Apakah tujuan penciptaan?

Pertanyaan:

C. TENTANG PENCIPTAAN
Problema Tentang Penciptaan
Untuk Apa Mencipta? Apa Tujuan dari Penciptaan?

Orang-orang Theis mengklaim bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, dan Dia itu Sempurna dalam segala hal. Tapi, jika Tuhan memang benar Sang Pencipta, pernyataan di bawah akan membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna.

Marilah kita lihat dan buktikan bersama.

Sebelum Tuhan menciptakan alam semesta ini, yang ada hanyalah kekosongan dan kehampaan – tidak ada matahari, tidak ada bumi, tidak ada orang, tidak ada kebaikan maupun kejahatan, tidak ada penderitaan. Yang ada hanyalah Tuhan yang Maha Sempurna di mata orang Theis. Jadi, jika Tuhan itu sempurna dan hanya ada kesempurnaan sebelum diciptakannnya alam semesta, apa gerangan yang menggerakkan Tuhan untuk menciptakan alam semesta dan ketidaksempurnaan ke dalam seluruh ciptaan-Nya? Apakah karena Tuhan itu bosan dan tidak punya kerjaan? Apakah karena Tuhan merasa kesepian dan ingin didoakan dan dipuja?

Menurut orang-orang Theis, Tuhan menciptakan semuanya karena cinta-Nya yang besar kepada manusia. Tapi ini adalah mustahil! Tuhan tidak mungkin bisa mencintai manusia sebelum manusia itu tercipta. Sama halnya seorang wanita tidak mungkin bisa mencintai anaknya jika wanita itu tidak mengandung dan melahirkan anaknya. Keinginan dan kebutuhan Tuhan untuk mencipta telah menjelaskan bahwa Tuhan sangat tidak puas dengan segala sesuatu sebelum penciptaan. Ketidakpuasan Tuhan itu telah membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna (kalau Tuhan ada). Orang-orang Theis mungkin akan mengatakan Tuhan menciptakan secara spontan tanpa keinginan ataupun kebutuhan untuk mencipta. Pernyataan seperti ini hanyalah membuktikan bahwa penciptaan alam semesta ini sama sekali tidak ada tujuannya, dan tidak ada rencana di balik penciptaan alam semesta ini.

Tuhan macam apa yang menciptakan segala sesuatu tanpa perencanaan dan tujuan?
Tentu saja bukan Tuhan yang Maha Pengasih dan Pencipta. – Lodewijk

Jawaban:

JAWABAN UNTUK POINT C: TENTANG PENCIPTAAN

Berikut ini adalah jawaban untuk point C, yaitu keraguan tentang mengapa Tuhan menciptakan manusia berdasarkan kasih. Orang ini beranggapan bahwa Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia berdasarkan kasih karena seseorang tidak mungkin mencintai sesuatu yang belum ada. Oleh karena itu, Tuhan tidak mungkin menciptakan berdasarkan kasih, namun karena ketidaksempurnaan Tuhan, yaitu merujuk kepada ketidakpuasan Tuhan. Dan Akhirnya disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta tidak ada tujuannya, yang berarti bahwa Tuhan tidak mempunyai rencana dan tujuan, sehingga kesimpulan akhir adalah Tuhan bukan Maha Pengasih dan Pencipta.

I. TUJUAN PENCIPTAAN

1) Mari kita sekarang melihat argumentasi penciptaan. Untuk masuk ke dalam diskusi ini mensyaratkan seseorang untuk percaya bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Kalau bukan Tuhan Pencipta segala sesuatu atau segala sesuatu terjadi secara kebetulan, maka percuma saja membahas untuk apakah Tuhan menciptakan segala sesuatu. Syarat yang lain adalah Tuhan adalah Maha Sempurna dan Maha Kasih. Kalau kita belum menerima tentang hakekat Tuhan yang Maha Sempurna dan Maha Kasih, maka kita belum setuju tentang konsep Tuhan. Tuhan yang tidak Maha Sempurna dan Maha Kasih bukanlah Tuhan. Kalau dua hal ini terpenuhi, maka kita baru dapat masuk ke dalam diskusi ini. Saya mengusulkan untuk membaca artikel tentang: Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi (silakan klik).

2) Kalau Tuhan Maha Sempurna, maka Dia tidak kekurangan suatu apapun. Kalau Dia tidak kekurangan suatu apapun, maka akibatnya adalah Tuhan tidak membutuhkan siapa-siapa. Dan Tuhan yang Maha Sempurna ini adalah suatu Pribadi, yang mempunyai akal budi (reason) yang terdiri dari pemikiran (intellect) dan keinginan (will). Inilah sebabnya manusia sebagai mahluk, yang diciptakan menurut gambaran Allah mempunyai akal budi (intellect) dan kehendak bebas (will). Berdasarkan prinsip ” sesuatu tidak mungkin memberi yang tidak dipunyai” dan “sebab selalu lebih besar daripada akibat“, maka Tuhan harus mempunyai akal budi sebelum Tuhan memberikannya kepada manusia. Nah, mari kita lihat analogi ini: kalau manusia menyatakan suatu pemikiran, maka manusia memerlukan kata-kata. Tuhan, dalam kadar sempurna, menyatakan pikiran-Nya dalam bentuk Sang Sabda, yang kita kenal sebagai Yesus, Putera Allah. Inilah sebabnya, Injil Yohanes 1:1 menyatakan bahwa “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Selanjutnya, kesempurnaan manusia sebagai mahluk personal dinyatakan, tidak hanya melalui kemampuannya untuk mengetahui, namun juga mengasihi, yaitu memberikan dirinya kepada orang lain dalam persekutuannya dengan sesama. Maka ‘mengasihi’ di sini melibatkan pribadi yang lain, yang menerima kasih tersebut. Kalau hal ini benar untuk manusia pada tingkat natural, maka di tingkat supernatural ada kebenaran yang sama dalam tingkatan yang paling sempurna. Jadi Tuhan tidak mungkin Tuhan yang ‘terisolasi’ sendirian, namun “keluarga Tuhan”, dimana keberadaan-Nya, kasih-Nya, dan kemampuan-Nya untuk bersekutu dapat terwujud, dan dapat menjadi contoh sempurna bagi kita dalam hal mengasihi. Dalam hal ini, hubungan kasih timbal balik antara Allah Bapa dengan Putera-Nya (Sang Sabda) ‘menghembuskan’ Roh Kudus; dan Roh Kudus kita kenal sebagai Pribadi Allah yang ketiga.

3) Argumentasi dari definisi kasih:Kasih tidak mungkin berdiri sendiri, namun melibatkan dua belah pihak. Sebagai contoh, kasih suami istri, melibatkan kedua belah pihak, maka disebut sebagai “saling” mengasihi. Kalau Tuhan adalah kasih yang paling sempurna, maka tidak mungkin Tuhan tidak melibatkan pihak lain yang dapat menjadi saluran kasih-Nya dan juga dapat membalas kasih-Nya dengan derajat yang sama. Jadi Tuhan itu harus satu, namun bukan Tuhan betul- betul sendirian. Jika tidak demikian, maka Tuhan tidak mungkin dapat menyalurkan dan menerima kasih yang sejati.

Orang mungkin berargumentasi bahwa Tuhan bisa saja satu dan sendirian dan Dia dapat menyalurkan kasih-Nya dan menerima balasan kasih dari manusia. Namun, secara logis, hal ini tidaklah mungkin, karena Tuhan Sang Kasih Ilahi tidak mungkin tergantung pada manusia yang kasihnya tidak sempurna, dan kasih manusia tidak berarti jika dibandingkan dengan kasih Tuhan. Dengan demikian, sangatlah masuk di akal, jika Tuhan mempunyai “kehidupan batin,” di mana Dia dapat memberikan kasih sempurna dan juga menerima kembali kasih yang sempurna. Jadi, dalam kehidupan batin Allah inilah Yesus Kristus berada sebagai Allah Putera, yang dapat memberikan derajat kasih yang sama dengan Allah Bapa. Hubungan antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah hubungan kasih yang kekal, sempurna, dan tak terbatas. Kasih ini antara Allah Bapa dan Putera inilah yang disebut sebagai Roh Kudus.

Dengan hubungan kasih yang sempurna tesebut kita mengenal Allah yang pada hakekatnya adalah KASIH. Kesempurnaan kasih Allah ini ditunjukkan dengan kerelaan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada kita. Yesus memberikan Diri-Nya sendiri demi keselamatan kita, agar kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya oleh kuasa Roh-Nya yaitu Roh Kudus.

4) Dari point-point tersebut di atas, maka tidak mungkin Tuhan tergantung kepada manusia untuk menyalurkan kasih-Nya, karena di dalam Tuhan telah ada kegiatan mengetahui dan mengasihi secara Ilahi dan sempurna. Kalau Tuhan tergantung dari manusia untuk pemenuhan kasih, maka Tuhan bukan Tuhan lagi, karena kasih yang tergantung dari manusia tidaklah mungkin sempurna – karena manusia dapat berubah-ubah.

5) Oleh karena itu, satu-satunya yang memungkinkan dari semua alternatif tentang penciptaan manusia adalah karena kasih Allah yang ingin membagikan kebaikan-Nya kepada semua ciptaan-Nya. Pada akhirnya semua ciptaan akan memuliakan Tuhan. Namun demikian, perlu diingat bahwa kemuliaan Tuhan tidaklah berkurang dengan manusia turut serta memuliakan atau menolak untuk memuja Tuhan, karena kesempurnaan Tuhan adalah mutlak dan tidak tergantung dari apapun.

II. TIDAK MUNGKIN MENGASIHI SESUATU YANG TIDAK/ BELUM ADA

1) Dalam argumentasinya, orang ini berpendapat bahwa seseorang, termasuk Tuhan tidak mungkin mengasihi seseorang kalau orang tersebut belum ada. Prinsip ini ada benarnya dalam ukuran manusia, karena “seseorang tidak mungkin mengasihi sesuatu yang tidak diketahuinya“. Dalam contoh yang dikemukakan, seorang ibu tidak mungkin mengasihi anaknya kalau dia belum mengandung atau melahirkan anaknya. Namun kalau kita mundur sedikit, dan kita tanya kepada ibu tersebut: “Apakah, kalau dia mengandung dan melahirkan dari buah kasih dari suami tercinta, dia akan mengasihi anaknya?” Jawabannya pasti “Ya”. Hanya dengan memaparkan ide tentang kemungkinan untuk mempunyai anak, buah dari kasih antara dia dan sang suami mendatangkan perasaan yang penuh kasih dan hangat.

2) Nah, di dalam contoh di atas, untuk manusia yang mengalami sesuatu dalam urutan waktu, seperti yang dialami oleh ibu tersebut, mulai dari pernikahan, saling mengasihi dengan suami, mengandung, dan melahirkan, maka proses dari ide untuk mempunyai anak sampai kepada realitas, terikat oleh dimensi waktu. Namun kita tidak dapat menerapkan hal ini pada Tuhan, karena Tuhan tidak terikat oleh dimensi waktu. Di dalam Tuhan, sebuah ide atau pemikiran adalah sebuah kenyataan ’saat ini‘. Jadi, pada waktu Dia menciptakan manusia pertama, semua manusia dari Adam sampai manusia terakhir terbentang di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan dapat mengasihi manusia sebelum manusia, seperti kita, dilahirkan di dunia ini. Oleh karena itu Tuhan menciptakan manusia dengan didasari kasih, karena seluruh kehidupan manusia terbentang di hadapan-Nya dengan jelas. Ini artinya, Tuhan dapat mengasihi kita secara pribadi – termasuk orang yang bertanya tentang hal ini, bukan hanya semua umat manusia.

III. KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, maka sangat jelas, bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam raya dan manusia menurut rencana, kebijaksanaan, dan kasih Tuhan. Kesimpulan yang dinyatakan oleh orang yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatunya secara spontan tidaklah benar. Perkataan “spontan” juga tidak tepat, karena mengandung konotasi “terikat dimensi waktu” dan “tidak ada rencana”, yang berarti “seolah-olah terkejut dengan apa yang terjadi”. Kalau kita percaya bahwa Tuhan adalah Maha Tahu, maka tidak ada “keterkejutan” dalam segala apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh Tuhan.

IV. PERTANYAAN:

Saya ingin juga bertanya, kalau manusia bukan diciptakan karena kasih Allah, maka apakah manusia diciptakan karena kebetulan? Kalau manusia diciptakan secara kebetulan, maka sungguh keberadaan kita menjadi sangat menyedihkan. Apakah jiwa manusia diciptakan oleh manusia atau oleh Tuhan? Kalau memang diciptakan oleh manusia, bagaimana manusia – yang terdiri dari tubuh dan jiwa – dapat menciptakan jiwa yang bersifat kekal?

Demikian jawaban dan pertanyaan yang dapat saya berikan untuk point C. Semoga dapat membantu.

Salam kasih dari https://www.katolisitas.org
stef

5 1 vote
Article Rating
8 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Marzel
Marzel
11 years ago

Syalom Pak Stev & Bu Inggrid, Terima kasih sebelumnya atas adanya tulisan ini. Sangat membantu dlm penalaran dan menumbuhkan iman. Maju terus Pak Stev krn anda berada di jalur yg benar yaitu sesuai dng prinsip-prinsip iman Kristen, itu artinya Tuhan Yesus memberkati aktivitas katolisitas.org selama itu untuk melayani sesama yg kurang pemahaman iman kristiani, Amin Berdasarkan isi tulisan di atas, saya belum menemukan ALASAN KUAT dari Allah sehingga Allah menciptakan semua ciptaan, terlebih khusus manusia. Karena, jika dari “keluarga Allah” saja, Allah yg maha Pencipta itu sdh mendapat penyaluran untuk menyatakan kasih yg sempurna dari-Nya, lalu pertanyaannya, ngapain DIA repot2… Read more »

Maria
Maria
14 years ago

Yth Bpk Stef/Ibu Inggrid,

Saya dan suami saya akhir2 ini berdebat ttg keberadaan dunia (kehidupan) lain, selain bumi/dunia yg kita diami saat ini. Menurut pandangan suami saya, karena Allah itu Maha Kuasa, maka tidak akan heran apabila Allahpun menciptakan dunia yang lain selain bumi kita. Namun, menurut pendapat saya sendiri, bumi yang kita diami pada saat ini adalah satu2nya kehidupan yang Allah ciptakan sesuai dg yang tertulis di kitab perjanjian lama. Bagaimana menurut pendapat Bpk Stef/Ibu Inggrid?
Saya mohon tanggapannya.

Salam dan doa
Maria

Maria
Maria
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Yth Bpk Stef,

Terimakasih atas penjelasan/tanggapan dari bapak, keterangan diatas sangat membantu kami.

Salam dan doa,
Maria

Julius Paulo
Julius Paulo
14 years ago

Dear Katolisitas,org Terima kasih atas penjelasan atas pendekatan filosofis yang telah dituliskan di atas. Memang menjelaskan akan misteri Allah suatu tantangan yang berat bagi akal budi kita yang terbatas dan luput atas segala kesempurnaan. Sebab Allah sungguh Maha segalanya, dan kita manusia adalah suatu bagian dalam penyelenggaraan Ilahi yang sedang di tengah perjalanannya (in statu viae) menuju tujuan akhir yaitu kesempurnaan dalam Allah itu sendiri. Tulisan ini sungguh amat berharga bagi aku untuk memberikan tambahan dalam menjelaskan akan Allah ini kepada sebagian rekan komunitasku (sains) yang seringkali mereduksi Allah sebatas akal budi dan ilmu pengetahuan (sains). Saya akan bertanya di… Read more »

johannes yus
johannes yus
14 years ago

aku tidak tahu harus bagaimana tapi maaf kecerdasan theologi dan filosofi anda membutakan mata rohani anda untuk mendapatkam pembukaanKEBENARAN secara roh FIRMAN TUHAN dan anda akan mengalami bagaimana firman tuhan tergenapi dan terbukti dalam hidup anda danKEBENARANYA MUTLAK BENARkalau belu mengalami sendiri ya tidak percaya gereja anda secara rohani tertinggal jauh dibelakang tapi perkara duniawi memang hebatapalagi kalau disuruh pakai pikiran hebat tetapi rohaninya butaRENUNGKAN.hubungi lewat email saya bicara jujur 2009/11/24 at 11:26pm yaampun tuhan anda dalam filosifi membuat orang terpana tapibuta akan kebenaran dari dulu sayamenangisi hal ini ampunilah kamituhaan bagaimana cara mengingatkan sauadara tua kami ini belum belum… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
8
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x