Apakah Deuterokanonika tidak termasuk dalam Alkitab?

Umat Kristen non-Katolik sering mengatakan bahwa kitab-kitab deuterokanonika disebut kitab-kitab Apokrif dan seharusnya tidak menjadi bagian dari Kitab Suci. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat kita pegang:

1. Sebaiknya tidak menggunakan istilah “Apokrif”

Sebenarnya menurut St. Agustinus perkataan “Apokrif” atau apocrypha artinya adalah ‘tidak jelas asal usulnya’ yang berkonotasi dengan buku yang tidak diketahui pengarangnya atau buku yang keasliannya dipertanyakan. Namun secara umum, perkataan “apokrif” tadi diartikan sebagai sesuatu yang ‘tersembunyi, salah, buruk atau sesat’, sehingga sebaiknya kita tidak menggunakan kata “apokrif” karena artinya sama sekali bukan penghalusan kata “deuterokanonika”, tetapi malahan sebaliknya, sebab menganggap bahwa kitab- kitab ini tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus.
Maka sebaiknya kita menggunakan saja kata “Deuterokanonika” yang terjemahan bebasnya adalah, “kanon yang kedua/ secondary”. Istilah ini dikenal pada abad ke-16, yaitu setelah Martin Luther dan para pengikutnya mulai membedakan antara ketujuh kitab dalam PL dengan kitab- kitab PL lainnya (yang mereka sebut sebagai proto-canon). Padahal, sudah sejak awal kitab- kitab Deuterokanonika termasuk dalam Septuaginta, yaitu Kitab Suci Perjanjian Lama yang ditulis di dalam bahasa Yunani, yang adalah Kitab Suci yang dipegang oleh Kristus dan para rasul.

2. Tidak seharusnya kita mengikuti hasil Konsili Javneh/ Jamnia

Setelah kehancuran Yerusalem di tahun 70, yaitu tepatnya tahun 90- an  para ahli kitab Yahudi mengadakan konsili Jamnia (Javneh) untuk meninjau kanon Kitab Suci mereka, sambil juga menolak keberadaan Injil yang tidak mereka pandang sebagai tulisan yang diinspirasikan oleh Allah, karena mereka menolak Kristus. Konsili ini akhirnya memutuskan untuk juga tidak memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika di dalam Kitab agama Yahudi. Kemungkinan adalah karena adanya nubuat yang begitu jelas tentang Mesias yang tercantum dalam kitab-kitab Deuterokanonika itu– dan nubuat itu digenapi oleh Kristus– yaitu nubuat dalam Kitab Kebijaksanaan (lih. Keb 2:12-20). Namun ironisnya, ada sejumlah umat Kristen yang mengacu kepada keputusan Konsili Jamnia ini, yang telah jelas tidak mengakui Injil dan Kristus.

Selain itu, ada pula argumen yang menyatakan bahwa tidak diketemukan naskah asli kitab-kitab Deuterokanonika dalam bahasa Ibrani, maka dianggap kitab-kitab tersebut tidak otentik. Padahal, mayoritas ahli Kitab Suci beranggapan bahwa sebagian kitab-kitab Deuterokanonika (Barukh, Sirakh, Tobit, Yudit, 1 Makabe) ditulis dalam bahasa Ibrani. Juga nyatanya, penemuan naskah-naskah kuno di gua-gua Qumran, juga meneguhkan pandangan mereka. Penemuan naskah-naskah ini yang dikenal dengan Dead Sea Scroll (sekitar tahun 1950-an) menunjukkan adanya naskah-naskah asli (yang diperkirakan berasal dari tahun 300 SM- 135 M) sebagian kitab Deuterokanonika–yaitu Sirakh, Daniel, Tobit, Barukh–dalam bahasa Ibrani. Dengan demikian, gugurlah argumen bahwa kitab-kitab Deuterokanonika tidak ditulis dengan bahasa Ibrani.

Namun sebetulnya, yang perlu dilihat sebagai patokan adalah, para Bapa Gereja pada jemaat Kristen awal tidak  meragukan keaslian/ otentisitas kitab-kitab ini. Silakan membaca di link ini, silakan klik, untuk mengetahui bahwa para Bapa Gereja tidak pernah meragukan keotentikan kitab- kitab Deuterokanonika, dan bahkan mengutip ayat- ayat dalam Kitab tersebut dalam pengajaran mereka. [Tulisan para Bapa Gereja yang mengutip kitab- kitab Deuterokanonika dalam ajaran mereka adalah:  Didache, Klemens, Polikarpus, Irenaeus, Hippolytus, Cyprian, Agustinus dan Hieronimus].

Walaupun sekarang umat Yahudi umumnya menerima hasil konsili Jamnia (Javneh), harus diakui bahwa tidak semua komunitas Yahudi menerima otoritas konsili Jamnia ini. Umat Yahudi di Ethiopia, misalnya, memilih kanon yang sama dengan kanon PL yang ditetapkan oleh Gereja Katolik, yang memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika (cf. Encyclopedia Judaica, vol. 6, p. 1147). Demikian pula sebenarnya, Gereja tidak perlu menerima otoritas konsili Jamnia, sebab: 1) Konsili agama Yahudi yang dilakukan setelah Kristus bangkit,  tidak mengikat umat Kristiani, sebab kuasa mengajar telah diberikan kepada para rasul dan para penerusnya, dan bukan kepada pemimpin agama Yahudi; 2) Konsili Jamnia menolak semua dokumen yang malah menjadi dasar sumber iman Kristiani, yaitu Injil dan kitab- kitab Perjanjian Baru. 3) Dengan menolak kitab- kitab Deuterokanonika ini, konsili Jamnia menolak kitab- kitab yang dipegang oleh Yesus dan para rasul, yang telah termasuk di dalam Kitab Suci mereka yaitu Septuaginta. Adalah fakta bahwa 2/3  kutipan  dalam kitab Perjanjian Baru sendiri diambil dari Septuaginta dan bukan dari kitab berbahasa Ibrani.

3.Kitab-kitab yang termasuk Deuterokanonika

Kitab-kitab yang termasuk Deuterokanonika ini adalah:

  1. Tobit
  2. Yudit
  3. Tambahan kitab Ester
  4. Kebijaksanaan
  5. Sirakh
  6. Barukh, termasuk tambahan surat Yeremia
  7. Tambahan kitab Daniel
  8. 1 Makabe
  9. 2 Makabe

Kitab-kitab tersebut sudah termasuk di dalam kanon Kitab Suci sesuai dengan yang ditetapkan oleh Paus Damasus I dalam sinode di Roma tahun 382 dan kemudian ditetapkan kembali pada Konsili Hippo (393) dan di Konsili Carthage (397). Jika kita membaca isi kitab Deuterokanonika tersebut tidak ada yang bertentangan dengan isi Alkitab yang lain, sehingga sesungguhnya tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa kita-kitab tersebut ‘buruk’. Kitab tersebut malah memperjelas apa yang disampaikan dalam kitab Perjanjian Lama yang lain. Contohnya saja, di tambahan kitab Esther, ada uraian tentang mimpi Mordekai, surat penetapan Haman, doa Mordekai dan doa Esther, yang jika dibaca dalam kesatuan dengan Kitab Esther dalam kanon terdahulu dapat menjelaskan isi Kitab Esther secara lebih lengkap dan membuat ceritanya ‘make sense’. (Misalnya, di kitab terdahulu hanya disebut ada surat Haman, tetapi isi persisnya tidak dijabarkan, sedangkan di kitab tambahan Esther isi surat itu dijabarkan). Di sini jelaslah bahwa Tambahan Ester itu sebenarnya bukan tambahan, tetapi menjadi satu kesatuan dengan Kitab Ester.

4. Mengapa Luther dan Calvin menolak Kitab- kitab Deuterokanonika

Kemungkinan Luther mencoret kitab Deuterokanonika terutama karena tidak setuju dengan isi Kitab 2 Makabe yang mengajarkan untuk berdoa bagi keselamatan jiwa orang-orang yang telah meninggal, sebab Luther berpendapat bahwa keselamatan diperoleh hanya karena iman (Sola Fide). Martin Luther juga menganggap beberapa kitab dalam Perjanjian Baru sebagai “kitab deuterokanonika”, seperti halnya surat rasul Yakobus – yang disebutnya sebagai “Epistle of straw/ surat jerami”,  kitab Wahyu, dan surat Ibrani, karena kitab itu secara implisit mengutip kitab 2 Makabe 7, yaitu Ibr 11:35. Selanjutnya ada yang mengatakan bahwa gereja Protestan mencoret Kitab Deuterokanonika karena ingin mengikuti hasil konsili Jamnia, agar lebih sesuai dengan kitab asli dalam bahasa Ibrani yang diterima oleh umat Yahudi. Namun seperti telah dijabarkan di atas, sesungguhnya umat Kristen tidak perlu mengikuti hasil Konsili Jamnia. Karena konsili itu menolak Kristus, menolak Injil dan Perjanjian Baru, bagaimana mungkin kita bisa mempercayai bahwa mereka mempunyai otoritas dari Roh Kudus untuk menentukan kanon Kitab Suci?

Walaupun Luther menolak kitab- kitab Deuterokanonika, namun setelah bertentangan sendiri dengan para tokoh Protestan lainnya, akhirnya Luther tetap memasukkan kitab- kitab tersebut dalam Kitab Perjanjian Baru. Luther dan para pengikutnya kemudian menyebut kitab- kitab Deuterokanonika sebagai kitab- kitab Apokrif (tidak diilhami Roh Kudus). Namun demikian, Luther tetap memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika tersebut di dalam terjemahan Kitab Suci yang disusunnya, sebagai tambahan/ appendix antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Hal ini berlangsung terus sampai tahun 1827, saat  The British and Foreign Bible Society mencoret atau membuang kitab- kitab Deuterokanonika dari kitab suci mereka.

Maka Kitab Suci versi Protestan yang ada sekarang, bukan saja tidak lengkap, jika dibandingkan dengan Kitab Suci dari Gereja Katolik, tetapi juga tidak lengkap jika dibandingkan dengan Kitab Suci yang umum mereka pakai selama sekitar 300 tahun (dari abad ke 16 sampai ke 19). Dan bahwa kitab suci Protestan sekarang ini usianya baru sekitar 150 tahun, dan ditetapkan oleh manusia, dan bukan oleh Tradisi turun temurun dari para rasul dan para Bapa Gereja. Tak dapat dipungkiri bahwa Luther menentukan sendiri kitab- kitab yang dianggapnya ‘lebih penting’ dari kitab- kitab yang lain berdasarkan pemahaman pribadinya; dan inilah yang kemudian mempengaruhi pandangan para pengikutnya. Sedangkan Gereja Katolik dalam menentukan kanon, tidak berdasarkan pemahaman pribadi melainkan dari bukti tertulis dari pengajaran para rasul dan Bapa Gereja, yang telah memasukkan kitab- kitab tersebut dalam tulisan mereka.

Jadi yang benar adalah Gereja Katolik tidak pernah menambah-nambah Kitab Suci, sebab memang dari sejak awal ditetapkan sudah demikian. Yang terjadi adalah pengurangan oleh pihak pendiri gereja Protestan, yang akhirnya diturunkan kepada generasi-generasi berikut dalam bermacam denominasi.

4.2 13 votes
Article Rating
29 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Johny
Johny
10 years ago

Salam hormat Pak Stef / Bu Ingrid, Ini saya ada beberapa pertanyaan yang mungkin bisa dibantu. KEAKURATAN PERJANJIAN BARU Saya pernah mendengar bahwa dalam menyalin kitab suci selama ribuan tahun itu terjadi kesalahan-kesalahan, namun hal ini sangat minoritas. Saya pernah mendengar bahwa ada 13000 salinan Perjanjian Baru, yaitu 5000 bahasa Yunani & sisanya bahasa-bahasa yang lain. Persamaan keakuratan 13000 salinan ini adalah 99,5 %. Yang menjadi pertanyaan : 1) Berarti kalau dengan berbagai macam bahasa saja sudah 99,5 % kecocokan, maka kecocokan antar salinan Yunani kata per kata sendiri SEHARUSNYA lebih tinggi prosentasenya, yaitu >99,5%. Benarkah? Karena mereka adalah salinan… Read more »

Riana Say
Riana Say
10 years ago

Mengapa Kitab Deuterokanonika tidak ada dalam kitab Ibrani?

Ingrid Listiati
Reply to  Riana Say
10 years ago

Shalom Riana, Tidak benar jika dikatakan bahwa kitab-kitab Deuterokanonika semuanya ditulis dalam bahasa Yunani. Sebab ada beberapa kitab yang ditulis dalam bahasa Aram dan Ibrani. Silakan membaca penjabaran di artikel Menjawab keberatan tentang Septuaginta dan Deuterokanonika, silakan klik. Sebagian dari teks kitab-kitab Deuterokanonika itu ditemukan sebagai bagian dari Dead Sea Scrolls, yang membuktikan bahwa teks-teks tersebut yang ditulis dalam bahasa asalnya, yaitu bahasa Ibrani, dan telah hidup dan berakar dalam tradisi masyarakat Yahudi- yaitu suku Essenes, di abad-abad menjelang kelahiran Kristus. Jadi bukan kitab-kitab yang baru ditambahkan kemudian. Silakan klik di sini untuk membaca tanya jawab tentang hal ini. Salam… Read more »

Caesarandra
Caesarandra
10 years ago

Apakah umat Yahudi yg memakai deuterokanonika di ethiopoa adalah pengikut Kristus atau Judaism ? Bisa tolong referensinya ?

Rgds,
CaesarAndra

Ingrid Listiati
Reply to  Caesarandra
10 years ago

Shalom Caesarandra,

Sumbernya adalah dari Encyclopedia Judaica, sebagaimana dikutip oleh link ini, silakan klik:

The group of Jews which met at Javneh became the dominant group for later Jewish history, and today most Jews accept the canon of Javneh. However, some Jews, such as those from Ethiopia, follow a different canon which is identical to the Catholic Old Testament and includes the seven deuterocanonical books (cf. Encyclopedia Judaica, vol. 6, p. 1147).

Sejumlah umat Yahudi yang dari Gereja Orthodoks, juga menerima Kitab-kitab Deuterokanonika, hal ini dapat dibaca di link Wikipedia, klik di sini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Yohanes
Yohanes
10 years ago

Salam Damai Sejahtera, Dear Katolisitas yg baik, semoga perjuangan karya kalian semakin menyebar membantu org2 katolik agar semakin mendalami kebenaran dan keindahan kekatolikannya.Amin. Saya mau menyambung pertanyaan Snyder diatas “Saya cuma mengakui otoritas Yahudi dalam menentukan PL. sedangkan Septuaginta terbagi menjadi 3 bagian. # Tanakh yang diakui semuanya # Deuterokanonika yang diakui sebagian kelompok # Ezra3,Ezra4,Doa Manasye yang diakui sebagai apokrifa (tidak diakui keasliannya, alias tidak masuk kanon) oleh konsili trente Dengan demikian jelas bahwa GK saja tidak 100% mengakui integritas pembuat Septuaginta…. ” Boleh diberitahukan kenapa GK menolak Ezra2, Ezra4, Makabe 3, dan kitab2 lain seperti : Kitab petrus,… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Yohanes
10 years ago

Shalom Yohanes, Menurut New Advent Catholic Encyclopedia, terdapat tiga buah manuskrip kitab Septuaginta yang terpenting, yaitu Codex Vaticanus, Codex Alexandrinus dan Codex Sinaiticus. Jumlah kitab yang terdapat dalam Codex tersebut tidak sama persis, sehingga ini menunjukkan adanya beberapa versi Septuaginta. Codex Vaticanus adalah manuskrip yang dipandang sebagai manuskrip Kitab Suci yang terpenting. Dalam Codex Vaticanus ini tercantum hampir semua kitab-kitab Perjanjian Lama yang kita kenal sekarang, yaitu dari Kitab Kejadian sampai dengan 2 Tawarikh, 1 dan 2 Esdras, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Ayub, Kebijaksanaan, Sirakh, Ester, Yudit, Tobit, Kitab-kitab Minor Prophets, yaitu dari Hosea sampai dengan Maleakhi, Yesaya, Yeremia,… Read more »

matthew
matthew
10 years ago

shalom tim katolisitas
bagaimana pendapat kalian tentang ini?
www​.oocities.org/…/artikel/apokrip.pdf
disitu mereka menjelaskan kesalahan2 dr kitab “apokrif”
mohon pencerahannya
GBU

Ingrid Listiati
Reply to  matthew
10 years ago

Shalom Matthew, Kami tidak berhasil membuka link yang Anda sertakan itu (dikatakan link-nya error). Jika tidak berkeberatan, silakan Anda menuliskan saja ringkasan point-point yang dipermasalahkan di sana. Mohon membantu kami dengan cara ini. Bukan bagian kami untuk mereview suatu situs atau tulisan di situs tertentu. Silakan Anda merumuskan pertanyaan Anda dengan ringkas, dan kami akan berusaha menanggapinya. Jika tidak demikian, mohon maaf kami tidak dapat menanggapinya. Kami sudah pernah membahas beberapa topik tentang Kitab Deuterokanonika, berikut ini. Silakan klik di artikel- artikel berikut ini dan silakan membacanya terlebih dahulu, sebelum melanjutkan dengan pertanyaan Anda: Penjelasan tentang Kitab Yudit secara historisHistorisitas… Read more »

wawan
wawan
11 years ago

Mau nanya … apakah naskah asli kitab perjanjian lama & baru masih ada ? Dan disimpan dimana?

[dari katolisitas: Kalau maksudnya adalah naskah asli yang ditulis oleh para penulis PL dan PB, maka tidak ada. Walaupun tidak ada naskah aslinya, namun kita dapat melihat manuskrip-manuskrip, seperti codex vaticanus maupun codex siniaticus.]

Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto
12 years ago

Shallom,

Terima kasih atas artikelnya.
Tuhan memberkati.

alfan
alfan
Reply to  Lestyo Haryanto
11 years ago

Terima kasih tim katolitas, atas penjelasan yang sangat terinci

herman-wib
herman-wib
12 years ago

Salam damai bagi para pengasuh katolisitas.org dan sidang pembaca. Melalui forum ini saya hanya ingin mengungkapkan kerinduan saya agar suatu saat nanti KWI mampu menerbitkan (lagi) Alkitab yg lengkap dengan bagian “deuterokanonika” yg terintegrasi sesuai urutan aslinya (tidak dipisahkan ditengah antara PL-PB). Beberapa belas tahun yg ada pameran dan penjualan Alkitab cetakan Ende/Arnoldus (jika saya tidak keliru) dengan urutan PL seperti yg dimaksud di atas. Saya sungguh menyesal tidak membelinya karena waktu itu belum mengerti sejarahnya. Sekarang Alkitab ini sangat sulit dicari (bahkan di TB Obor-pun). Barangkali ini hanya perasaan saya saja, namun rasanya ada getaran2 tersendiri jika memakai Alkitab… Read more »

Rm Didik Bagiyowinadi
Rm Didik Bagiyowinadi
Reply to  herman-wib
12 years ago

Shalom Pak Herman Wib, memang urutan kitab PL dalam Alkitab kita tidak seperti dalam The New Jerusalem Bible, misalnya, di mana kitab-kitab Deuterokanonika diintegrasikan dalam Protokanonika. Sementara pada tahun 1968 MAWI (sekarang KWI) menerima terjemahan kitab-kitab Protokanonika dari LAI (Protestan), sedangkan penerjemahan kitab-kitab Deuterokanonika diusahakan oleh LBI, sehingga dalam terbitan “Alkitab dengan Deuterokanika”, bagian Deuterokanonika disisipkan di antara PL dan PB. Saat ini sedang berlangsung proses revisi terjemahan PL (termasuk Deuterokanonika). Apakah kelak dimungkinkan terjemahan Deuterokanonika diintegrasikan bersama kitab-kitab Protokanonika dalam urutan yang biasa dijumpai dalam Alkitab Katolik, menurut saya sebagai kemungkinan tetap ada; namun, semuanya tergantung kebijakan bersama pihak… Read more »

Andreas
13 years ago

Benarkah Martin Luther membuang deuterokanonika karena tidak sepaham dengan pikirannya? Seperti pada kitab Makabe yang memuat purgatorium? Konon, katanya surat Yakobus pun tidak sepaham, mengapa ia tidak membuang kitab Yakobus juga?

Salam

Ingrid Listiati
Reply to  Andreas
13 years ago

Shalom Andreas, 1. Sebenarnya walaupun banyak orang berpendapat bahwa Luther membuang Kitab Deuterokanonika, sebenarnya dalam Kitab Suci terjemahan yang disusunnya, Luther tetap memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika di dalamnya. Namun demikian, Lutherlah yang pertama kali menyatakan pandangan pribadinya tentang beberapa kitab yang menurutnya seharusnya “tidak termasuk” atau “tidak dianggap sama” dengan kitab- kitab lainnya dalam Kitab Suci. Kemungkinan atas dasar penilaian Luther ini, maka kitab- kitab Deuterokanonika itu akhirnya benar- benar dibuang dari Kitab Suci Protestan pada tahun 1825 oleh Komite Edinburgh dari The British Foreign Bible Society. Jadi sebenarnya, kitab- kitab Deuterokanonika memang sudah termasuk dalam semua Alkitab (setidak-tidaknya sebagai… Read more »

thomas vernando
thomas vernando
13 years ago

Kak, saya mau tanya..
apakah isi video ini benar?
http://www.youtube.com/watch?v=PjvXbotd9Lw
(ini pembelaan catholic)

di satu pihak, orang protestan berkata bahwa Deuterokanonika itu tidak di inspirasi karena ada dalam Kitab-Kitab tersebut yang berkata bahwa Allah tidak berbicara kepada mereka di saat itu (saya lupa ayatnya).
Mohon penjelasannya Kak..
terima kasih..

Ingrid Listiati
Reply to  thomas vernando
13 years ago

Shalom Thomas, Sepengetahuan saya, yang disampaikan oleh video itu benar, sebab memang demikianlah fakta yang sesungguhnya, bahwa Gereja Katolik tidak menambahi Kitab Suci dengan kitab- kitab Deuterokanonika. Kitab- kitab tersebut sudah ada sejak awal mula ditentukannya kanon Kitab Suci, pada tahun 382 oleh Paus Damasus I, dan kemudian di Konsili Hippo (393) dan Carthage (397). Gereja- gereja Protestan, mengikuti jejak Martin Luther, memang tidak mengakui kitab- kitab Deuterokanonika. Umumnya, umat Protestan berpandangan bahwa inspirasi Roh Kudus berhenti selama 400 tahun [yaitu sejak jaman nabi Zakaria sampai Perjanjian baru]. Argumen ini dituliskan oleh Norman Geisler dan Ralph E. MacKenzie, Roman Catholics… Read more »

thomas vernando
thomas vernando
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

terima kasih Kak untuk jawabannya..
Tuhan memberkati Kakak dan keluarga..
^^

snyder
snyder
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Dari seberapa banyak itu didiskusikan di dalam talmud. Saya cuma menemukan 1 ayat Sirakh di dalam talmud, sedangkan Sirakh sendiri tidak dipandang sebagai kitab kanon, tetapi sebagai kumpulan catatan pendidikan non historis bangsa Yahudi… Sirakh dibuat pada 200-175 SM menjelang rampungnya Septuaginta. Dengan demikian Sirakh benar-benar kitab baru. Saya cuma mengakui otoritas Yahudi dalam menentukan PL. sedangkan Septuaginta terbagi menjadi 3 bagian. # Tanakh yang diakui semuanya # Deuterokanonika yang diakui sebagian kelompok # Ezra3,Ezra4,Doa Manasye yang diakui sebagai apokrifa (tidak diakui keasliannya, alias tidak masuk kanon) oleh konsili trente Dengan demikian jelas bahwa GK saja tidak 100% mengakui integritas… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  snyder
12 years ago

Shalom Snyder, Prinsipnya, Gereja Katolik tidak mengakui otoritas Konsili Jamnia dalam menentukan kanon Kitab Suci, karena Konsili itu diadakan/ dihadiri oleh para rabi Yahudi yang menolak Kristus sebagai Juruselamat (jadi bukan dihadiri oleh jemaat perdana). Dengan pemikiran semacam ini, tentu saja logis jika kita sebagai umat Kristiani tidak berpegang kepada kanon yang ditetapkan oleh konsili Jamnia (100 AD). Mengapa kita harus mendasarkan kanon pada keputusan orang-orang yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan? Jadi sikap yang hanya mau mengakui otoritas Yahudi dalam menentukan PL sesungguhnya merupakan sikap yang bias dan tidak konsisten; sebab sikap ini malah mengakui penetapan yang dibuat… Read more »

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
14 years ago

dari situs http://www.carm.org/apocrypha-it-scripture

Jerome (340-420) who translated the Latin Vulgate which is used by the RC church, rejected the Apocrypha since he believed that the Jews recognized and established the proper canon of the Old Testament.

benarkah St. Jerome menolak kitab-kitab apokrif?

Ingrid Listiati
Reply to  Alexander Pontoh
14 years ago

Shalom Alexander, 1. Dalam kata pengantarnya terhadap ketiga kitab Salomo (Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung), St. Jerome memang mengajukan pendapatnya, demikian: “Maka Gereja memang membaca kitab Yudit, Tobit dan Kitab Makabe, tetapi tidak menerima mereka di dalam kitab- kitab kanonik, maka mari membaca kedua volume ini (Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo) untuk pengajaran umat tetapi tidak untuk mendirikan otoritas bagi dogma- dogma Gereja.” Walaupun demikian, tidak seperti Luther, St. Jerome dengan rendah hati menyerahkan pandangan pribadinya ini kepada otoritas Gereja dan akhirnya memasukkan kitab- kitab tersebut di dalam Kitab Suci terjemahan Latin yang terkenal itu, the Vulgate. 2. Di tahun- tahun… Read more »

Leonard
Leonard
14 years ago

Shalom katolisitas.org,

Quote: Mungkin kita pernah mendengar bahwa Gereja Katolik dikatakan ‘menambahkan’ 7 kitab dalam Perjanjian Lama, yaitu Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Yudit, Barukh, Tobit, 1 dan 2 Makabe (beserta tambahan Kitab Daniel dan Esther), yang dikenal dengan Kitab Deuterokanonika

Saya mau bertanya, tolong jelaskan satu satu alasan Protestant membuang kitab-kitab tsb? saya harap anda dpt menjelaskan ke-7nya.. knp bisa dibuang semuanya..? disamping tentang api penyucian.. adakah alasan lain?

Ingrid Listiati
Reply to  Leonard
14 years ago

Shalom Leonard,
Silakan anda membaca artikel di atas terlebih dahulu (saya sudah menambahkan keterangan di sana), silakan klik, dan jika masih ada pertanyaan silakan anda bertanya kembali.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
14 years ago

Shalom Katolisitas,

Kenapa catatan kaki di PL dan PB tidak ada yang mengutip kitab-kitab di deuterokanonika. Tetapi di catatan kaki deuterokanonika banyak menjelaskan PL dan PB.

Kalau tidak salah, saya pernah mendapat link ke suatu website yang isinya adalah catatan PB yang mengutip kitab-kitab deuterokanonika. Bisa tolong bantu saya menemukan lagi?

Ingrid Listiati
Reply to  Alexander Pontoh
14 years ago

Shalom Alexander,
Jika anda ingin melihat kutipan ayat-ayat Deuterokanonika dalam Kitab Suci PL dan PB , silakan anda membeli The Jerusalem Bible, terbitan Double Day. Di sana catatan kaki kutipan ayat-ayatnya lebih lengkap.
Yang dicetak di Indonesia, itu acuannya dari LAI yang juga dipakai sebagai kitab suci gereja Protestan, sehingga dapat dimengerti jika tidak menyertakan kutipan ayat-ayat Deuterokanonika di PL dan PB.
Link kutipan ayat- ayat kitab Deuterokanonika di kitab PB ada di sini, silakan klik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://www.katolisitas.org

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Wah… harusnya LAI di update tuh. Lebih Lengkap, Lebih Baik ! (bener ngak y? wkwkwkwkwkwkwk~ ^^)

andryhart
andryhart
15 years ago

Shalom, Orang Kristen non-reformasi kerap menggunakan istilah apokrif untuk injil yang mereka anggap bukan termasuk ke dalam Alkitab. Apakah istilah ini bukan suatu penghalusan untuk deuterokanonika? Seorang rama mengatakan dalam homilinya, jika ada orang-orang Kristen non-Katolik yang mengatakan bahwa Gereja Kristen Katolik sering menambah tulisan dalam injil, maka katakan saja bahwa Gereja Kristen non-Katolik pun memiliki kebiasaan menghilangkan tulisan dalam Injil. Namun, saya sebenarnya ingin mendapatkan kejelasan mengapa Gereja Kristen non-Katolik tidak mematuhi saja semua konsili yang menetapkan tulisan mana saja yang tergolong ke dalam Injil Kanonik seperti halnya mereka menaati hasil keputusan konsili Carthago yang menetapkan tulisan Markus, Matius,… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
29
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x