Apakah gerakan karismatik Katolik sesat?

Pertanyaan:

Stef Yth,

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Stef dan pembaca yang mengikuti gerakan karismatik, saya pribadi tidak menyukai gerakan karismatik dan memiliki kesan negatif terhadapnya karena di dalam gerakan itu terdapat penyimpangan dan kesesatan, sbb:
1. Gerakan karismatik berasal dari denominasi Protestan Pentacostal (yg tergolong heresy/bidat/skismatik) dan tidak ada dalam Tradisi Gereja. Sumbernya saja sudah sesat, tentu gerakannya juga beresiko sesat. Anehnya, mengapa ini bisa sampai tumbuh subur dlam Gereja Katolik?
2. Gerakan karismatik identik dengan tepuk tangan, musik yg keras, jingkrak2 dan sikap emosional. Bukankah berdoa itu memerlukan ketenangan dan keheningan seperti teladan Yesus sendiri?
3. Doa Karismatik yang panjang dan bertele-tele, apakah karena kuasa roh kudus sehingga ia berdoa panjang seperti itu? Ditambah lagi ada yang berdesis-desis menyahuti dengan nama Tuhan(Yesus). Tuhan Yesus saja tidak menyarankan doa yang bertele-tele.
4. kecenderungan memaksakan pemahaman/pendapat pribadi terhadap ayat2 Injil dan menganggap yang tidak sepaham adalah sesat dan berdosa.
5. Penyimpangan dari ajaran Rasul Paulus tentang penggunaan karunia Roh Kudus, khususnya mengenai bahasa roh.
6. yang paling penting(dan paling parah/sesat) adanya Baptisan roh dan praktek penumpangan tangan oleh awam untuk mendapatkan karunia roh serta praktek exorcisme oleh awam .Maksudnya baptisan roh?bukankah kita hanya mengakui satu pembaptisan seperti yang tertulis dalam Syahadat Nicea?Jelas ini melanggar hasil konsili. Dan lagi tidak sembarang orang dapat melakukan penumpangan tangan dan exorcisme.
7. Dikatakan bahwa gerakan karismatik menghasilkan buah2 yg baik. Apa benar yang dihasilkan adalah buah2 sejati?Bukankah umat beragama lain(non Katolik) juga menghasilkan buah2 yang baik melalui sembahyang mereka?
8. Dalam gerakan karismatik terdapat sinkretisme ajran Katolik(benar) dan Protestan pentakostal(sesat).

Munculnya gerakan karismatik dalam Gereja Katolik menyatakan bahwa:
a) ada yang kurang dalam spiritualitas Gereja Katolik maka perlu adanya gerakan karismatik.
sakramen2, ibadat harian, doa, devosi, puasa, meditasi, pemeriksaan batin, latihan rohani, pendalaman Kitab Suci, retret, dsb yg sudah menjadi tradisi Gereja tidak mampu mengubah dan memperbaharui hidup umat Katolik dan memberikan karunia2 roh, maka perlu mengikuti gerakan karismatik.
b)gerakan karismatik adalah upaya yg perlu untuk memperoleh karunia2 roh. Maka jelas gerakan karismatik merendahkan Roh Kudus dan sakramen2 GK.

Jadi kesimpulannya: gerakan karismatik sangat berbahaya kerena mengandung penyesatan dan penyimpangan dari iman dan ajaran Gereja Katolik.

NB: Ini adalah pendapat pribadi berdasarkan pengalaman pribadi, kesaksian teman2 dan beberapa bacaan. Maaf kalau kurang berkenan.

Salam,
Aloysius

Jawaban:

Shalom Aloysius,

Pertama- tama, dalam menyikapi suatu pengajaran Gereja, mari kita kesampingkan perasaan/ pendapat pribadi. Karena kalau demikian halnya, kita menempatkan penilaian pribadi kita di atas ajaran/ keputusan Magisterium. Jika kita terus mempertahankan sikap seperti ini, kita menempatkan diri di posisi yang beresiko, apalagi jika kemudian disertai dengan sikap menganggap diri lebih benar daripada Magisterium; dan karenanya dengan keras menentang pengajaran Magisterium. Sikap demikian tidak menampakkan buah Roh Kudus yang utama dan pertama (lih. Gal 5:22-23), yaitu kasih yang menghendaki persatuan daripada perpecahan, dan kasih yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong (lih. 1 Kor 13:4).

Dengan prinsip ini, saya menanggapi pandangan anda:

1. Gerakan karismatik: sesat?

Anda mengatakan bahwa Gerakan karismatik berasal dari denominasi Protestan Pentakostal, dan gereja Pentakostal ini anda pandang heretikal/ skismatik/ sesat, dan karena itu gerakannya juga sesat.

Sejujurnya ini adalah pernyataan- pernyataan yang tidak berhubungan. Memang awal gerakan Karismatik sering dihubungkan dengan apa yang terjadi pada tanggal 1 Januari 1901 di suatu Bible college di Topeka Kansas, Amerika Serikat, atau tanggal 18 April 1906 di pertemuan doa Apostolic Faith Mission di Azusa St. Los Angeles, juga di Amerika- yang keduanya bukan komunitas Katolik-; saat terjadi apa yang kemudian dikenal dengan karunia bahasa roh. Selanjutnya, gerakan yang kemudian mempraktekkan karunia- karunia karismatik Roh Kudus ini dikenal dengan sebutan gerakan karismatik.

Walaupun gerakan ini nampak marak bertumbuh sekarang ini, namun sebenarnya karunia bahasa roh dan karunia karismatik Roh Kudus ini sudah ada sejak jaman para rasul, dan walaupun tidak banyak disorot, karunia inipun sudah ada dalam sejarah Gereja Katolik. Mari bersama kita melihatnya:

Dasar Kitab Suci tentang bahasa roh dan karunia karismatik lainnya:

Karunia bahasa roh yang dikenal dengan istilah glossolalia, disebut di beberapa ayat di kitab Perjanjian Baru, seperti:

1. Mrk 16:17: nubuat Yesus tentang orang- orang percaya, “….mereka akan berbicara dalam bahasa- bahasa yang baru bagi mereka”.

2. Kis 2: ketika Roh Kudus mengurapi keduabelas rasul, maka orang- orang dari kelimabelas bangsa yang berkumpul di Yerusalem mendengar para rasul itu berkhotbah dalam bahasa mereka sendiri.

3. Kis 10: Kornelius yang menerima karunia bahasa roh setelah menerima pewartaan Injil dari Rasul Petrus.

4. Kis 19:1-6: mengisahkan anggota jemaat di Efesus yang menerima karunia bahasa roh setelah menerima baptisan dalam nama Yesus.

5. 1Kor 12-14: mengisahkan bahwa gereja/ jemaat di Korintus menerima karunia bahasa roh dan karunia- karunia karismatik lainnya. Di 1Kor 12:7-11 disebutkan macam- macam karunia tersebut, sedangkan di 1Kor 12:28, disebutkan urutannya, mulai dari karunia sebagai rasul, nabi, pengajar, mukjizat, penyembuhan, pelayanan, pemimpin, bahasa roh.

Selanjutnya, Kitab Suci menyebutkan bahwa manifestasi Roh Kudus dalam bahasa roh itu dapat merupakan: 1) bahasa asing/ bahasa suatu bangsa tertentu, seperti terjadi pada Kis 2, Kis 11:15, dan 1Kor 14:21, ataupun 2) bahasa yang tidak terucapkan (ecstatic utterance), yang tidak dimengerti (1Kor 14:2), seperti secara implisit dikatakan dalam Rom 8:26-27. Karunia ini adalah karunia doa untuk mengucap syukur kepada Tuhan (1Kor 14:16-17) dan Rasul Paulus-pun menggunakan bahasa roh ini di dalam doa- doanya (lih. 1Kor 14: 18-19). Namun, karena tidak dimengerti, sering orang yang tidak percaya menyangka bahwa mereka yang menerima karunia ini sebagai orang yang tidak waras (lih. 1Kor 14:23).  3) Bisa juga terjadi alternatif ketiga bahwa bahasa roh tersebut dapat merupakan bahasa spiritual dan bahasa surgawi yang tak berdasarkan atas bahasa yang dikenal di dunia, namun yang dapat diinterpretasikan menurut bahasa yang dikenal di dunia, seperti yang mungkin terjadi dalam Kis 2:6-8; di mana para rasul berkata- kata dengan bahasa yang baru itu secara bersamaan, namun dapat terdengar oleh orang- orang yang berada di sana, yang datang dari berbagai bangsa, sebagai bahasa mereka sendiri (lih. Kis 2:6)

Dalam tradisi Gereja Katolik

Menarik disimak di sini adalah perkembangan yang terjadi setelah jaman para rasul. Montanus (135-177), adalah seorang yang dikenal sebagai pelopor gerakan karismatik pertama di abad kedua, dengan menekankan adanya karunia nubuat. Ia menekankan bahasa roh dan kehidupan asketisme (mati raga) yang ketat; dan ia mengklaim sebagai penerima wahyu Tuhan secara langsung, sehingga membahasakan diri sebagai orang pertama dalam nubuat-nubuatnya, seolah- olah ia sendiri adalah Tuhan. Gerakan Montanism ini akhirnya memecah Gereja di Ancyra menjadi dua; dan karena itu Uskup Apollinarius menyatakan bahwa nubuat Montanus adalah palsu (Eusebius 5.16.4)  Gerakan Montanus akhirnya ditolak oleh para pemimpin Gereja.

Montanus dan para pengikutnya lalu memisahkan diri dari kesatuan dengan Gereja yang ada pada saat itu. Oleh karena itu, tak mengherankan bahwa para Bapa Gereja pada abad- abad awal menekankan agar jemaat tunduk pada pengajaran para uskup yang adalah para penerus rasul; dan mereka relatif tidak terlalu menekankan karunia bahasa roh [kemungkinan mengingat bahwa hal itu faktanya dapat menimbulkan perpecahan]. St. Policarpus (69-159) yang hidup di jaman Rasul Yohanes, tidak menyebutkan tentang bahasa roh, demikian pula St. Yustinus Martir (110-165). St. Irenaeus (120-202) hanya menyebutkan secara sekilas dalam tulisannya Against Heresies. Selanjutnya karunia bahasa roh ini disebutkan dalam tulisan-tulisan St. Hilarius dari Poitiers (300-367) dan St. Ambrosius (340-397), walaupun tidak dikatakan secara eksplisit bahwa mereka mengalaminya. Juga pada masa itu, seorang pertapa Mesir, Pochomius (292-348) dilaporkan memperoleh karunia bahasa roh, yang disebut sebagai “bahasa malaikat”, dan di suatu kesempatan dapat menguasai bahasa Yunani dan Latin yang tidak dipelajarinya terlebih dahulu.

Namun sejak abad ke-3, dengan matinya sekte Montanus dan relatif urungnya para Bapa Gereja untuk mengekspos tentang bahasa roh, maka bahasa roh tidak lagi menjadi praktek yang umum di dalam Gereja. Beberapa Bapa Gereja yang tergolong skeptis tentang bahasa roh di antaranya adalah Eusebius (260 – 340) dan Origen (185 – 254). St. Krisostomus (344-407), uskup Konstantinopel dalam homilinya kepada jemaat di Korintus (lih. Homilies on First Corinthians, xxix, 1, NPNF2, v. 12, p. 168), mempertanyakannya, mengapa karunia bahasa roh tidak lagi terjadi di dalam Gereja; dan selanjutnya mengatakan bahwa di antara karunia- karunia Roh Kudus yang disebutkan di 1Kor 12:18, karunia bahasa roh menempati tingkatan yang ter-rendah (Homily xxxii, NPNF2, v. 12, p. 187).

Selanjutnya, St. Agustinus (354-430) memberikan pengajaran demikian tentang bahasa roh, dan prinsip inilah yang kemudian dipegang oleh Gereja untuk tujuh ratus tahun berikutnya:

“Pada awal mula, Roh Kudus turun atas mereka yang percaya: dan mereka berkata-kata dalam bahasa lidah (bahasa roh) yang tidak mereka pelajari, yang diberikan oleh Roh Kudus untuk mereka ucapkan. Ini adalah tanda- tanda yang diberikan pada saat di mana diperlukan bahasa roh untuk membuktikan adanya Roh Kudus di dalam semua bahasa bangsa-bangsa di seluruh dunia. Hal itu dilakukan sebagai sebuah bukti dan [kini] telah berlalu…. Sebab siapa yang di masa sekarang ini yang menerima penumpangan tangan berharap bahwa saat mereka menerima Roh Kudus juga akan dapat berkata- kata dalam bahasa roh?” (Homilies on 1 John VI 10; NPNF2, v. 7, pp. 497-498).

“… Bahkan sekarang Roh Kudus diterima, namun tak seorangpun berkata- kata dalam bahasa semua bangsa, sebab Gereja sendiri telah berbicara dalam bahasa semua bangsa: sebab barangsiapa tidak di dalam Gereja tidak menerima Roh Kudus.” (The Gospel of John, Tractate 32).

Maka menurut St. Agustinus, bahasa roh adalah kemurahan khusus di jaman apostolik demi kepentingan evangelisasi, yang tidak lagi terjadi di saat itu.

Paus Leo I Agung (440-461) mendukung pandangan St. Agustinus. Maka setelah kepemimpinannya sampai abad ke- 12, tidak ada literatur yang menyebutkan tentang bahasa roh.

Namun demikian, walaupun tidak umum, beberapa kejadian sehubungan dengan bahasa roh terjadi di dalam kehidupan beberapa orang kudus. Seorang biarawati Benediktin St. Hildegard dari Bingen (1098 – 1179) dilaporkan menyanyikan kidung dengan bahasa yang tidak diketahui yang disebutnya sebagai “konser Roh”. Sekitar seratus tahun kemudian St. Dominic (1221) kelahiran Spanyol dilaporkan dapat berbicara dalam bahasa Jerman setelah berdoa dengan khusuk. St. Antonius dari Padua (wafat 1231) menuliskan tentang pengalaman rohaninya bahwa lidahnya menjadi pena Roh Kudus. Demikian pula St. Joachim dari Fiore (1132-1202) yang memulai kebangunan rohani yang mempengaruhi masa akhir Abad Pertengahan.

St. Thomas Aquinas (1247) menyinggung tentang bahasa roh dalam bukunya Summa Theology (ST II-II, q.176, a.1&2), dan mengutip kembali pengajaran St. Agustinus. St. Thomas mengatakan bahwa pada awalnya memang diberikan karunia bahasa roh kepada para rasul, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka untuk mewartakan Kabar Gembira kepada segala bangsa. Sebab tidaklah layak bagi mereka yang diutus untuk mengajar orang lain harus diajar terlebih dahulu oleh orang lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa karunia bernubuat adalah lebih tinggi daripada karunia bahasa roh (lih. 1Kor 14:5).

Setelah sekitar seabad berlalu, St. Vincentius Ferrer (1350) dicatat telah berbicara dalam bahasa roh. Di Genoa, para pendengarnya yang terdiri dari bangsa yang berbeda- beda, dapat mendengarnya bicara dalam bahasa mereka. Setelah ditanyakan tentang hal ini, St. Vincent menjawab, “Kamu semua salah, dan [sekaligus] benar, sahabat- sahabatku,” katanya dengan senyum, “Saya berbicara dalam bahasa Valencian, bahasa ibu saya, sebab selain Latin dan sedikit bahasa Ibrani, saya tidak mengenal bahasa Spanyol. Adalah Tuhan yang baik, yang membuat perkataan saya dapat kamu mengerti.” Hal ini adalah salah satu yang diuji dalam proses kanonisasi St. Vincentius, dan dinyatakan benar oleh lebih dari 100 orang saksi …. (Angel of the Judgment: A Life of St. Vincent Ferrer, 1953, p. 137-138). Selain dari bahasa roh, St. Vincent dapat (tentu hanya karena rahmat Tuhan) menyembuhkan orang buta, tuli, lumpuh dan mengusir setan pada orang- orang yang kerasukan; dan juga membangkitkan beberapa orang dari kematian. Mukjizat-mukjizat publiknya ini mencapai ribuan.

Di abad ke-16 kejadian-kejadian serupa termasuk berkata- kata dalam bahasa roh dicatat dalam kehidupan dua orang Santo, yaitu St. Fransiskus Xavier dan St. Louis Bertrand (Kelsey, p. 50). Selanjutnya, beberapa orang mistik seperti St. Yohanes dari Avila (1500 – 1569), St. Teresa dari Avila (1515 – 1582), St. Yohanes Salib (1542 – 1591) dan St. Ignatius Loyola (1491-1556), menulis tentang banyaknya pengalaman rohani yang mereka alami, termasuk bahasa roh. (Laurentin. pp 138-142).

Selanjutnya, di abad 19-20, kita mengetahui bahwa St. Padre Pio (1887-1968) juga mempunyai berbagai karunia Roh Kudus dan juga karunia khusus lainnya seperti karunia nubuat, mukjizat, menyembuhkan, membeda- bedakan roh, membaca pikiran/ hati orang lain, karunia dapat mempertobatkan orang, karunia bilocation, dan termasuk juga karunia bahasa roh.

Di gereja- gereja non Katolik

Demikian pula di luar Gereja Katolik, karunia bahasa roh juga dicatat, seperti terjadi pada denominasi Quaker (abad ke-17), Shakers (abad ke-18), gerakan misionaris Moravian dan gereja Methodis (abad ke-18) oleh John Wesley. Gerakan Pentakostal yang terjadi di awal abad 20 merupakan pecahan dari gereja Methodis ini.

Maka walaupun banyak orang menyangka bahwa bahasa roh itu berasal dari gerakan Pentakostal di awal abad ke-20, namun sebenarnya karunia bahasa roh ini sudah lama ada, bahkan sejak awal mula sejak jaman para rasul, dan juga merupakan bagian dari tradisi Gereja Katolik. Memang, kemudian pertanyaannya adalah, mengapa bahasa roh juga diberikan kepada orang- orang di luar kesatuan penuh dengan Gereja Katolik? Nampaknya ini merupakan tanda bahwa Allah bebas melakukan pekerjaaan-Nya seturut kebijaksanaan-Nya. Kita tidak dapat memahami sepenuhnya rencana Allah, namun yang jelas bahasa roh tersebut bukan karunia yang asing bagi Gereja Katolik. Karunia bahasa roh itu sudah lama menjadi milik Gereja Katolik, hanya saja mungkin tidak terlalu ditonjolkan, apalagi dipandang lebih penting daripada ketujuh karunia Roh Kudus yang disebutkan dalam Yes 11.

Dengan demikian, tidak benar bahwa karunia bahasa roh itu berasal dari gereja Protestan, dan karenanya sesat. Bahwa ada aliran- aliran tertentu di luar Gereja Katolik yang juga mengajarkan tentang bahasa roh, tidak menjadikan bahwa bahasa roh ini sesat. Sebab Gereja Katolik, berdasarkan Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:

Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka yang karena dibaptis mengemban nama kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan dibawah Pengganti Petrus…. Selain itu ada persekutuan doa-doa dan kurnia-kurnia rohani lainnya; bahkan ada suatu hubungan sejati dalam Roh Kudus, yang memang dengan daya pengudusan-Nya juga berkarya di antara mereka dengan melimpahkan anugerah-anugerah serta rahmat-rahmat-Nya, dan menguatkan beberapa di kalangan mereka hingga menumpahkan darahnya. Demikianlah Roh membangkitkan pada semua murid Kristus keinginan dan kegiatan, supaya semua saja dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus secara damai dipersatukan dalam satu kawanan dibawah satu Gembala. Untuk mencapai tujuan itu Bunda Gereja tiada hentinya berdoa, berharap dan berusaha, serta mendorong para puteranya untuk memurnikan dan membaharui diri, supaya tanda Kristus dengan lebih cemerlang bersinar pada wajah Gereja.” (Lumen Gentium, 15)

Dari sini kita melihat bahwa Gereja Katolik mengakui adanya karunia- karunia rohani yang diberikan kepada persekutuan- persekutuan doa di luar Gereja Katolik. Selanjutnya, hal yang juga penting diketahui adalah Gereja Katolik tidak menganggap bahwa gereja- gereja Kristen non- Katolik yang ada sekarang adalah bidaah/ heretikal. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

Yang lebih ditekankan dalam Gereja Katolik

Maka, meskipun Gereja Katolik juga mengakui adanya karunia bahasa roh, Gereja Katolik lebih menekankan kepada sapta karunia Roh Kudus (lih. Yes 11) yaitu takut akan Tuhan, keperkasaan, kesalehan, nasihat, pengenalan, pengertian, kebijaksanaan. Mengapa? Karena ketujuh karunia tersebut lebih tinggi tingkatannya daripada karunia- karunia karismatik (seperti karunia bahasa roh, nubuat, menyembuhkan, mukjizat, dll), sebab sapta karunia Roh Kudus adalah karunia yang menguduskan seseorang, sedangkan karunia- karunia karismatik tidak otomatis menguduskan seseorang, namun lebih bertujuan untuk membangun jemaat. Oleh karena itu, dapat terjadi misalnya, mereka yang dapat menyembuhkan tersebut tidak kudus hidupnya, dan jika ini yang terjadi, orang itu juga akhirnya tidak berkenan di hadapan Allah, seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri dalam Mat 7:21-23. Maka tantangannya bagi orang yang memperoleh karunia karismatik Roh Kudus adalah juga berjuang untuk hidup kudus dan bertumbuh di dalam ketujuh karunia Roh Kudus tersebut.

Kesimpulan

Karena bahasa roh dan karunia- karunia karismatik Roh Kudus itu sudah ada sejak jaman Gereja awal dan seterusnya dalam sejarah Gereja Katolik, maka tidak dapat dikatakan bahwa bahasa roh dan karunia- karunia lainnya, ataupun gerakan karismatik yang mempraktekkan karunia- karunia tersebut adalah sesat. Namun perlu dihindari adanya praktek- praktek yang menyimpang [seperti yang akan dibahas di bawah ini], yang mungkin terjadi, sehingga gerakan ini dapat mendukung dan memperbaharui Gereja Katolik.

2. Gerakan karismatik identik dengan tepuk tangan, musik yang keras dan jingkrak- jingkrak ?

Ini keliru. Jika kita melihat pengalaman orang kudus (Santa/o) yang menerima karunia karismatik Roh Kudus, kita tahu bahwa karunia karismatik tidak identik dengan tepuk tangan dan jingrak- jingrak. Beberapa pelajar Katolik yang pertama memperoleh karunia bahasa roh dalam retret yang diadakan di Duquesne University, Amerika (Februari 1967) menerimanya melalui doa Adorasi di hadapan sakramen Mahakudus. Selanjutnya, saya juga mengenal orang- orang yang mendapatkan karunia bahasa Roh melalui doa Adorasi Sakramen Mahakudus, doa rosario, dan doa pribadi. Bahkan pengkhotbah kepausan, Fr. Raniero Cantalamessa, memperoleh karunia bahasa Roh dalam doa pribadinya, sehari setelah ia mengikuti semacam SHDR (jadi tidak di dalam SHDR-nya itu sendiri). Demikian juga Mother Angelica, seorang biarawati Karmelit pendiri EWTN, salah satu stasiun TV Katolik terbesar di Amerika (dan dunia) juga memperoleh karunia berdoa dalam bahasa Roh pada saat mendoakan doa brevier/ ibadah harian, yaitu pada saat ia membaca teks Kitab Suci.

Maka persekutuan doa karismatik yang sungguh Katolik, seharusnya tidak menekankan pujian yang hingar bingar, tanpa keheningan. Tepuk tangan, bahkan bersorak dan menari sebagai cara memuji Tuhan tidak dilarang, sebab hal itu juga dicatat dalam Kitab Mazmur, namun tentu harus dalam batas yang normal yang mencerminkan pengendalian diri (lih. Gal 5:23).

3. Doa Karismatik panjang- panjang dan bertele- tele?

Wah, yang ini nampaknya relatif. Sebab bagi mereka yang mendoakannya mungkin tidak terasa demikian, terutama jika mereka mendoakannya dengan kasih. Doa pengulangan (repetition) tidak dikecam oleh Yesus, yang dikecam oleh-Nya adalah doa pengulangan yang sia- sia (vain repetition– KJV). Maka, tidak ada masalah dengan berdoa menyebut nama Yesus berkali- kali, atau Alleluia, atau Salam Maria, berkali- kali. Asal didasari kasih kepada Tuhan, maka doa itu sungguh indah di hadapan Tuhan, sebagaimana pengulangan frasa dalam Mazmur 136 dan 118. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

4. Kecenderungan anggota karismatik memaksakan pemahaman pribadi terhadap ayat- ayat Injil, dan menganggap yang tidak sepaham dengannya adalah sesat?

Ini yang tidak benar dan harus diluruskan. Sebab bagi umat Katolik, parameternya jelas, yaitu apakah interpretasi tersebut sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja. Jika tidak sesuai, maka interpretasi pribadi tersebut yang keliru.

5. Penyimpangan dari ajaran Rasul Paulus tentang penggunaan karunia Roh Kudus, khususnya mengenai bahasa roh, pada gerakan karismatik?

Ini nampaknya perlu diperjelas: apakah penyimpangannya/ dalam hal apa. Sebab harus diakui, adanya hal positif dalam gerakan karismatik, walaupun sayangnya ada pula yang negatif. Namun sejauh gerakan karismatik ini sejalan dalam derap langkah paroki, maka mereka tidak menyimpang.

Sejauh pengamatan saya, yang disebut ‘penyimpangan’ itu adalah jika:
– menganggap bahwa karunia bahasa roh adalah segala- galanya; sehingga timbul sikap seolah mengatakan bahwa orang yang menerima karunia bahasa roh itu lebih baik/ kudus daripada orang yang tidak menerimanya. Ini keliru.

– karena penekanan kepada bahasa roh, maka seolah- olah tolok ukur kesuksesan SHDR adalah seberapa banyak orang yang memperoleh karunia tersebut atau setidaknya yang ‘resting in the spirit‘; dan bukan kepada pertobatan sejati. Lebih parahnya, jika diajarkan bahwa seolah- olah bahasa roh dapat dipelajari/ dibuat- buat sendiri, sehingga menjadi tidak otentik dari Roh Kudus.

– terlalu banyak penekanan terhadap karunia- karunia karismatik Roh Kudus (yang kelihatan manifestasinya) sehingga menomorduakan sapta karunia Roh Kudus (yang tidak kelihatan, namun yang membantu orang bertumbuh dalam kekudusan).

– merasa sudah ‘langsung’ berhubungan dengan Roh Kudus, sehingga tidak lagi mau taat kepada pimpinan Gereja (para imam, uskup, dan Paus), karena menganggap bahwa mereka kurang dipenuhi Roh Kudus. Sikap semacam ini jika berlarut- larut dapat menjurus kepada perpecahan/ pemisahan diri dari kesatuan Gereja, dan tentu sikap sedemikian ini keliru.

– merasa sudah benar/ paling benar dalam menginterpretasikan Kitab Suci, sehingga sudah tidak perlu lagi mendengarkan pengajaran Magisterium.

– pandangan yang menganggap ibadah karismatik paling baik, bahkan lebih ‘tinggi’ dari Misa Kudus. Ini keliru sekali, demikian juga jika seorang merasa sudah dipenuhi Roh Kudus, sehingga tidak lagi mengindahkan sakramen- sakramen.

– pandangan yang mengatakan kalau sudah karismatik maka tak perlu lagi berdoa rosario dan berdevosi kepada Bunda Maria.

– hilangnya/ kurangnya ciri khas Katolik dalam ibadah persekutuan doa karismatik, terlalu hingar bingar.

– kelompok tersebut menjadi eksklusif, tidak/ kurang membaur dengan kegiatan paroki.

6. Yang paling parah: penumpangan tangan oleh awam untuk mendapatkan karunia Roh Kudus, praktek eksorsisme oleh awam dan istilah ‘baptisan Roh Kudus’?

Nampaknya harus dibedakan makna penumpangan tangan oleh para klerus/ terbaptis dan para awam. Rm. Boli SVD, pakar Liturgi di situs ini pernah menjelaskan bahwa penumpangan tangan dalam semua perayaan liturgi memang hanya boleh dilakukan oleh para tertahbis, seperti dalam sakramen- sakramen, seperti Ekaristi, Krisma, Pengakuan dosa, Tahbisan dan Pengurapan Orang Sakit. Namun di luar liturgi, belum ada larangan resmi/ tertulis yang menyatakan bahwa orang awam dilarang menumpangkan tangan atas orang yang didoakan.

Lalu juga, harus dibedakan di sini, tentang praktek eksorsisme dan pelepasan. Yang umumnya dilakukan oleh awam adalah pelepasan, namun eksorsisme yang resmi adalah dari Uskup atau imam yang diberi kuasa oleh Uskup. Hal ini pernah dijelaskan Rm. Santo Pr., di sini, silakan klik.

Sekarang tentang istilah ‘baptisan Roh Kudus’. Agaknya penggunaan istilah ini memang tidak tepat. Anda benar, bahwa Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci hanya mengakui satu baptisan (Ef 4:5) dan karena itu istilah yang lebih tepat adalah “pencurahan Roh Kudus/ outpouring of the Holy Spirit” dan bukan “baptisan Roh Kudus/ baptism of the Holy Spirit.” Sebab baptisan memang hanya dapat diterima satu kali, namun rahmat Roh Kudus dapat terus ditambahkan/ dicurahkan berkali- kali sepanjang hidup kita.

7. Apakah benar gerakan Karismatik menghasilkan buah- buah yang sejati? Apa bedanya dengan buah- buah yang baik yang dihasilkan dari agama- agama non- Katolik?

Jika gerakan Karismatik ini dilakukan di dalam koridor Gereja Katolik, seperti yang terjadi pada kehidupan para orang kudus, maka tentu saja dapat menghasilkan buah- buah Roh Kudus yang sejati yang dapat membangun Gereja. Stef dan saya harus jujur mengakui hal ini, sebab kami ‘berhutang’ kepada gerakan karismatik Katolik. Jika bukan karena belas kasih Allah dan rahmat-Nya yang kami terima melalui LISS (SHDR) -yang diadakan oleh gerakan karismatik Katolik- di Filipina tahun 2000 yang lalu, mungkin kami berdua tidak tergerak untuk mendalami iman Katolik, dan tidak terbersit keinginan di hati untuk lebih bersungguh- sungguh ikut membangun Gereja dari dalam.

Selanjutnya, tentang hal- hal yang baik yang ada juga di agama- agama lain, Gereja Katolik mengakuinya, namun pada saat yang bersamaan mengajarkan juga bahwa kepenuhan hidup dan kebenaran ada di dalam Kristus dan Gereja-Nya.  Konsili Vatikan II mengajarkan:

Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini [agama- agama non Kristiani]. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.” (Nostra Aetate 2)

Dan tentang karunia- karunia Roh Kudus yang ditemukan di gereja- gereja non- Katolik, Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan diluar kawasan Gereja Katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya termasuk gereja Kristus yang tunggal…..

Oleh karena itu gereja-gereja dan jemaat-jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja Katolik.

Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah. Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.” (Unitatis Redintegratio 3)

8. Dalam gerakan Karismatik terjadi sinkretisme antara ajaran Katolik yang benar dan Protestan yang sesat?

Ini keliru. Seseorang tidak akan mengatakan demikian, jika ia telah memahami apa yang diajarkan oleh Konsili Vatikan II.

9. Apakah spiritualitas Gereja Katolik kurang lengkap sehingga perlu gerakan Karismatik?

Nampaknya pandangan ini juga tidak tepat. Sebab kita ketahui bahwa sesungguhnya spiritualitas Gereja Katolik sudah cukup lengkap: terdapat banyak cara berdoa dan spiritualitas yang diajarkan oleh para kudus sepanjang sejarah Gereja Katolik. Namun mungkin yang kurang adalah, kekayaan spiritualitas Katolik itu kurang diketahui oleh  umat secara umum, sehingga tidak dijadikan sebagai gaya hidup.

Di salah satu Talk tentang Roh Kudus, Scott Hahn (seorang evangelist Protestan yang menjadi Katolik) pernah mengatakan bahwa kemungkinan di jaman akhir ini, Allah melihat bahwa diperlukan manifestasi Roh Kudus yang lebih jelas terlihat untuk meyakinkan manusia akan kehadiran-Nya di tengah umat-Nya. Maka karunia- karunia karismatik Roh Kudus dicurahkan kepada banyak orang percaya termasuk mereka yang tidak berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, dengan maksud untuk mempersatukan jemaat menjadi satu kawanan. Maka, bahasa roh dan karunia karismatik lainnya, yang pada awal mula diberikan kepada jemaat dengan maksud evangelisasi ke seluruh dunia, kini kembali dicurahkan, untuk membalikkan hati banyak orang kepada Tuhan dan Gereja-Nya, dan kembali meng- evangelisasi dunia yang dewasa ini sudah semakin jauh dari Tuhan. Nampaknya ini nyata dalam kesaksian hidup Scott Hahn sendiri. Atas pimpinan Roh Kudus, ia bersama dengan istrinya, Kimberly Hahn, yang keduanya adalah mantan lulusan sekolah pendeta, dapat mengenali bahwa kepenuhan kebenaran ada di Gereja Katolik. Mereka lalu bergabung dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, seperti tertulis dalam buku mereka yang terkenal, Rome Sweet Home.

10. Gerakan Karismatik mengatakan bahwa gerakan ini perlu untuk memperoleh karunia- karunia Roh Kudus, sehingga jelas merendahkan Roh Kudus dan sakramen- sakramen Gereja Katolik?

Maka, silakan kita menilai dengan obyektif, soal hal perlu atau tidak perlu tentang gerakan Karismatik ini. Sebab jika seseorang sudah dapat menghayati iman Katoliknya dengan baik dan benar, maka mungkin saja gerakan ini tidak diperlukan olehnya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak orang yang dapat ‘terbantu’ melalui gerakan ini untuk semakin menghayati misteri iman yang diajarkan oleh Gereja Katolik.

Ada banyak kesaksian orang Katolik yang mengalami pertobatan sejati setelah mengikuti gerakan Karismatik, dan semakin dapat menghayati makna Ekaristi dan sakramen- sakramen Gereja lainnya. Maka walaupun ada efek-efek negatif yang ditunjukkan oleh sekelompok orang yang menjadi ekstrim [dan ini tentu perlu dihindari], tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada buah- buah yang baik yang dihasilkan melalui gerakan karismatik di dalam Gereja Katolik. Yang terpenting sekarang adalah, pihak hirarki/ otoritas Gereja perlu membimbing gerakan ini, agar tidak keluar dari ajaran iman Katolik, atau semakin memancarkan ciri ke katolikannya, seperti yang disarankan oleh Paus Paulus VI di tahun 1973 dalam mencirikan pembaharuan karismatik, “… pengalaman doa yang mendalam, personal, dan di dalam kelompok, kembali ke doa kontemplasi … kesiapsiagaan bagi panggilan Roh Kudus…”

11. Tentang kesimpulan anda: Gerakan Karismatik berbahaya karena mengandung penyesatan dan penyimpangan iman dan ajaran Gereja Katolik?

Mohon maaf, kami di Katolisitas tidak setuju dengan pandangan ini. Karena pandangan ini tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI.

Dalam Audiensi dengan Kadinal Suenens dan the Council Members of the International Charismatic Renewal Office, 11 Desember 1979, Paus Yohanes Paulus II berkata demikian:

…This is my first meeting with you, Catholic charismatics . . . I have always belonged to this renewal in the Holy Spirit. . . . I am convinced that this movement is a sign of His action. The world is much in need of this action of the Holy Spirit, and it needs many instruments for this action. . . . Through this action, the Holy Spirit comes to the human spirit, and from this moment we begin to live again, to find our very selves, to find our identity, our total humanity. Consequently, I am convinced that this movement is a very important component in the total renewal of the Church, in this spiritual renewal of the Church.

Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 4 April 1998, dalam konferensi gerakan karismatik Katolik juga mengatakan: (selengkapnya silakan klik, klik ini juga)

You are an ecclesial movement. Therefore, all those criteria of ecclesiality of which I wrote in Christifideles laici (cf. n. 30) must be expressed in your lives, especially faithful adherence to the Church’s Magisterium, filial obedience to the Bishops and a spirit of service towards local Churches and parishes.

Paus Benediktus XVI juga mengakui gerakan karismatik sebagai gerakan gerejawi/ eccesial movement, dan dalam pernyataannya kepada the Catholic Fraternity of Charismatic Covenant Communities, 31 Oktober, 2008, ia mengatakan:

As I have been able to affirm in other circumstances, the Ecclesial Movements and New Comunities which blossomed after the Second Vatican Council, constitute a unique gift of the Lord and a precious resource for the life of the ChurchThey should be accepted with trust and valued for the various contributions they place at the service of the common benefit in a an ordered and fruitful way…

Dengan demikian, jika kita sungguh mengakui kepemimpinan para Paus ini sebagai penerus Rasul Petrus, dan demi kasih kita kepada Kristus yang telah memilih mereka sebagai pemimpin Gereja-Nya, maka sudah seharusnya kitapun menerima pengajaran mereka, dengan menerima gerakan karismatik Katolik sebagai salah satu gerakan gerejawi. Kita selayaknya juga dapat melihat hal- hal positif yang dihasilkan oleh gerakan ini, dan bersama- sama dengan pihak otoritas Gereja berusaha menghilangkan efek- efek negatif dari gerakan ini, yang diakibatkan karena kurangnya pemahaman akan ajaran iman Katolik. Sebagai umat Katolik, kita memang tidak diharuskan menjadi anggota gerakan Karismatik, tetapi kita juga tidak boleh menolak mereka dengan mengatakan bahwa mereka itu sesat. Dengan mengatakan demikian, seseorang menempatkan dirinya di atas Paus, dan jika demikian, silakan diperiksa, apakah sikap seperti ini membuktikan bahwa ia sendiri dipenuhi atau dibimbing oleh Roh Kudus.

Akhirnya, perlu diketahui untuk Gereja Katolik di Indonesia sudah ada Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia (BPNPKKI) dapat menjadi sarana untuk membimbing gerakan ini di tanah air agar mempunyai arah yang benar dan turut serta dalam membangun Gereja Katolik dari dalam, sesuai dengan visi dan misinya, di mana di point ke-5 dikatakan, “Untuk memupuk pertumbuhan yang terus menerus dalam kesucian melalui integrasi yang tepat antara penekanan segi karismatik ini dengan kehidupan yang utuh dari Gereja. Hal ini terlaksana melalui partisipasi dalam suatu kehidupan sakramental dan liturgis yang kaya, penghargaan terhadap tradisi doa-doa dan spiritualitas katolik dan pembinaan terus menerus dalam ajaran-ajaran Katolik dibawah bimbingan Magisterium Gereja dan peran serta dalam rencana pastoral Gereja.” Dengan demikian sudah ada langkah- langkah dari pihak otoritas Gereja Katolik di Indonesia untuk mengkoordinasikan gerakan karismatik ini agar sesuai dengan kehidupan Gereja secara keseluruhan.

Selanjutnya, mari bersama dalam kesatuan dengan seluruh Gereja, kita memohon pimpinan Roh Kudus, namun pertama- tama mari memohon kerendahan hati untuk dapat dipimpin oleh Roh Kudus.

Selanjutnya tentang hal-hal positif dan negatif tentang gerakan Karismatik, silakan klik di sini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

4.4 7 votes
Article Rating
19/12/2018
110 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Robertus
Robertus
12 years ago

Dear Stef dan team..

Jika Vatican pada akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa gerakan Karismatik sesat dan harus dilenyapkan dari Ajaran Bunda Gereja, apakah pendukung Karismatik seperti Stef mau mematuhinya? Karena bukan tidak mungkin di hari depan keputusan ini ada sama seperti dulu Vatican pernah melarang ajaran SSPX..

Terimakasih
Berkah Dalem

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Robertus
12 years ago

Shalom Robertus, Terima kasih atas pertanyaan anda tentang gerakan karismatik. Sesuai dengan apa yang kami tuliskan, pandangan kami terhadap gerakan karismatik adalah mengikuti pandangan dari Vatikan. Karena Vatikan melihat bahwa gerakan karismatik adalah menjadi salah satu ecclesial movement, maka sudah seharusnya kita tidak memandang gerakan ini sebagai gerakan yang sesat. Kita harus mengakui bahwa ada sisi positif dari gerakan ini, walaupun ada efek-efek negatif yang ditimbulkannya. Jika di kemudian hari ternyata lebih banyak efek-efek negatif yang terjadi sehingga Vatikan melarang gerakan karismatik untuk melindungi umat Allah, maka sudah seharusnya seluruh umat Katolik juga mematuhinya, termasuk kami di katolisitas.org. Dalam kondisi… Read more »

Alfredo
Alfredo
12 years ago

shalom pak Stef dan bu Inggrid..saya sangat bersyukur telah menemukan website ini karna atas penjelasan yang luar biasa dri bapak dan ibu serta pengasuh website ini sehingga saya semakin teguh dengan iman Katolik saya.. ada yang ingin saya tanyakan menyangkut apakah kharismatik katolik itu,,karna ada beberapa keluarga saya termasuk tante saya yang mengikuti kegiatan ini,,saya telah membaca dalam forum di web [dari Katolisitas: kami edit] bahwa kegiatan ini sebenarnya sesat,,memang seperti itukah??klo memang benar berarti sya bisa mengingatkan tante saya ini..terima kasih buat penjelasannya.. smoga Tuhan memberkati pak Stef dan ibu Inggrid serta semua pengasuh website ini… [Dari Katolisitas: silakan… Read more »

kristofer
kristofer
12 years ago

shalom, sedikit sharing saja. saya baru mengikuti Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik sekitar 2 tahun lebih. pada awalnya saya selalu merasa diri saya yang paling benar, sangat kaku terhadap ajaran Katolik. saya bahkan mengatakan teman-teman saya bersalah karena mengikuti aliran yang menyesatkan ini. disini saya menulis “Gerakan Pembaharuan Karismatik” bukan gerakan karismatik, karena saya menyadari bahwa kharisma itu bukan hak saya, itu datangnya dari Tuhan. saya percaya, melalui Roh Kudus yang telah saya terima dalam pembabtisan, Tuhan telah menyertakan didalamnya karunia-karunia didalamnya, supaya saya bisa menggunakannya untuk semakin mendekatkan diri saya kepada Tuhan. yang saya lakukan disini bukan untuk menciptakan karisma… Read more »

Fransiskus L.B
Fransiskus L.B
12 years ago

Bagaimana pandangan Gereja terhadap Persekutuan Doa Kharismatik Katolik yang tumbuh begitu pesat, dan yang pernah saya ikuti adanya ajaran bahasa Roh, dan yang sangat mengejutkan adalah puji – pujiannya jauh dari nuansa Katolik, bahkan cenderung seperti ajaran Kristen yang lain ( Pantekosta )…???

[dari Katolisitas: jawaban dari pertanyaan Anda telah pernah diuraikan di dalam artikel di atas thread ini, untuk membacanya, silahkan klik di sini.]

Lusi rahardja
Lusi rahardja
12 years ago

Salam damai, sekedar sharing untuk gerakan karismatik Katolik. Sejak saya mengikuti retret lembah karmel. Saya mengalami langsung sentuhan kasih Allah dan pertobatan mendalam dengan sesal sempurna berkat roh Kudus. Selama ini saya hanya tahu kasih Allah secara teori saja, tetapi sekarang saya telah mengalaminya sendiri. Dengan mengalaminya, saya makin cinta dan rindu akan sakramen Ekaristi. Saya menghadiri Ekaristi bukan sebagai kewajiban, tetapi kebutuhan dan kerinduan mendalam. Roh Kudus telah menyulut api cinta kasih terhadap Kristus di dalam hati saya. Semoga setiap dari kita mampu mengalami sendiri kasih Allah yang begitu indah dan tak ternilai melalui pembaharuan hidup dalam roh. Allah… Read more »

NOBERT
NOBERT
12 years ago

Shallom…. Salam kenal semuanya….aku orang baru di sini, baru seminggu ini aku masuk di forum ini. Saya ingin mengucapkan PUJI SYUKUR kepada TUHAN,karena saya telah menemukan KATOLISITAS. 4-5 tahun yang lalu, aku sedang mengalami krisis rohani, dan aku coba cari di NET forum2 yang bisa memberikan aku pencerahan. Setelah ketemu beberapa forum, di sana aku menemui banyak sekali kata2 hujat, kasar, dll di antara anggotanya, dan akhirnya ketemu forum yang Katholik. Tetapi di situ pun aku merasa kurang cocok, bukan karena pengajarannya, but lebih dikarenakan, di sana banyak mengunakan kata2 yang keras dalam pengajarannya, kurasa tidak mencerminkan orang2 Katholik yang… Read more »

luduvino
luduvino
12 years ago

Saya sangat setuju dengan pendapat anda, bahwa sewaktu masih kecil hingga telah berkeluarga saat, keluarga besar saya tidak pernah mengajarkan berdoa dengan cara yang demikian, jelas akan dikenai hukuman yang sangat keras, dipukul atau ditendang oleh bapa atau kakek, kata orang tua saya itu adalah sama saja dengan merendahkan dan menghina rasa hormat dan martabat ajaran gereja dan sikap bagaimana berdoa. Keluarga saya adalah penganut agama Katolik Roma garis keras, salah satu buktinya Uskup Belo adalah kerabat dekat dengan orang tua saya, dan segudang pastor dan suster dalam keluarga saya. Jadi jelas meski di Timor-Leste (dulunya Timor-Timur) sekarang ajaran tersebut… Read more »

Linda Maria
Linda Maria
12 years ago

Shalom, Saya sebagai mantan Protestant dari aliran Anglican Karismatik dan mempunyai pengalaman dalam gerakan pantekosta dan karismatik akhirnya memilih untuk masuk Katolik dan lebih merasa tenang dalam ibadah yang sederhana namun mempunyai kesan mendalam kepada pembangunan rohani saya. Saya tidak menolak adanya orang Katolik yang menjadi lebih ekumenis apabila menyertai gerakan Karismatik cuma saya juga sedih ramai dikalangan kita Katolik yang menjadi terlalu ekumenis sehingga ada yang menyambut komuni di perjamuan kudus golongan pantekosta /protestant sebagai mendukung bahawa kita semuanya satu di dalam Roh. Malahan ada yang dari kalangan protestant/ pantekosta juga yang merasa bahawa mereka pantas menyambut komuni kudus… Read more »

Antonius H
Antonius H
Reply to  Linda Maria
12 years ago

Shalom Ibu Linda Maria, Menarik membaca cerita Ibu. Pengalaman saya agak berbeda. Dua anggota keluarga saya batal tertarik menjadi Katolik justru krn menganggap Gereja Katolik disini sdh berubah lebih menjadi gereja Karismatik. Bertahun2 lalu faktor yg mengganjal mereka adalah ttg doktrin Maria dan Pengakuan dosa, setelah bergumul dan mempelajari, dua masalah tsb selesai, kini ganjalan terberat adalah soal gerakan karismatik dlm gereja Katolik ini. Penjelasan2 demi penjelasan sdh saya lakukan, namun teori vs fakta yg berbeda yg terjadi di lapangan menyulitkan saya meyakinkan mrka. Sebaliknya anggota keluarga saya yg lain saat ini sdh banyak yg beralih menjadi penganut gereja non… Read more »

stefanus
Reply to  Linda Maria
12 years ago

saya mungkin mengalami apa yang Linda Maria alami,, cuma bedanya iman saya berkembang justr dari PDKK yang saya ikuti. di keluarga saya hanya saya dan kakak perempuan yang khatolik sedangkan yang lain masih Kong Hu Cu. saya tidak mempermasalahkan hal itu, namun sungguh sangat sulit buat saya dan kakak saya untuk memahami iman khatolik itu sendiri. saya sudah ikut merayakan ekaristi di gereja sejak kelas 6, walau kami belum menerima komuni. ketika saya kelas 3 SMP satu bulan sebelum saya ikut katekumen saya sudah ikut kharismatik. dan anda tahu apa ujian Tuhan buat kami?? kami tidak bisa selalu mengikuti kegiatan… Read more »

Timotius
Timotius
12 years ago

Shallom, Damai Kristus menyertai kita semua. Saya mempunyai kesan yg baik saat melihat penjelasan yg detail mengenai topik gerakan kharismatik, dan juga topik lain sperti rebah dalam Roh, dsb. Saya memang bukan berjemaat di Gereja Katolik. Saya dari salah satu Gereja yang bernafaskan kharismatik / pentakosta. Saya sangat menghargai penjelasan disini, sungguh baik. Memang prihatin melihat ada kelompok yg menyatakan bahwa gerakan kharismatik adalah sesat, dan karunia Roh Kudus yg supranatural tidak lagi terjadi, bahkan ada yang bilang bhw kuasa yang digunakan gerakan kharismatik berasal dari iblis.. Penilaian yg sungguh tidak berdasar. Karena mereka bisa saja menghujat Roh Kudus dg… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Timotius
12 years ago

Shalom Timotius, Terima kasih atas tanggapan anda. Memang ada sisi positif dan sisi negatif dari gerakan karismatik ini. Kami telah mendiskusikannya secara panjang lebar di sini – silakan klik. Harus diterima sebagai suatu kenyataan bahwa ada juga sisi-sisi negatif dalam gerakan ini. Untuk itulah biasanya senantiasa ada pastor pembimbing dalam gerakan karismatik, sehingga efek-efek negatif dapat dihilangkan. Kalau anda dari Kristen non-Katolik, saya menyarankan agar anda dapat membaca artikel tentang Gereja Katolik di sini – silakan klik. Yang dapat kita renungkan adalah apakah Yesus mendirikan satu Gereja atau banyak gereja? Kalau Yesus mendirikan satu Gereja, maka mengikuti perintah Kristus, kita… Read more »

aloysius
aloysius
12 years ago

Inggrid Yth, Sambungan dari diskusi 1. Disini saya masih membicarakan poin 1. Inggrid menulis: “St. Thomas mengatakan bahwa pada awalnya memang diberikan karunia bahasa roh kepada para rasul, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka untuk mewartakan Kabar Gembira kepada segala bangsa. Selanjutnya ia mengatakan bahwa karunia bernubuat adalah lebih tinggi daripada karunia bahasa roh (lih. 1Kor 14:5). Sekitar seratus tahun kemudian St. Dominic (1221) kelahiran Spanyol dilaporkan dapat berbicara dalam bahasa Jerman setelah berdoa dengan khusuk. St. Vincentius Ferrer (1350) dicatat telah berbicara dalam bahasa roh. Di Genoa, para pendengarnya yang terdiri dari bangsa yang berbeda- beda, dapat mendengarnya bicara… Read more »

Honey
Honey
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Salam damai Kristus Kutipan dari jawaban Bu Inggrid mengatakan: “Namun juga, menurut pengamatan saya, hal pemisahan diri ini dapat pula diakibatkan dari kurangnya bimbingan yang memadai dari pihak Gereja Katolik, sehingga beberapa umat Katolik yang dalam keadaan ‘haus secara rohani’ ini mencari pemuasannya dalam komunitas- komunitas non- Katolik. Inilah yang akhirnya dapat mengakibatkan mereka meninggalkan Gereja Katolik tanpa sempat mempelajari terlebih dahulu kekayaan rohani Gereja Katolik.: Sebagai umat Katolik membaca petikan di atas sy merasa sedih,seharusnya gereja Katolik tdk usah ‘takut di tinggalkan oleh ‘oknum’ umatnya yg hanya mengejar nafsu duniawi( menggebu-gebu,merasa lega, merasa plong,merasa diurapi’) padahal perasan itu hanya… Read more »

honey
honey
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Salam damai Kristus bu Igrid terima kasih atas tanggapannya Saya tdk anti Gerakan Karismatik (GK), tetapi seluruh teman/kerabat saya yg ikut GK berpendapat, mereka lebih bersemangat & lebih mementingkan GK daripada Ekaristi Kudus (yg kata mrk biasa saja/membosankan). Lebih parah lagi ada 2 pasang kerabat saya (Katolik & sering ikut GK) hari Rabu mrk pergi GK tetapi hari Minggu mrk pergi ke Gereja Non Katolik (mrk tdk lagi memikirkan keKatolikannya) sampai di sini bu Igrid jgn berkata sangat disayangkan atas kesalahan penafsiran mrk (mungkin masih banyak lagi pasangan2 lain yg tdk kita ketahui keberadaannya). seandainya Vatikan melarang GK (ada yg… Read more »

Honey
Honey
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Salam kasih Kristus Selamat Paskah bu Ingrid & staff Katolisitas.org Terima kasih atas tanggapan sebelumnya, Pertama saya ingin meluruskan satu hal,berdasarkan tulisan saya sebelumnya bahwa saya tdk pernah mencap sesat Gerakan Karismatik(GK)(saya pernah mengikuti GK),saya pun tdk menolak Bahasa roh yg tertulis di Kitab Suci(KS)karena memang sungguh karunia bahasa roh itu ada. 2. Kis 2: ketika Roh Kudus mengurapi keduabelas rasul, maka orang- orang dari kelimabelas bangsa yang berkumpul di Yerusalem mendengar para rasul itu berkhotbah dalam bahasa mereka sendiri. Yang menjadi permasalahan adalah karena bahasa roh yang sekarang terjadi khususnya pada pertemuan GK, tidak sama dengan bahasa roh yg… Read more »

Honey
Honey
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Salam damai Kristus Ibu Ingrid Sebelumnya saya ingin bertanya kepada ibu Ingrid/Katolisitas sebagai lembaga,sebenarnya apa tujuan dari web Katolisitas/forum ini dibentuk? { perkiraan saya(mudah2an)untuk kemajuan iman umat Katolik agar selalu setia kepada ajaran Tuhan Yesus Kristus dan Rasul-Rasulnya,serta agar umat tidak mudah terbawa arus zaman sekarang ini dimana banyak org yg demi kepentingan diri/golongannya seenaknya memilih & mengartikan ayat-ayat Kitab Suci (KS)sesuai dgn seleranya} Sekali lagi saya katakan bahwa saya tidak anti Gerakan Kharismatik (GK),yg saya kritisi disini adalah apa yg terjadi didalam GK yaitu umat berbahasa roh TIDAK sesuai dengan apa yg diajarkan Rasul Paulus seperti yg tertulis pada… Read more »

aloysius
aloysius
12 years ago

Inggrid Yth, Terima kasih atas tanggapan Anda. Saya ingin berdiskusi lebih lanjut dengan Anda. Saya ingin berdiskusi secara tahap demi tahap, maka kita akan mulai dengan poin 1 dulu. Inggrid menulis: “Walaupun gerakan ini nampak marak bertumbuh sekarang ini, namun sebenarnya karunia bahasa roh dan karunia karismatik Roh Kudus ini sudah ada sejak jaman para rasul, dan walaupun tidak banyak disorot, karunia inipun sudah ada dalam sejarah Gereja Katolik.” Saya setuju bahwa karunia bahasa roh sudah ada sejak jaman para rasul. Namun bukan itu yang saya maksud. Yang saya maksud ialah sejarah kemunculan GERAKAN KARISMATIK. Bisakah Inggrid membuktikan bahwa GERAKAN… Read more »

Lukas Cung
Lukas Cung
12 years ago

Shalom Ibu Ingrid, Saya ingin menuliskan dua peristiwa yang saya alami. Peristiwa Pertama: Saya Pertama Kali Kenal Karismatik Katolik Pertama kali saya kenal karismatik Katolik tahun 1997. Waktu itu saya ikut rekoleksi yang rupanya dibawakan oleh orang-orang karismatik, yang salah satu sesinya adalah bahasa roh. Saya saksikan bagaimana peserta-peserta yang baru pertama kali ikutan, langsung bisa berbahasa roh, hanya saya yang tidak bisa. Dan, dari peristiwa bahasa roh massal ini, saya menganut dua paham berikut sampai saat ini, yaitu: 1. Kemampuan berbahasa roh adalah eksklusif, artinya hanya bagi orang-orang tertentu yang hidupnya kudus. Kalaupun terjadi, ada orang yang baru pertama… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Lukas Cung
12 years ago

Shalom Lukas Cung, Terima kasih atas sharingnya. Memang karunia bahasa Roh sering menjadi perdebatan. Namun, kita harus melihatnya secara seimbang. Di satu sisi, memang ada karunia bahasa roh, dan ini harus kita terima. Di sisi yang lain, bahasa roh bukanlah segalanya. Seseorang dapat hidup kudus tanpa karunia bahasa roh, namun dia bertumbuh dalam kekudusan karena tujuh karunia Roh Kudus seperti yang disebutkan di dalam Yesaya 11:2 – lihat artikel ini, silakan klik, disamping juga Tuhan memberikan tiga kebajikan Ilahi serta rahmat-rahmat yang membantu. 1. Karunia bahasa roh (dalam pengertian praying in tongue) di dalam kelompok karismatik bukanlah diberikan hanya kepada… Read more »

Lukas Cung
Lukas Cung
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Terima kasih, Pak Stef…masukan yang sangat mengena di hati.

wawan
wawan
12 years ago

Shalom Bu Ingrid yang baik, Terimakasih atas penjelasan panjang Anda yang sangat mencerahkan. Ada satu hal yang saya mau tanyakan, berhubungan dengan pernyataan Anda bahwa karismatik sudah masuk dalam magisterium Gereja Katolik. Pertanyaan saya: dimana kita bisa melihat bahwa sesuatu (i.e. karismatik) termasuk dalam magisterium? Adakah semacam dokumen resmi dari vatikan yang menyatakan bahwa yang termasuk dalam magisterium, adalah this, this and this one? Apakah kalau sesuatu sudah termasuk dalam Ecclessial movement, dapat berarti juga bahwa hal ini sudah otomatis masuk dalam magisterium? Lalu di sebelah mana pengajaran Gereja-nya, berikut dengan aturan-aturan Gereja-nya? (layaknya dalam suatu pengajaran, tentunya ada pakem… Read more »

wawan
wawan
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Shalom Bu Ingrid yang baik, Terimakasih sekali lagi atas penjelasannya. Ada lagi yang mau saya tanyakan seandainya masih berkenan, 1. Masih sehubungan dengan Magisterium atau wewenang mengajar dari Paus ini, dalam bentuk apakah pengajaran Paus mengenai karismatik ini? 2. Apakah ICCRS menerbitkan semacam ‘general instruction’ tentang karismatik dan tatacaranya, sehingga gerakan ini ‘tidak keluar jalur’ dari apa yang dinyatakan valid oleh vatikan? Kalau ada dimana kita bisa membacanya? 3. Sehubungan dengan pertanyaan no.2, apakah musik yang hingar-bingar ini menjadi suatu persyaratan? Jika tidak, apakah tidak memungkinkan dilakukan dengan diiringi lagu-lagu liturgis (yang merupakan ‘kekhasan’ dari Gereja Katolik), dan dipimpin oleh… Read more »

wawan
wawan
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Bu Ingrid yang baik, Terimakasih atas penjelasan-penjelasannya. Sejujurnya saya bukan orang yang menyukai cara-cara berdoa di kalangan karismatik seperti yang sekarang ada ini, meskipun saya juga bukan anti terhadap orang-orang dari golongan ini. Saya hanya bisa berharap bahwa orang-orang dari golongan karismatik ini dapat mempunyai pemikiran seperti Bu Ingrid dan Pak Stef yang tetap menjunjung tinggi ajaran dan keseluruhan dasar iman Gereja Katolik: Tradisi Suci, Magisterium dan Alkitab, karena dari hampir (kalau tidak dapat dibilang semua) dari mereka yang pernah saya temui, cenderung untuk mengaburkan ajaran Katolik (atau mereka sendiri bingung), saya tidak tau sengaja atau tidak (ke arah Protestanism… Read more »

Jubandri F Simarmata
Jubandri F Simarmata
12 years ago

saya mengimani semua ajaran dan hukum yang ada dalam gereja katolik yang telah di sahkan oleh wewenang mengajar yaitu magesterium gereja melalui kitab suci juga tradisi suci. begitu juga dengan gerakan karismatik karna saya juga kadang-kadang mengikutinya,,hanya yang saya sayangkan banyak saya melihat bahwa orang-orang yang saya kenal aktif di PD Karismatik (dan juga orang yang bekerja di ladang Tuhan selain PDK) terkesan sombong rohani, terkesan lebih kudus, lebih suci bukan karna mereka kurang simpatik pada saya,,tapi memang dalam perjalanan hidup dimana saya banyak bergaul dengan teman-teman yang aktif di PDK justru perbuatan mereka kurang menunjukkan KASIH,,selalu menganggap orang lain… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Jubandri F Simarmata
12 years ago

Shalom Jubandri,

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian anggota gerakan karismatik yang berkesan sombong. Namun, kesombongan ini juga dapat kita jumpai di kelompok-kelompok yang lain. Itulah sebabnya peran pembina kelompok karismatik sangat diperlukan. Pengajaran tentang kekudusan, ekklesiologi, sakramen, iman Katolik harus juga diajarkan di dalam kelompok-kelompok karismatik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Antonius H
Antonius H
12 years ago

Mohin ijin ikutan beropini : seperti yg ditulis berkali kali gerakan karismatik ini juga menghasilkan buah buah yang positif. Tinggal pertanyaan kritis berikutnya buah2 yang dikatagorikan baik tsb parameternya apa? Ukurannya bisa sangat subyektif. Ukuran yg kasatmata/nyata misalnya : jadi lebih rajin ke gereja (dan ikut misa tentunya), menghentikan kebiasaan hidup yg tidak sehat dan maksiat, jadi lebih sering berdoa, dll. Parameter sisi lain yg juga bisa dipertanyakan adalah : pencerahan dan pertobatan yg diperoleh lewat pintu masuk ibadah karismatik tsb apakah kemudian menghasilkan pemahaman iman Katolik yang benar? Atau justru krn ia “lahir atau “masuk” melalui gerakan karismatik disposisi… Read more »

Rolister
Rolister
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Pax et Bonum Mohon ikut memberi pendapat tentang opini di atas. Menurut pemahaman saya Gereja Katolik sudah mempunyai ajaran yang lengkap dan sangat baik dan saya kira sempurna dalam hal ini saya yakin dan percaya tidak ada SISI NEGATIF dan POSITIF semuanya POSITIF, mengapa kita masih mencari-cari cara2 (menurut versi kita) lain untuk lebih mencintai Kristus yang masih ada SISI NEGATIF dan SISI POSITIF. Apakah tidak lebih baik membaca, memahami, dan melaksanakan Ajaran Gereja yg sudah ada. Terimakasih SALAM [Dari Katolisitas: Mohon dipahami, bahwa yang dibicarakan di sini tentang sisi positif dan sisi negatif, adalah bukan tentang ajaran Gereja Katolik… Read more »

Anastasia Rafaela
Anastasia Rafaela
12 years ago

Salam kasih semuannya, Sekedar mengingatkan kembali akan pembinaan dan pendidikan iman katolik yang berdasarkan atas kesadaran akan respect, love and trust, sehingga kita keduabelah pihak (Pro and Contra Gerakan Karismatik Katolik) akan sama-sama merasa aman, dicintai dan diterima dengan terbuka sebagaimana adanya. Bahwasanya kepekaan hati setiap manusia dalam menanggapi sapaan dan panggilaNya berbeda-beda. Ada yang cukup dengan disapa dengan lembut saja atau sebaliknya harus dinyatakan dengan jelas sekali. Selain itu juga ada yang harus diingatkan cukup sekali dua kali saja, namun ada yang harus diingatkan berkali-kali. Itu semua karena keterbatasan manusia dengan segala kelemahan atau kesombongannya. Untuk itu, berbahagialah dan… Read more »

christine
christine
12 years ago

Pembaca Katolisitas yg terhormat,
sejak mengikuti retret yg diadakan kelompok karismatik tahun lalu yg dipimpin oleh romo Yohanes Indrakusuma,saya benar2 tersentuh,saya bertobat dan saya merasa selalu berkobar-kobar u lebih tahu tentang ajaran Katolik.saya sangat bersyukur dg adanya komunitas ini.
Bagi saya ini adalah pengalaman yg luar biasa dan membuat hidup saya lebih peka.Roh Kudus benar2 menyentuh saya.
trimakasih karismatik.
salam damai

Samuel R.S
Samuel R.S
12 years ago

Shalom … Sedikit mengomentari pernyataan Aloysius : 1. Kemungkinan besar, Sdr. Aloysius menulis panjang lebar begitu karena pengalaman pribadinya saat mengikuti salah satu Persekutuan Doa Karismatik (kalau tidak pernah ikut tentu tidak bisa menulis ‘anti” dengan panjang lebar) dan yang selalu di ingat adalah sisi negatifnya 2. Sdr. Aloysius saat mengikuti PD Karismatik melihat, mendengar dan merasakan suatu keanehan yang terjadi dalam PD tersebut, bisa jadi hatinya menolak dg keras cara2 karismatik tersebut, dan mungkin juga karena melihat bahwa orang-orang yg dia kenal aktif di PD Karismatik terkesan “sombong rohani, terkesan lebih kudus, lebih suci” atau juga karena melihat “oknum”… Read more »

Mikhael Sudono P
Mikhael Sudono P
12 years ago

Katolisitas dan pembaca yang terhormat. Saya sangat setuju dengan apa yang di katakan oleh admin Katolisitas mengenai gerakan karismatik Katolik. Saya juga sangat terbantu dengan adanya gerakan karismatik, karena karismatik membuat saya lebih menghayati Sakramen-sakramen serta tradisi suci dalam gereja terlebih lagi dalam kepatuhan terhadap magisterium Gereja. Karismatik membuat saya lebih haus lagi akan pengetahuan akan teologi-teologi katolik. Oleh sebab itu, saya sungguh prihatin ada beberapa orang dari kalangan gereja sendiri ( Katolik ) malah mencaci Karismatik, padahal mereka sendiri belum mengenal / mengetahui persekutuan doa Karismatik itu sendiri. sebab itu, mari kawan ku kita lebih dewasa dalam hal iman… Read more »

aloysius
aloysius
12 years ago

Stef Yth,

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Stef dan pembaca yang mengikuti gerakan karismatik, saya pribadi tidak menyukai gerakan karismatik dan memiliki kesan negatif terhadapnya karena di dalam gerakan itu terdapat peyimpangan dan kesesatan, sbb:….

[Dari Katolisitas: kami edit. Pertanyaan selengkapnya dan tanggapan kami sudah disampaikan di atas, silakan klik]

1 2 3
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
110
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x