Arti dari mengampuni 70 kali 7 kali

Pertanyaan:

Saya ada pertanyaan tentang mengampuni. Yesus menginginkan kita untuk mengampuni tak terbatas, 70×7x. Pertanyaannya ialah apakah sikap kita terhadap orang yang menyakiti kita tetapi tidak menyesal dan meminta maaf kepada kita? Sebab dalam contoh2 kitab suci, semua pendosa harus terlebih dahulu menyesal dan minta maaf kepada Tuhan, barulah diampuni.
Apakah kita harus bersikap seperti Tuhan? tidak mengampuni orang yang tidak menyesal dan minta maaf.
Salam – Erwin

Jawaban:

Shalom Erwin,
Memang bagi kita manusia, ‘mengampuni’ adalah sesuatu yang tidak mudah, dan karenanya kita perlu memohon kekuatan dari Tuhan. Sebenarnya, Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa orang yang bersalah kepada kita itu harus minta maaf terlebih dahulu baru kemudian ‘layak’ kita ampuni. Berikut ini adalah beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa kita harus mengampuni tanpa syarat, seperti yang diajarkan oleh Tuhan:

1) Dalam doa Bapa Kami, kita setiap kali berdoa, “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami…” (Mat 6: 12). Di sini tidak dikatakan “asalkan mereka minta maaf kepada kami”. Jadi sesungguhnya apapun yang terjadi, Tuhan menghendaki agar kita mengampuni orang yang bersalah pada kita- tanpa ada syarat apa-apa lagi.
2) Pada khotbah-Nya di bukit, Yesus berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mt 5:44) Di sini tidak dikatakan apakah musuh itu harus minta maaf atau menyesal dahulu, baru kita ampuni/ kasihi. Makna “kasihilah” di sini adalah sesuatu yang lebih dalam daripada mengampuni, karena mengampuni saja sudah sulit, apalagi mengasihi dan mendoakan mereka.
3) Yesus memberikan sendiri contoh yang sempurna terhadap pengajaran-Nya ini dengan menyerahkan Diri-Nya di kayu salib. Pada saat Ia tergantung di salib, ketika tangan-Nya terentang antara langit dan bumi, Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ” (Luk 23: 34). Dalam kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus mengampuni mereka yang telah menyalibkan Dia, walaupun pada saat itu mereka tidak bertobat atau minta ampun pada Yesus.
4) Rasul Paulus mengatakan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” (Rom 5:8). Jadi Kristus memilih untuk wafat di salib untuk menebus dosa-dosa kita manusia, meskipun pada waktu itu manusia belum bertobat. Dan kasih Allah yang besar inilah yang sesungguhnya malah mengantar kita kepada pertobatan.
5) Sebenarnya kita mengampuni bukanlah melulu demi orang yang bersalah kepada kita, seolah-olah jika kita mengampuni maka ‘dia yang untung dan kita yang rugi’. Sebaliknya, jika kita mengampuni sesungguhnya itu adalah untuk kebaikan kita sendiri, karena dengan kita mengampuni, kita dibenarkan oleh Tuhan karena kita mengikuti teladan-Nya dan kita menjauhkan dari diri kita segala bentuk sakit penyakit badani dan rohani yang berkaitan dengan kekecewaan, kesesakan, kepahitan dan sakit hati yang terpendam. Kitab Mazmur mengatakan, “Kasihanilah aku ya, Tuhan, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah…” (Mz 31: 10-11). Tentulah karena Tuhan mengasihi kita, maka Ia ingin agar kita belajar mengampuni, agar kita tidak menyimpan sakit hati yang dapat mendatangkan hal-hal negatif terhadap diri kita sendiri, baik rohani maupun jasmani.

Contoh yang paling indah saya rasa adalah bagaimana Bapa Paus Yohanes Paulus II yang mengampuni Mehmet Ali Agca, yang telah berusaha membunuhnya, dengan menembaknya pada tgl 13 mei 1981. Begitu Bapa Paus sembuh, beliau mengunjungi Ali di penjara, dan menyatakan bahwa beliau mengampuni Ali, walaupun setahu saya, tidak didahului oleh permintaan maaf dari Ali. Entah bagaimana jika kita yang ada di posisi Bapa Paus, sanggupkah kita mengampuni orang yang telah berusaha membunuh kita?

Memang, mengampuni bukan sesuatu yang mudah, namun itu adalah pengajaran Tuhan yang tak bisa ditawar. Maka kita semua memang harus berusaha untuk melakukannya, tentu dengan bantuan rahmat Tuhan. Jika kita dizinkan Tuhan untuk mengalami pengalaman disakiti oleh orang lain, maka kita diberi kesempatan oleh-Nya untuk merasakan sedikit dari penderitaan-Nya di kayu salib. Dan untuk itu, obat yang paling mujarab adalah: kita kembali mempersembahkan rasa sakit hati/ hati yang hancur kita di hadapan Tuhan (lih. Mzm 51:19), dan mempersatukannya dengan korban Yesus dalam Ekaristi Kudus, agar kita memperoleh buah-buahnya, yaitu dosa kita diampuni, sakit hati kita disembuhkan, dan kita diberi kekuatan oleh Tuhan untuk mengampuni, dengan kekuatan yang bukan berasal dari diri kita sendiri, tetapi dari Tuhan. Dengan pertolongan rahmat Tuhan, maka kita akan dapat mengampuni sesama yang bersalah pada kita, walaupun yang bersangkutan tidak minta maaf pada kita. Hal ini dapat terjadi sekaligus, ataupun merupakan perjuangan yang bertahap, namun kita harus terus mengusahakannya, sebab inilah yang dikehendaki oleh Tuhan bagi kita, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – https://www.katolisitas.org

4.9 20 votes
Article Rating
22 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
cosmas damianus
9 years ago

Shalom, tim katolisitas! Saya ingin bertanya, apa sebenarnya definisi dari mengampuni itu? Apakah mengampuni itu hanya sekedar di dalam hati, atau juga ditunjukkan ke dalam perbuatan sehari-hari, seakan2 orang tersebut tidak pernah bersalah kepada kita? Apakah mengampuni itu sama dengan melupakan dosa-dosa orang tersebut? Saya ingin sharing tentang pengalaman saya, mohon pencerahan admin. Saya selama 5 tahun memiliki seorang kekasih. Saya telah memberikan apa yang saya miliki seutuhnya demi kebahagiaan dia. Dan saya sadar saya bukanlah orang yang sempurna, masih sering berdosa. Sampai suatu hari, dia pergi keluar negeri sendiri dan saat kembali ke Indonesia, dia mengakui (dengan paksaan dari… Read more »

Caecilia Triastuti
Reply to  cosmas damianus
9 years ago

Shalom Cosmas, Kami memahami rasa sakit dan kecewa di hati Anda karena kekasih Anda meninggalkan Anda untuk menjalin hubungan baru dengan orang lain, apalagi secara mendadak, dan karena pemutusan itu dilakukannya sepihak, tidak ada penjelasan atau diskusi apa-apa yang dapat ia berikan. Oleh karena itu ia pun kemungkinan besar sempat mengalami konflik dari teguran hati nuraninya bahwa ia telah melakukan hal yang tidak adil kepada Anda. Anda sudah melakukan hal yang amat baik, datang kepada romo untuk mengakukan dosa dalam Sakramen Pengampunan serta meminta bantuan nasehat romo untuk membantu Anda mengampuni dia dan mengandalkan Tuhan untuk mendapat kekuatan agar tetap… Read more »

cosmas damianus
Reply to  Caecilia Triastuti
9 years ago

Terima kasih Ibu Tri dan Ibu Ingrid atas jawaban kalian yang menyentuh saya. Saya juga ingin berterima kasih kepada seluruh Tim Katolisitas atas artikel2nya yang menuntun saya melewati masa kelam ini. Kembali kepada Tuhan merupakan sebuah pengalaman yang amat besar. Saya menaruh harapan kepada Yesus, sang Pengharapan itu sendiri. Sebuah perikop yang sangat saya imani adalah Roma 12:9-21 tentang nasehat Hidup dalam Kasih, terutama ayat 17 dan 18 yang berbunyi: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”. Rekonsiliasi hubungan (dengan tidak memusuhinya) adalah… Read more »

Wilfirmus
Wilfirmus
10 years ago

Halo, Katolisitas

Mungkin pertanyaannya agak menyimpang dari konteksnya.

Saya bekerja pada suatu lembaga yang menangani mengenai HRD. Suatu ketika ada karyawan melakukan pelanggaran berat sehingga menurut pimpinan ngotot utk di PHK. Padahal belum ada peraturan lembaga yang sah mengaturnya.

Dari sisi saya pribadi sebagai orang Katolik hal ini tidak boleh dibiarkan. Kemudian saya menganjurkan untuk diberikan SP 1 dan Terakhir. Supaya lembaga dan yang melakukan kesalahan sama-sama berbenah.

Pertanyaannya: Bagaimana menerapkan konsep mengampuni berdasarkan pengajaran Katolik terhadap konsep kelembagaan?

Sekian, mohon moderasinya.

Wil

Wilfirmus
Wilfirmus
Reply to  Ingrid Listiati
10 years ago

Terima Kasih Mbak Ingrid, saya sungguh dikuatkan dengan jawabannya.

Salam Kasih Kristus

Wil

mema
mema
11 years ago

Saya telah mengamalkan ditampar pipi kiri dan memberi pipi kanan. tetapi org itu sepertinya ingin memenggal kepala saya (itu bhs lebay nya). Saya tau mengampuni itu wajib, tp apakah berdosa bila saya blm mampu mengampuni? Bgaimanapun saya tdk dpt sempurna skali seperti Yesus :(
Lalu pertanyaan saya berikutnya. apakah saya blh menjaga jarak dr org yg sya ampuni? Bagaimanapun saya tdk dpt lg percaya pd org yg tlh brulg kali menyakiti saya. Apakah pengampunan musti dibarengi dgn perbaikan hub seperti semula?

Caecilia Triastuti
Reply to  mema
11 years ago

Shalom Mema, Terima kasih atas pertanyaan Anda ini. Sebagaimana dituliskan Ibu Ingrid dalam artikel di atas, dan Anda sendiri menuliskannya, pengampunan adalah wajib. Karena Tuhan mempunyai maksud yang sangat indah dengan meminta kita untuk selalu mengampuni, sebab ujungnya adalah keselamatan umat manusia. Hal mengampuni, Ia mencontohkannya sendiri dengan nyata dan konsekuen melalui teladan sengsara-Nya di kayu salib. Jika kita ingin melayani dan mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap akal budi dan segenap kekuatan kita, serta terus berkarya demi pekerjaan-pekerjaan Tuhan, maka mengampuni adalah kesempatan yang sangat baik yang Dia ijinkan untuk kita gunakan. Pengampunan membuka pintu kepada kesembuhan, kemungkinan baru,… Read more »

PETRUS PITANG
PETRUS PITANG
12 years ago

Benarlah mengampuni itu sulit bagi kita manusia yang masih mengembara di dunia ini. Namun jika kita dengan rela dan tulus memberikan maaf dan pengampunan maka hati dan bathin kita akan terasa damai. Karena jika kita menyimpan dendam dan amarah maka tanpa kita sadari banyak penyakit yang akan menggerogoti diri kita, misalnya lambung. Amarah dan dendam membuat pikiran dan hati kita tidak tenang, apalagi jika kita langsung berhadapan dengan orang yang bersalah kepada kita. Rasa amarah pasti tak tertahankan, hal ini menimbulkan pikiran kita jadi kalut, makan rasanya tidak enak tidurpun rasanya tidak nyenyak. Nah hal-hal kecil inilah yang akan menimbulkan… Read more »

Evie
Evie
12 years ago

Memang,mengampuni itu gampang dikatakan tapi tidak mudah dilakukan.Waktu saya kuliah,ada teman yang selalu membuat saya jengkel,dia selalu melakukan kesalahan berulang-ulang dan itu membuat saya susah untuk mengampuni.Saya sudah berdoa dan bilang sama Tuhan kalau saya mau mengampuni dia.Menurut saya,saya sudah mengampuni dia sepenuh hati.Tapi meskipun demikian,saya tidak sedekat dulu lagu dengan dia.Tuhan tahu ternyata saya belum sungguh-sungguh mengampuni dia,sehingga selalu saja ada hal-hal yang membuat saya harus bekerja sama dg dia walaupun dg terpaksa.Akhirnya saya sadar Tuhan ingatkn saya lewat hal itu,dan mulai saat itu saya berusaha melepaskan pengampunan untuk dia.

andrea
andrea
13 years ago

saya berasal dari keluarga kristen . pernikahan saya ditentang oleh keluarga saya karena saya menikah dgn suku yg berbeda. Apalagi saya anak tertua dr keluarga yg pantas menjadi panutan buat adik-adik saya. Tapi saya merasa bahwa disinilah panggilan iman saya. Tp setelah 12 tahun pernikahan saya sedih dan berputus asa karena suami yg saya anggap paling baik paling jujur ternyata menghianati saya. Dia selingkuh dan melakukan perzinahan dgn bekas pacarnya.Saya belum mengerti ternyata smua ini terjadi karena Tuhan Yesus sangat sayang pd saya. Saya belajar bagaimana kita menjadi anak kristus. Saya belajar mengampuni > Indah Tuhan itu sungguh baik dia… Read more »

Felix Sugiharto
Felix Sugiharto
14 years ago

Shalom katolisitas.. Pak Stef, kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus mengajarkan semua orang untuk “mengampuni” bukan tujuh kali, tapi tujuh puluh tujuh kali tujuh… ssuatu perumpamaan yang fantastic dan sepertinya susah sekali untuk di terapkannya dalam kehidupa kita.. Pada umumnya jika terdapat seseorang telah berbuat kesalahan terhadap kita, kita bisa saja memberikan pengampuninya pada saat itu, bahkan setelah itu terlupakan sama sekali dan selamanya.. Saya mengambil dua ilustrasi yang berbeda sebagai perbandingan perkara: Pertama: (merupakan Korban kerugian financial) sebagai pemilik sebuah perusahaan.. mempekerjakan seorang karyawan sebagai kepercayaannya (tangan kanannya), diberi kepercayaan penuh hingga sampai pada tingkat financial perusahaan tsb. suatu hari… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Felix Sugiharto
14 years ago

Shalom Felix Sugiharto, Terima kasih atas pertanyaannya tentang mengampuni 70×7 kali. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan: 1) Dalam kasus pertama, walaupun seseorang telah mengampuni, maka bukan berarti seseorang harus kehilangan kebijaksanaannya. Dalam kasus tersebut, kalau atasan mau memberikan kesempatan ke dua kepada bawahannya yang korupsi, maka dia dapat diterima dengan posisi yang tidak berhubungan dengan keuangan dan dia harus turut bertanggung jawab, misalkan dengan menyicil. Atau kalau taraf kejahatannya telah begitu parah dan orang tersebut telah melakukannya berkali-kali, maka dapat dilaporkan ke polisi. Kedua hal tersebut dapat dilakukan untuk “greater good“, yaitu agar orang tersebut juga dapat… Read more »

Joseph S
Joseph S
14 years ago

Terimakasih banyak Pak Stef atas saran2nya, dimana kita pun juga harus mendoakan orang yg menyakiti kita itu dg benar2 tulus, tidak hanya dibibir saja. Walau pun ini sulit, krn sebetulnya hati ini masih jengkel dan sakit hati thd org tsb, tp malah mendoakan org tsb. Memang kadang2 kalau saya berdoa untuk mohon rahmat Tuhan spy saya dapat terbebas dari rasa sakit hati dan mau mengampuni org yg menyakiti hati saya, seakan-akan selesai berdoa [saat itu] saya merasakan lega dan berniat mengampuni/tidak menyimpan lagi perasaan2 sakit hati thd org tsb. Tapi seringnya setelah bertemu muka perasaan tidak suka thd dia muncul… Read more »

Joseph S
Joseph S
14 years ago

Tetapi bagaimana kalau kita sudah berusaha untuk mengampuni org yg bersalah/sangat menyakiti hati kita itu, dan disaat rasa sakit dan kecewa itu sudah bisa secara perlahan-lahan memudar, dan kita sudah mulai dapat mengampuni kesalahan2nya, ibarat luka yg sdh mengering dan tinggal membiarkan sedikit wkt lagi maka akan sembuh dg sendirinya, tapi ternyata orang yang sama itu melakukan kesalahan yg sama lagi, dan kitapun sudah setengah mati berusaha disertai berdoa mohon rahmat Tuhan lagi untuk dpt mengampuni lagi… lalu proses terjd lg spt yg seblmnya, luka itu sdh mulai menunjukkan tanda2 mau sembuh…. dan alih-alih org yg bersalah/menyakiti hati kita itu… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Joseph S
14 years ago

Shalom Joseph, Terima kasih atas pertanyaannya tentang pengampunan. Memang sungguh sulit untuk mengampuni, apalagi kalau orang tersebut benar-benar menyakiti kita. Dan lebih sulit lagi, seperti yang diceritakan oleh Joseph, kalau orang tersebut melakukannya berulang-ulang tanpa ada tanda-tanda bertobat. Namun, kalau kita renungkan, perintah untuk mengampuni secara tak terbatas, bukan saja berguna untuk orang yang diampuni, namun berguna untuk kita sendiri. Oleh karena itu, walaupun orang tersebut telah diampuni berkali-kali namun tidak bertobat, maka kita harus tetap mengampuni orang itu demi kebaikan kehidupan spiritual kita sendiri. Kalau kita tetap menyimpan kebencian, maka hal tersebut dapat digambarkan seperti kita ingin menyakiti orang… Read more »

riko
riko
14 years ago

terima kasih untuk sharing “saling mengasihi” ini…
saya sungguh terbantu untuk dapat bernafas legaaaa….

georgius
georgius
Reply to  riko
14 years ago

Syallom, Buat saudaraku Ricko, Yoseph dan Erwin…. Saya akan sedikit sharing nih… moga-moga ini dapat membantu.. Mengenai mengampuni sebanyak 70×7 kali, seperti saudara Stef jelaskan, adalah angka yang sempurna, artinya Tuhan Yesus menghendaki agar kita dapat mengampuni tanpa batas, seperti yang telah dilakukan oleh Bapa Paus Yohanes Paulus II kita. Apa kita bisa?? BISA. Tuhan Yesus telah memberikan tip nya kepada kita. Coba buka Injil Lukas 6:29 6:29 “Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.” Ayat diatas sama artinya dengan : Jika engkau diajak berjalan 1… Read more »

georgius
georgius
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Syallom…. Terima kasih saudaraku Inggrid…. Hehehehe….. terima kasih atas tanggapannya….. Tuhan Yesus memberkati… Dalam penjelasan saya, saya hanya ingin menekankan bahwa hakekatnya seorang istri adalah pihak yang “diberi” kesabaran lebih, akan tetapi seringkali seorang istri tidak mau/ berani berbicara kepada suaminya jika suaminya melakukan kesalahan (Jika ada saudaramu yang berbuat salah, ajaklah dia berbicara empat mata, dan bila dia masih melakukan kesalahan, maka ajaklah dia berbicara dengan membawa saksi, supaya…. , dan ….. ). Jadi saya cuma mau menekankan ke para istri, bahwa mereka harus berani bicara, supaya tidak lagi “sabar itu ada batasnya”. Sedikit ilustrasi…. saya sering melontar kan… Read more »

Erwin
Erwin
15 years ago

Saya ada pertanyaan tentang mengampuni. Yesus menginginkan kita untuk mengampuni tak terbatas, 70x7x.
Pertanyaannya ialah apakah sikap kita terhadap orang yang menyakiti kita tetapi tidak menyesal dan meminta maaf kepada kita?
Sebab dalam contoh2 kitab suci, semua pendosa harus terlebih dahulu menyesal dan minta maaf kepada Tuhan, barulah diampuni.
Apakah kita harus bersikap seperti Tuhan? tidak mengampuni orang yang tidak menyesal dan minta maaf.
Salam,

[dari katolisitas: telah dijawab – silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
22
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x