalam diskusi yang ada, silakan memberikan argumentasi yang lain. Namun, mohon untuk tidak mengulang argumentasi yang… Read more »

Yohanes w
Yohanes w
12 years ago

Salam Damai Bu Inggrid, Saya berulangkali membaca pendapat bahwa antara dunia ini dengan dunia setelah kematian tidak terseberangi didasarkan kepada Injil Lukas Bab 16 Ayat 19 – 31 tentang perumpamaan Orang Kaya dan Lazarus yang miskin. Terutama mungkin ayat 26: “Selain daripada itu diantara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”. Saya baca berulang-ulang perikop ini pemahaman saya tetap: yaitu antara neraka (tempat orang kaya tersebut berada) tidak terhubung (tidak bisa diseberangi) dengan “Pangkuan Abraham” (Surga? / Tempat Penantian?).… Read more »

Yohanes w
Yohanes w
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Terima kasih Bu Inggrid, Tuhan memberkati

Yohanes W

Primadi
Primadi
13 years ago

Saya pernah berdiskusi dengan seorang Protestan soal topik di atas. Argumentasi yang saya pakai adalah Yesus memang mengajarkan bahwa Para Orang Kudus yang meninggal dalam Kristus tersebut tidak “mati”. Saya kutip ayatnya, yaitu di Yoh 11:25 : Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, Artinya, karena mereka hidup, hidup di Surga, maka kita masih boleh berkomunikasi dengan mereka, dan minta didoakan oleh mereka. Tetapi rekan diskusi saya menyatakan bahwa, mereka itu baru dibangkitkan dan naik ke surga pada waktu kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Dasarnya adalah 1 Tes 4:16: “Sebab pada… Read more »

Primadi
Primadi
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Terima kasih, Bu Ingrid. Sudah cukup jelas sekarang bagi saya.

Salam kasih dalam Kristus
Primadi

Adnilem Sg
Adnilem Sg
13 years ago

Shalom Katolisitas

Diolehkarnakan ada teman meminta tentang riwayat hidup St. Felicia , dimana saya sudah mencoba mencari disitus http://www.indocell.net/yesaya , namun nama tersebut tidak saya ketemukan di situs itu.-
Mohon, bpk Stef dapat membantu saya memberikan link atas St Felicia .-
Sebelumnya terima kasih.-

Salam kasih,
Adnilem Sg

Andreas
Andreas
14 years ago

Hai Bu Ingrid, Pak Stef, dll. Saya sudah yakin, kita boleh berdoa kepada Santo-Santa. Yang saya tanyakan: 1. Sejak tahun berapa ada tradisi berdoa kepada para kudus yg telah meninggal? Apakah tradisi semacam ini ada dalam kalangan/aliran Yahudi (Yahudi Qumran atau apa gitu)? 2. Adakah ajaran para Bapa Gereja pada abad 1 sampai abad 5 Masehi yg mengajarkan kita berdoa pada orang kudus yg sudah meninggal? 3. Kepada Santo atau Santa apa (yg sudah meninggal) pertama kali ada doa semacam itu (devosi orang kudus) dalam umat Gereja Katolik? Apakah kepada Bunda Maria? Apakah doa kepada Bunda Maria pertama kali mucul… Read more »

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Nah…. Tradisi menghormati para kudus ini juga berakar dari tradisi Yahudi yang memang menghormati para nabi/ tokoh PL…. ini yang saya rasa dipermasalahkan oleh salah satu teman protestan saya. Terpengaruh budaya setempat.

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Wah… Terima Kasih Bu Inggrid. saya rasa cukup dengan mengutip ayat dari PL yang kitabnya dimiliki oleh alkitab protestan saja sudah cukup untuk membuat orang protestan berpikir ulang. (maklum… mereka kan sola scriptura, dan salah sendiri membuat doktrin sola scriptura, ehehehehehehehe~ ^^)

Iya… jika tertulis di dalam alkitab berarti merupakan ajaran yang dikehendaki oleh Allah sendiri.

Terima Kasih banyak Bu Inggrid !

koreksi
koreksi
14 years ago

dari kata2 anda sendiri, kalo memang Kristus satu2 nya pengantara, terus ngapain lagi pake pengantara Santo Santa? apalagi kalo ada “daftar santo/santa yang dimintai pertolongannya dalam berdoa”, terus ini Kristusnya di mana? belum itu juga buatan manusia, cocok2in sendiri siapa cocok untuk doa apa. ini kan aneh

Michael
Michael
Reply to  koreksi
14 years ago

Kalau anda menolak doa2 melalui orang2 kudus yang sudah pasti berada disurga bersama Kristus (Wahyu 6:9) mengapa anda berdoa melalui pendeta2 yang belum pasti bersama Kristus? Akankah lebih tidak ada gunanya! Doa melalui santo/santa ada karena kesaksian dari orang Kristen yang mengalami mujizat bukan dicocok2in. Kerendahan hati adalah kerinduan Tuhan, berdoa sendiri bisa salah karena mau memuaskan nafsu sendiri (Yakobus 4:3).

chris
14 years ago

Yth Katolisitas,

Apakah ada daftar santo/santa yang dimintai pertolongannya dalam berdoa,
misalnya Santo Antonius biasanya menjadi perantara doa untuk orang yang sedang kehilangan barang? atau mungkin ada situs lain yang bisa saya ketahui?

Kemudian saya ingin tanya untuk orang/nabi dalam Perjanjian Lama apakah termasuk ke dalam daftar orang kudus? Kenapa biasanya dianjurkan mengambil dalam Perjanjian Baru? Saya jarang melihat orang Katolik menggunakan nama baptis dari Perjanjian Lama?

terima kasih

salam
chris

Michael
Michael
Reply to  chris
14 years ago

Katolik mempunyai buku hari orang-orang kudus utk mengenal iman orang2 kudus atau mujizat yg dialami. Anda suka mujizat? Doa kepada santa/santo bukan dibuat-buat, tetapi karena kesaksian orang Kristen yang mengalami mujizat. Secara logika kalau seseorang mengalami kesembuhan dari kanker, dan kita sakit kanker tentu kita ingin meniru iman orang tersebut. Proses pengukuhan menjadi santa/santo bukan karena dibuat Gereja Katolik tetapi karena pengalaman umat Kristen disekelilingnya. Paus hanya mengesahkan setelah menyelidiki dengan seksama kebenarannya dan biasanya memakan waktu sampai Gereja mempunyai bukti nyata karena juga mukjisat itu bisa terjadi sampai sekarang dan Gereja melihatnya. Mujizat terjadi tidak direncanakan tetapi kebetulan terjadi… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
25
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x