Pertanyaan:
Salam Damai,
Saya seorang yang cepat marah(panas baran),ada ketikanya saya tidak perlu marah (khasnya dengan isteri) apabila kami diskusi berkenaan dengan sesuatu-tetapi akhirnya marah.Pertanyaan saya adalah:
a) bagaimanakah pengajaran gereja melihat perasaan marah(cepat marah/panas baran) ini? adakah ia satu dosa?dan bila marah saya suka mengeluarkan kata-kata negatif(seperti menghina)
b) bagaimana untuk kawal perasaan marah ini berdasarkan kepada pengalaman dan pengajaran gereja Katolik dan berdasarkan kepada pengalaman peribadi anda berdua?
saya sebenarnya kasihan dengan isteri saya-apabila saya dalam keadaan marah-dia sepatutnya tidak menerima rasa marah saya-dia terlalu baik bagi saya.
Terima Kasih, Semang
Jawaban:
Shalom Semang,
1. Kemarahan termasuk sebagai salah satu dari kecenderungan-kecenderungan (passion) yang ada dalam diri manusia. Jenis kecenderungan tersebut menurut St. Thomas Aquinas adalah cinta, keinginan/ kerinduan, kegembiraan, kebencian, keengganan, kesedihan, harapan, keputus-asaan, ketakutan, keberanian, dan kemarahan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1765 Kecenderungan itu banyak jumlahnya. Kecenderungan yang paling mendasar adalah cinta, diakibatkan oleh daya tarik dari yang baik. Cinta menyebabkan kerinduan kepada kebaikan yang sekarang belum ada dengan harapan akan memperolehnya. Perasaan itu berakhir dalam kepuasan dan kegembiraan terhadap kebaikan yang dimiliki. Melihat sesuatu yang buruk menimbulkan kebencian, keengganan, dan ketakutan terhadap kejahatan yang mengancam. Emosi itu berakhir dengan kesedihan akan kejahatan yang dihadapi atau dengan kemarahan yang memberontak terhadapnya.
KGK 1767 Kecenderungan-kecenderungan itu dengan sendirinya bukan baik, bukan juga buruk. Mereka hanya ditentukan secara moral sejauh dikendalikan oleh akal budi dan kehendak. Dikatakan, kecenderungan itu dikehendaki “sebab ia digerakkan oleh kehendak atau tidak dihalang-halangi oleh kehendak” (Tomas Aqu., Summa Theology. 1-2, 24,1). Termasuk dalam kesempurnaan dari sesuatu yang baik secara moral atau manusiawi, bahwa kecenderungan itu diatur oleh akal budi (Bdk. Tomas Aqu., Summa Theology. 1-2,24,3)
KGK 1768 …. Kecenderungan itu baik secara moral, kalau ia menyumbang kepada sesuatu yang baik; buruk” kalau terjadi sebaliknya, Kehendak yang baik mengarahkan dorongan-dorongan inderawi, yang diangkatnya itu, kepada kebaikan dan kebahagiaan; kehendak yang buruk mengalah terhadap kecenderungan yang tidak teratur dan meningkatkannya. Emosi dan perasaan dapat diangkat ke dalam kebajikan atau dapat dirusakkan oleh kebiasaan buruk.
Dengan demikian, kemarahan sebenarnya tidak dapat langsung dikatakan sebagai dosa, namun jika itu tidak dikendalikan oleh akal budi dan menjadi kebiasaan buruk, itu dapat dikatakan dosa/ buruk secara moral. Contoh kemarahan yang masih dapat diterima secara moral adalah kemarahan orang tua dalam mendidik anaknya, jika anak berbuat kesalahan yang disengaja. Dalam hal ini, orang tua berhak marah, namun tidak boleh sampai kehilangan kendali, sebab jika demikian maka orang tua juga melakukan kesalahan/ dosa.
Namun jika kemarahan diikuti dengan kata-kata yang menghina, maka ini sudah melanggar perintah ke- sepuluh perintah Allah, yaitu perintah ke 5, yaitu “Jangan membunuh”. Sebab dengan perkataan kita sesungguhnya “menusuk hati” orang yang sedang kita marahi. Yesus sendiri mengajarkan kepada kita demikian, “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Mat 5:21-22)
2. Adalah sangat berguna untuk mengetahui jenis temperamen kita, sebab dengan demikian kita akan dapat berjuang untuk memperoleh/ menerapkan kebajikan-kebajikan yang berlawanan dengan temperamen kita tersebut.
Hippocrates (460-377 BC) telah membagi manusia dalam 4 katagori temperamen utama, yaitu: choleric, sanguine, melancholic dan phlegmatic. Tipe choleric adalah orang yang mudah marah, energetik dan emosional, mempunyai jiwa kepemimpinan, namun mempunyai kecenderungan sombong. Lawannya, phlegmatic, tidak emosi, easy-going, sabar, rational dan peng-analisa, namun cenderung malas. Type sanguine adalah yang cenderung gembira, antusias, optimis, namun cenderung jatuh ke dosa sensualitas, dan type melancholic, cenderung murung, merenung, perfeksionis, kurang percaya diri dan cenderung skrupel (scrupulous). Memang ada kemungkinan seseorang mempunyai gabungan dari dua atau tiga temperamen di atas, namun umumnya ada satu yang lebih dominan. Melihat dari ciri- ciri yang anda sebutkan maka tipe yang dominan dalam diri anda adalah tipe choleric.
Kita tidak dapat dikatakan bertanggungjawab atas temperamen kita, tetapi kita bertanggungjawab untuk segala karakter kita. Berkaitan dengan karakter ini adalah pengetahuan kita akan temperamen kita dan bagaimana kita mengendalikannya dengan kebajikan atau sebaliknya bagaimana kita “menyerah”-kannya kepada kecenderungan buruk. Maka, adalah sangat berguna untuk mengetahui jenis temperamen kita, sebab dengan demikian kita akan dapat berjuang untuk memperoleh/ menerapkan kebajikan-kebajikan yang berlawanan dengan temperamen kita tersebut. Dengan kata lain, temperamen itu tidak dapat diubah, namun kita mempunyai tanggungjawab moral untuk memperbaiki karakter kita; dengan usaha kita bersama dengan pertolongan rahmat Tuhan yang kita peroleh lewat doa-doa. Dengan demikian temperamen kita diarahkan kepada karakter yang baik.
Salah satu cara yang penting untuk mengatasi kelemahan karena temperamen kita, adalah praktek pemeriksaan batin (examination of conscience) sebanyak sekali atau dua kali sehari, dengan memusatkan perhatian kepada usaha memperbaiki kelemahan akibat temperamen, dan usaha untuk memperoleh kebajikan yang melawan kelemahan tersebut. Jika kita mempunyai kecenderungan tidak sabar, malas, dan pesimistis, maka setiap hari kita dapat memeriksa batin sejauh mana kita telah melakukan dosa ketidaksabaran, kemalasan, dan pesimistik yang berlebihan tersebut.
Sebagai contoh nyata, St. Francis de Sales (1567- 1622) yang mempunyai temperamen choleric, namun setelah rajin melakukan examination of conscience ini, dengan berkat rahmat Tuhan, ia malah dikenal sebagai seorang santo yang merupakan teladan kelemahlembutan. Temperamen choleric-nya tetap ada, namun di atasnya telah dibangun bangunan rohani kelemahlembutan, kesabaran dan kasih. Artinya, walaupun dalam diri St. Francis tetap ada kecenderungan natural akan sifat-sifat choleric tersebut, namun dia dapat bekerjasama dengan rahmat Allah untuk bertindak sebaliknya, yaitu dengan kelemahlembutan, kesabaran dan kasih. Untuk ini memang kita harus memohon pertolongan Tuhan, sebab kita tidak dapat mengandalkan diri sendiri untuk melakukan hal ini.
Maka, kembali kepada masalah anda, mungkin anda dapat meniru teladan St. Francis de Sales:
1. Dengan melakukan pemeriksaan batin sekurang-kurangnya sekali sehari, atau jika anda inginkan kemajuan yang lebih baik, adakan lebih sering, yaitu sebanyak dua atau tiga kali sehari. Pemeriksaan batin ini akan meningkatkan kesadaran anda, sehingga anda dapat “berhenti sejenak” secara refleks sebelum anda marah, dan umumnya jika anda sempat “berhenti sejenak” dalam pikiran anda sebelum anda marah, maka anda dapat berdoa secara singkat, memohon pertolongan Tuhan, agar jangan sampai anda mengatakan kata-kata yang kasar; ataupun anda dapat mengendalikan diri anda dan dapat bersikap sebaliknya: tidak jadi marah.
2. Renungkanlah beberapa ayat Kitab Suci tentang kemarahan dan kelemahlembutan, misalnya:
“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Mzm 37:8)
“Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.” (Pkh 7:9)
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ef 4:26)
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat 5:5)
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat 11:29)
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23)
3. Lekas-lekaslah memohon maaf kepada istri atau kepada orang yang anda marahi, apalagi jika anda telah sempat mengatakan kata-kata kasar kepadanya.
4. Mengaku dosa dalam Sakramen Tobat secara teratur, sedikitnya sebulan sekali. Atau jika anda baru saja marah, maka silakan menerima sakramen Tobat ini lebih sering. Dengan demikian, Tuhan sendiri akan membantu anda untuk mengatasi kecenderungan marah ini dengan melakukan hal-hal yang sebaliknya, dengan kebajikan kelemahlembutan yang dari Tuhan.
5. Bertekunlah dalam doa, baik doa pribadi, maupun doa bersama dengan istri anda. Semoga istri andapun dapat mendukung anda dalam pergumulan anda mengendalikan temperamen anda, dengan bantuan rahmat Allah.
6. Anda dapat pula membiasakan diri untuk berpantang atau berpuasa, untuk membiasakan diri menahan diri, misalnya seminggu sekali, atau dapat dibuat lebih sering, sesuai dengan kemampuan anda. Mengenai pantang dan puasa sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan untuk pertanyaan anda, semoga berguna, ya. Semoga St. Francis de Sales dapat mendoakan kita semua dan oleh dukungan doa-doanya, kitapun dapat diubah Tuhan menjadi seperti St. Francis, menjadi lemah lembut, sabar dan penuh kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Saya adalah seorang pemimpin organisasi Omk di gereja katolik, saya mungkin mempunyai sifat choleric seperti yang dijabarkan diatas, saya sering marah ke anggota saya apabila sedikit yang ikut kegiatan di gereja baik itu pelayanan, paduan suara, dll. Kemarahan saya terjwfi karena saya peduli dan sayang terhadap organisasi tersebut, seperti marahnya seorang ibu kepada anaknya. Namun kemarahan saya ditanggapin dengan sisi yang lain oleh anggota saya, saya di anggap seperti pemimpin yang diktator dan hobbynya marah saja, padahal semua kemarahan yang saya ucapkan demi kebaikan bersama, contohnya seperti (sudah dimana teman teman? udah jam berapa ini?) tapi kalau sudah kelewat batas… Read more »
Shalom Ivan, Syukur kepada Tuhan Anda terpanggil untuk melayani dalam kegiatan gerejawi. Tentu Anda melakukannya karena dorongan dari Tuhan sendiri, dan untuk itu mari kita memuji Tuhan untuk karya-Nya dalam hidup Anda. Namun bahwa dalam pelaksanaannya tidak mudah, mari juga diakui bersama. Adanya kecenderungan sifat pemarah, itu memang dapat menjadi hambatan dalam tugas pelayanan kepada sesama, baik itu di keluarga, gereja maupun dalam masyarakat luas. Apalagi sebagai pemimpin, memang yang diharapkan adalah teladan sebagai pelayan sebagaimana diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri (lih. Yoh 13:12-15). Maka memang, baik jika Anda menilik ke dalam diri sendiri, untuk berusaha mengatasi sifat pemarah itu.… Read more »
Shalom tim katolisitas, saya ingin bertanya, jika kita ingin berdoa atau ke gereja atau ke pengakuan tetapi kita ingat ada orang yang masih marah kepada kita (seperti kata Tuhan Yesus), apakah kita harus meminta maaf dahulu kepada orang itu?bagaimana jika dia tidak atau belum bisa memaafkan kita? jika saya mengalami pengalaman seperti ini, saya cenderung tidak mau berdoa atau mengikuti misa dsb. sebab saya pikir pasti Tuhan tidak suka karena saya belum memperoleh maaf dan masih ada yang mengganjal dalam hati. apakah pemikiran seperti ini benar? Terima kasih sebelumnya.. [Dari Katolisitas: Yang perlu dipertanyakan bukanlah sikap orang lain terhadap Anda… Read more »
Terima kasih tim katolisitas.. kemudian bagaimana jika seseorang berbuat kasar terhadap teman?seperti memukul (tidak sampai berdarah) dan membuatnya menangis?apakah ini termasuk dosa berat?dia sudah meminta maaf tapi masih merasa berbuat dosa berat karena mengabaikan perintah Tuhan Yesus untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. apakah ini termasuk dosa berat sehingga tidak boleh menyambut Tubuh Kristus? shalom,.. [Dari Katolisitas: Silakan memahami terlebih dahulu, apakah itu dosa berat dan dosa ringan, silakan klik di sini. Maka pertanyaannya, apakah orang yang memukul itu sengaja memukul? Jika ya, maka ya, benar itu adalah dosa berat, sebab ia telah menyakiti sesamanya. Sebab akar dari memukul itu… Read more »
Salom sya anggella
saya punya pacar dia sangat pemarah sekali, tidak mau disalahkan, egoisnya tinggi sekali…..saya orangnya pelupa….stiap x dia suruh saya dan saya lupa dia pasti marah….entah itu di dpan teman saya, tman dia ato orang lain…….saya tidak suka dimarahin di dpan orang lain…menurut anda saya hrus bersikap sperti apa ? terimakasih
Shalom Anggella, Saya cukup memahami perasaan Anda, memang umumnya kita tidak senang jika dimarahi, apalagi di hadapan orang lain. Kemarahan yang tidak dikendalikan dan tidak tepat waktu dan tempatnya akan melukai orang lain, dan tidak jarang akan membuat rasa sesal juga pada diri orang yang marah itu. Kemarahan sangat erat kaitannya dengan pengendalian diri, sebagaimana telah dituliskan Ibu Ingrid dalam artikel di atas. Semakin trampil kita mengendalikan diri, semakin bijaksana kita dalam mengungkapkan kemarahan kita, (kalaupun memang kita harus marah karena situasi yang ada). Ketrampilan pengendalian diri yang penuh, kita dapatkan dari kedekatan relasi kita dengan Tuhan, yang telah memberikan… Read more »
Shaloom, Sifat saya yg pemarah menurut saya sudah sangat berlebihan. Saya mudah sekali marah. Saat berkendara di jalan, lingkungan kerja, sama teman, keluarga, bahkan sama tetangga saya bisaperang mulut. Dan saya selalu merasa yg saya lakukan sudah benar. Di waktu malam dan pagi hari saya selalu minta pengampunan dan bantuan Tuhan. Tapi selalu saja saya sepertinya ‘lupa’ dgn doa saya di detik berikutnya. Adakah hal” yg berbentuk kegiatan/rurtinitas yg bisa saya lakukan? Apa yg harus saya lakukan segera saat emosi saya naik? Saya ingin walaupun saya marah tapi saya bisa menyampaikan dengan baik bukan dengan kata” kasar atau merusak benda”.… Read more »
Shalom Lely, Sesungguhnya keinginan kita untuk berubah menjadi orang yang lebih baik, itu adalah karya Roh Kudus, dan selayaknya kita syukuri. Sebab menerima kesalahan/ dosa kita itu adalah langkah pertama pertobatan. Dengan demikian, kehendak anda untuk meninggalkan sifat pemarah adalah sesuatu yang baik. Untuk merealisasikannya, anda perlu mengandalkan rahmat Tuhan, sebab jika mengandalkan kekuatan sendiri, akan sulit anda melaksanakannya. Nah, sekarang bagaimana caranya agar anda dapat mengandalkan Tuhan? Pertama- tama tentu dengan doa, namun karena anda ingin mengalahkan ketidaksabaran dan kecenderungan untuk marah; maka sedapat mungkin anda temukan bentuk devosi/ doa yang melatih kesabaran anda. Contoh devosi yang baik dalam… Read more »
Shalom pak stef & ibu inggrid
Saya terkadang susah mengendalikan amarah apalagi dalam pekerjaan yang penuh dengan tekanan, saya mohon di berikan contoh untuk berdoa di setiap kali saya menghadapi persoalan yang membuat saya marah agar saya diberikan kesabaran dalam menghadapi setiap permasalahan & kelemahan saya.
Terima kasih
Shalom Ria, Silakan anda membaca artikel di atas terlebih dahulu, tentang bagaimana mengatasi sifat pemarah, silakan klik. Sebenarnya, doa sesederhana apapun, jika keluar dari hati yang terarah kepada Tuhan, akan sangat besar kuasanya untuk mengubah sikap kita yang buruk. Contoh doa untuk memohon kelemahlembutan dan mengatasi sifat pemarah, ada di sini, silakan klik Agaknya penting juga di sini, agar anda rajin memeriksa batin setiap hari, minimal sekali di malam hari, untuk memeriksa oleh sebab apa anda telah marah hari ini. Jika anda sudah mengenali sebabnya, maka harapannya anda dapat menjadi lebih ‘menyadari’ akan situasi- situasi tersebut, sehingga jika situasi tersebut… Read more »
syaloom dan slm sejahtra… Dsni sy mau crita tntng perlakuan pcr sy,kpd sy : sdh hmpir 1 thn kmi pcrn,dan d bln awl jalinan kasih kmi,sifat aslinya sdh mulai muncul,dia orgnya emosional,cpt mrh,cemburuan.dan stiap kali dia mrh,sy pasti d pukul,d tendang,d gampar,d injak kdg smpe brdarah dan muntah2,tp tdk sdikitpun dia kasihan melihat sy,sdh kucoba memafkn smua slhnya tp slalu d ulgi,sdh kucoba pergi dr dia tp tdk bs,slalu d dpt.sy betul2 tdk thn dgn smua ini,sdh kucoba bw k dlm doa tp smpe skrg sifatnya itu tdk bs dia rubah.tlg bantu sy dlm penyelesaian mslh in,dan solusinya.dan bntu dlm… Read more »
Shalom Saya Sherly, Sifat pemarah ada kalanya memang sulit untuk berubah, walaupun bukan mustahil, dapat berubah, jika yang bersangkutan mau berubah dan mengandalkan rahmat Tuhan. Maka adalah penting pacar anda sendiri menerima bahwa dirinya adalah seorang yang pemarah, dan dia sendiri harus mau berubah terlebih dahulu, baru kemudian mohonlah kepada Tuhan untuk mengubahnya, dan percayalah bahwa Tuhan dapat mengubahnya. St. Francis de Sales adalah salah seorang contohnya. Aslinya, dia adalah seorang yang mudah marah, lekas naik darah. Ini diakuinya sendiri sebagai kelemahannya. Namun ia terus memohon kepada Tuhan untuk mengubahnya dengan rahmat-Nya, dan tentu ia sendiri bekerja sama rahmat Tuhan… Read more »
Syalom Sherly,
Apa maksud anda ketika anda berkata “Saya ingin pergi dari dia, tapi tidak bisa”. Anda itu’kan masih pacaran, ya bilang aja anda mau berhenti berhubungan pacaran. TITIK. dan dia tidak bisa memaksa anda. Karena justru tindakan dia menganiaya itu bisa kategori tindak hukum pidana. Coba pikirkan baik – baik
TUHAN YESUS MEMBERKATI & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
[Dari Katolisitas: Sherly, ini adalah salah satu masukan bagi anda dari salah satu pembaca. Mungkin terdengar saklek, tetapi ada benarnya. Silakan anda pertimbangkan]
ass.wr.wb nama sya ujang sya punya sifat mudah tersinggu+cepat naik darah+dan berujung pada kekerasan gmana mengatasinya. mkasich.
Shalom Ujang Sunan, Terima kasih atas kunjungan anda kepada situs ini. Memang tidak mudah untuk mengatasi sifat lekas marah, tetapi selalu ada usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan emosi ini. Sebenarnya, seperti telah dijabarkan di atas, emosi (sedih, gembira, marah, dst) bukan sesuatu yang otomatis dosa. Hanya saja, jika emosi ini tidak terkendali, maka dapat membuahkan dosa. Maka, dalam hal ini, adakalanya emosi marah juga dapat disebut sebagai sesuatu yang positif, misalnya jika seseorang marah karena melihat situasi ketidakadilan/ perlakuan semena- mena dari kaum yang kuat terhadap yang lemah, atau orang tua yang marah kepada anaknya dengan maksud mendidik tindakan… Read more »
Salam Damai, Saya seorang yang cepat marah (panas baran),ada ketikanya saya tidak perlu marah(khasnya dengan isteri) apabila kami diskusi berkenaan dengan sesuatu-tetapi akhirnya marah.Pertanyaan saya adalah: a) bagaimanakah pengajaran gereja melihat perasaan marah(cepat marah/panas baran) ini? adakah ia satu dosa?dan bila marah saya suka mengeluarkan kata-kata negatif(seperti menghina) b) bagaimana untuk kawal perasaan marah ini berdasarkan kepada pengalaman dan pengajaran gereja Katolik dan berdasarkan kepada pengalaman peribadi anda berdua? saya sebenarnya kasihan dengan isteri saya-apabila saya dalam keadaan marah-dia sepatutnya tidak menerima rasa marah saya-dia terlalu baik bagi saya. Terima Kasih, Semang [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas,… Read more »
Terima kasih buat artikel dan pengajaran tersebut di atas, saya juga seorang yang mudah marah, dan ada kerinduan untuk mencari jalan keluar dari “perangkap marah” ini. pencerahan dari St Francis Tersebut membantu saya. Terima kasih buat Katolitas.