Ajaran Bapa Gereja dapat salah tapi ajaran Magisterium tidak dapat salah

Pertanyaan:

[Dari Katolisitas: Pertanyaan berikut adalah kelanjutan dari jawaban Ingrid atas pertanyaan di tanya jawab berikut ini, silakan klik. Namun karena panjangnya pembahasan, maka kami memisahkannya menjadi topik yang baru]

Syalom saudari Ingrid

Dari tanggapan Bu Ingrid, ada yang ingin saya tanyakan :

9. Ajaran Bapa Gereja dapat salah?

Anda mengatakan bahwa ada kemungkinan para Bapa Gereja dapat salah memberikan pengajaran. Saya tidak menyangkal hal ini, namun umat Katolik percaya bahwa ajaran Magisterium Gereja Katolik tidak mungkin salah, atas jaminan dari Kristus sendiri kepada para rasul, teristimewa kepada Rasul Petrus (lih. Mat 16:18-19; Mat 18:18). Magisterium dalam pengajarannya tidak mengutip semua pengajaran Bapa Gereja, melainkan mereka juga memeriksa dan merenungkannya atas bimbingan Roh Kudus, sehingga mereka hanya mengutip dan menyampaikan ajaran yang sudah pasti benar.

Maka, jika anda mengetahui ada ajaran Bapa Gereja yang salah, silakan anda sebutkan, pada topik apa. Tidak menjadi masalah, sebab yang terpenting bagi umat Katolik adalah ajaran Magisterium Gereja, bukan ajaran pribadi dari para Bapa Gereja. Memang bisa terjadi, dari sekian banyak ajaran Bapa Gereja tertentu, terdapat hal- hal yang tidak sepenuhnya benar, sehingga di sini pentingnya Magisterium untuk memeriksa tulisan para Bapa Gereja tersebut, dan mengambil hanya ajaran- ajaran yang sesuai dengan keseluruhan ajaran Kristus, para rasul dan para Bapa Gereja sebelumnya. Ajaran Gereja Katolik tidak semata- mata tergantung pada ajaran para Bapa Gereja [karena tidak semuanya dinyatakan benar oleh Magisterium], namun secara umum ajaran para Bapa Gereja sangat besar manfaatnya bagi pemahaman Kitab Suci dan ajaran para rasul. Adanya kemungkinan bahwa ajaran para Bapa Gereja tidak seluruhnya benar mengingatkan kita bahwa pendapat pribadi kitapun belum tentu benar. Oleh karena itu, begitu pentinglah peran Magisterium dalam menentukan ajaran iman dan moral; karena kuasa Yesus sendiri yang menjamin kebenarannya. Ajaran Magisteriumlah yang dipegang oleh Gereja Katolik, dan inilah yang kami usahakan agar kami sampaikan di situs Katolisitas.

Pertanyaan :
1.Kalau dari 3 pilar kebenaran gereja, salah satunya adalah TRADISI SUCI, yang ingin saya tanyakan apakah Surat Bapa Gereja / Ajaran Para Bapa Gereja itu TERMASUK dalam TRADISI SUCI atau TRADISI SUCI itu sendiri ?

2.Tanggapan Bu Ingrid mengatakan bahwa AJARAN PARA BAPA GEREJA itu SALAH atau TIDAK SEPENUHNYA BENAR ? karena SALAH & TIDAK SEPENUHNYA benar itu 2 pengertian yang berbeda. contoh :
*SALAH = Membunuh itu baik
*TIDAK SEPENUHNYA BENAR = Ajaran – ajaran kebaikan dari agama BUDHA ( memang tidak diilhami roh kudus, tapi tetap baik )

3.Ajaran Para Bapa Gereja mana saja yang TIDAK SEPENUHNYA BENAR ? dan MANA yang benar ?

4.Kalau ada ajaran para bapa gereja yang tidak sepenuhnya benar, berarti’kan merusak salah satu pilar gereja itu sendiri ? bagaimana kita bisa percaya akan pilar itu ?

Mohon tanggapannya, karena saya kok mulai bingung.

TUHAN YESUS MEMBERKATI & BUNDA MARIA menuntun anda pada putraNYA

Jawaban:

Shalom Budi Darmawan,

Tradisi Suci tidak identik dengan semua tulisan Bapa Gereja. Hanya tulisan Bapa Suci yang benar (sesuai dengan keseluruhan Kitab Suci dan ajaran para rasul) saja yang dapat disebut termasuk dalam Tradisi Suci. Nah untuk menentukan benar atau tidaknya, atau termasuk atau tidaknya suatu ajaran Bapa Gereja ke dalam Tradisi Suci, itu adalah tugas Magisterium, tentu oleh pimpinan Roh Kudus. Maka Magisterium memasukkan hanya pengajaran- pengajaran Bapa Gereja yang konsisten dengan keseluruhan Kitab Suci, ajaran para rasul dan para Bapa Gereja pendahulu mereka ataupun ajaran Bapa Paus yang telah menjadi Tradisi Suci. Di sinilah ketiga pilar Gereja bekerjasama, yaitu Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium (Wewenang mengajar Gereja); dan ketiganya membentuk pilar yang kokoh bagi Gereja Katolik, sehingga dapat bertahan selama 2000 tahun, yaitu sejak didirikan Kristus sampai sekarang.

Tradisi Suci tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci, karena melalui Tradisi Sucilah kita memperoleh Kitab Suci yang kita kenal sekarang. Ingatlah bahwa sebelum Gereja mempunyai Kitab Suci, jemaat di abad- abad awal menggantungkan pengajarannya lewat khotbah-khotbah lisan para rasul dan para Bapa Gereja, dan tulisan- tulisan mereka, dan inilah yang menjadi sumber utama bagi Tradisi Suci Gereja. Bahwa kemudian sebagian dari pengajaran para rasul itu dibukukan, dan dikenal sebagai keempat Injil dan surat- surat para rasul dalam Kitab Suci, itu saja sudah membuktikan kesetaraan dan hubungan yang dekat sekali antara Tradisi Suci dan Kitab Suci; sebab dari keduanya kita menerima pengajaran Sabda Allah.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pengertian Tradisi Suci.

1. Tentang Tradisi Suci.

Berikut ini adalah pengertian Tradisi Suci, dalam hubungannya dengan Kitab Suci dan Magisterium, seperti tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik:

KGK 80 “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama” (Dei Verbum 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya “sampai akhir zaman” (Mat 28:20).

KGK 81 …. “Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia” (Dei Verbum 9).

KGK 83 Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu….

KGK 84 “Pusaka Suci” (Bdk. 1 Tim 6:20; 2 Tim 1:12-14) iman [depositum fidei] yang tercantum di dalam Tradisi Suci dan di dalam Kitab Suci dipercayakan oleh para Rasul kepada seluruh Gereja. “Dengan berpegang teguh padanya seluruh Umat Suci bersatu dengan para Gembala mereka dan tetap bertekun dalam ajaran para Rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti dan doa-doa (lih. Kis 2:42 Yn). Dengan demikian dalam mempertahankan, melaksanakan, dan mengakui iman yang diturunkan itu timbullah kerukunan yang khas antara para Uskup dan kaum beriman” (Dei Verbum 10).

KGK 85 “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (Dei Verbum 10).

KGK 86 “Wewenang Mengajar itu tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, yakni dengan,hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh Sabda itu, karena perintah ilahi dan dengan bantuan Roh Kudus, didengarkannya dengan khidmat, dipelihara dengan suci, dan diterangkannya dengan-setia; dan itu semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh Allah” (Dei Verbum 10).

KGK 95 “Maka jelaslah Tradisi Suci, Kitab Suci, dan Wewenang Mengajar Gereja, menurut rencana Allah yang maha bijaksana, saling berhubungan dan berpadu sedemikian rupa, sehingga yang satu tidak ada tanpa kedua lainnya dan semuanya bersama-sama, masing-masing dengan caranya sendiri, di bawah gerakan satu Roh Kudus, membantu secara berdaya guna bagi keselamatan jiwa-jiwa” (Dei Verbum 10,3).

KGK 97 “Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu perbendaharaan keramat Sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja” (Dei Verbum 10).

Maka, ajaran para Bapa Gereja memang merupakan salah satu sumber yang penting bagi Tradisi Suci, di samping hasil konsili- konsili para uskup dan pengajaran dari Bapa Paus. Dalam hal ini, Magisterium (yaitu Bapa Paus dan para uskup dalam persekutuan dengan Paus) itulah yang pada akhirnya menentukan tulisan- tulisan mana dari para Bapa Gereja yang dapat dipegang sebagai acuan pada saat menentukan/ menyatakan secara tertulis pengajaran yang menyangkut hal iman dan moral, yang bersifat infallible (tidak mungkin salah). Kuasa “tidak mungkin salah” ini diberikan Yesus kepada Rasul Petrus dan para rasul (Mat 16:18-19; 18:18) yang kini masih berlaku bagi para penerus mereka, sebab kesatuan ajaran merupakan sesuatu yang mutlak bagi kesatuan Gereja.

Jadi tulisan- tulisan para Bapa Gereja itu tidak otomatis infallible, tetapi jika sudah dinyatakan menjadi acuan oleh Magisterium, kita dapat yakin bahwa tulisan para Bapa Gereja tersebut adalah benar, dan pengajaran yang benar inilah yang termasuk dalam Tradisi Suci.

2. Adakah tulisan para Bapa Gereja yang salah/ tidak sepenuhnya benar?

Walau tidak banyak atau tepatnya relatif sangat sedikit, dapat kita temukan beberapa tulisan para Bapa Gereja yang salah ataupun tidak sepenuhnya benar, sehingga Magisterium tidak mengambil tulisan mereka sebagai patokan pengajaran, karena tidak sesuai dengan keseluruhan pengajaran yang ada dalam pusaka iman/ deposit of faith. Perihal istilah “salah” atau “tidak sepenuhnya benar”, itu dapat kita lihat dalam konteksnya masing- masing.

Beberapa contohnya adalah :

1. Sebagian pengajaran dari Tertullian (160-225), terutama setelah ia memisahkan diri dari Gereja Katolik.

Tertullian dikenal sebagai salah seorang Bapa Gereja yang sangat terkenal di jaman Gereja awal, sejak masa pertobatannya pada tahun 197. Tertullian dikenal sebagai seorang apologist yang ulung dalam membela ajaran Kristiani terhadap ajaran- ajaran sesat pada jamannya. Tulisannya yang terkenal adalah “To the Martyrs/ Ad martyres“, karya apologetiknya, yaitu Ad nationes dan Apologeticus, atau Against Marcion yang menentang aliran Gnostism.

Namun menjelang tua, ia menuliskan ajaran yang salah, yaitu pada saat ia bergabung dengan ajaran sesat Montanism. Tahun 206 ia bergabung dengan sekte Montanism dan akhirnya sepenuhnya meninggalkan Gereja Katolik sekitar tahun 212. Bergabungnya Tertullian dalam Montanism dan akhirnya malah mendirikan sektenya sendiri adalah suatu ironi, karena sebelumnya Tertullian adalah salah seorang Bapa Gereja yang sangat membela Gereja Katolik. Dalam tulisannya De Praescriptione (On Prescription against Heretics) malah ia mengajarkan bahwa jika terjadi pertentangan antara Gereja dengan suatu aliran yang memisahkan diri, maka beban kesalahan ada di pihak yang memisahkan diri. Ini adalah sesuatu yang ironis, karena akhirnya ia sendiri memisahkan diri dari Gereja Katolik.

Dengan kenyataan di atas, maka secara garis besar kita mengetahui ada tiga periode tulisan Tertullian: 1) ketika Ia masih Katolik (197-206); 2) ketika ia menjadi semi Montanist (206-212); 3) ketika ia sudah menjadi Montanist (213- dst) ((lihat Stephen Ray, Upon this Rock, (San Francisco, Ignatius, 199), p. 173)). Jadi periode ini cukup penting untuk dipahami, pada saat kita mengamati tulisan Tertullian, terutama dalam topik keutamaan Petrus dan ajarannya tentang hakekat Gereja, karena sedikit banyak terdapat “pergeseran” pengertian dari periode awal ke periode berikutnya. Contoh pergeseran tulisannya yentang keutamaan Petrus, sebagai berikut ((Ibid., p. 168-175)).

Tertullian periode awal, 197-206:

“Apakah ada yang tersisihkan dari pengetahuan Petrus, yang dipanggil, ‘batu karang yang atasnya Gereja akan didirikan’, yang juga memperoleh ‘kunci-kunci kerajaan surga,’ dengan kuasa, ‘melepas dan mengikat di surga dan di bumi?” ((Tertullian, On Prescription against Heretics 22, Ante Nicene Fathers 3:253)).

“Jika Petrus ditegur oleh Paulus karena hidup dengan para pagan, … kesalahan tentunya adalah dalam hal prosedur bukan dalam hal doktrin.” ((Ibid., 23, Jurgens, Faith of the Early Church Fathers 1:121))

“…Jika engkau ingin mengetahui lebih baik dalam hal keselamatanmu, hampirilah Gereja- gereja apostolik di mana tahta para rasul masih pada tempatnya; … jika kamu di dekat Italia, kamu mempunyai Roma, dimana otoritas kita berasal. Berbahagialah Gereja itu (Gereja Roma) di mana para rasul menumpahkan keseluruhan pengajaran bersama dengan darah mereka, di mana Petrus menjalani penderitaan seperti Tuhan Yesus, di mana Paulus dimahkotai dengan kematian yang sama dengan kematian Yohanes Pembaptis, di mana Rasul Yohanes setelah diceburkan kepada minyak mendidih namun tidak menderita cacat sedikitpun, yang kemudian diasingkan di sebuah pulau.” ((On Prescription against Heretics, 36, 1, in Jurgens, Faith of the Church Fathers: 1:22))

Tertullian periode 206-212 (semi Montanist):

“Sebab meskipun kamu berpikir bahwa surga masih tertutup, ingatlah bahwa Tuhan menyerahkan di sini kunci-kuncinya kepada Petrus dan melaluinya kepada Gereja, yang mana setiap orang yang telah ditanyai, dan membuat pengakuan, akan mengikuti Petrus.” ((Scorpiace 10, Ante Nicene Fathers 3: 643))

Tertullian periode 213- seterusnya (Montanist)

“…Kamu berkata, “Gereja mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.” Ini aku akui dan aku putuskan secara hukum lebih daripada kamu, aku yang mempunyai Roh Kudus sendiri di dalam diri nabi- nabi yang baru, berkata, “Gereja mempunyai kuasa mengampuni dosa, tetapi aku tidak akan melakukannya…. Jika, karena Tuhan berkata kepada Petrus, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku,” “kepadamu kuberikan kunci Kerajaan Surga,” kamu menyangka bahwa kuasa mengikat dan melepaskan telah diberikan kepadamu, yaitu Gereja yang bersaudara dengan Petrus, orang seperti apakah kamu, yang menumbangkan dan mengubah maksud Tuhan, yang memberikan karunia ini hanya kepada Petrus? …. Hanya di dalam Petrus, Gereja diposisikan di belakang, hanya Petrus saja yang memegang kunci… Karena itu, Petrus sendirilah yang pertama melepaskan, dalam Baptisan, pintu masuk ke kerajaan surga, di mana di Kerajaan dilepaskan dosa- dosa yang tadinya terikat; dan hal- hal yang belum dilepaskan, menjadi terikat.”

Ajaran Tertullian yang terakhir ini sering dikutip oleh saudara- saudari kita yang Protestan untuk mengatakan bahwa kuasa yang diberikan oleh Kristus hanya diberikan kepada Petrus, dan bukan kepada Gereja. Namun mereka lupa (tidak mengindahkan) tulisan Tertullian sebelum dia menjadi Montanist, dan bahwa hampir semua Bapa Gereja yang lain mengajarkan bahwa keutamaan Petrus itu diteruskan oleh para penggantinya. Selanjutnya, kepemimpinan Uskup Roma (yaitu Paus) atas seluruh Gereja sudah diakui dan dilaksanakan sejak Rasul Petrus wafat, seperti yang dijabarkan dalam artikel Keutamaan Petrus bagian 4 dan 5 (artikel bagian 5 baru akan ditayangkan dalam waktu dekat, mohon kesabarannya).

2. Ajaran Origen (185- 254) tentang “pre-existence of souls

Origen adalah Bapa Gereja yang dikenal sangat menguasai Kitab Suci dan darinyalah Gereja memperoleh pengajaran untuk menginterpretasikan Kitab Suci secara literal dan spiritual, seperti yang pernah diuraikan di sini, silakan klik.

Namun demikian, hipotesa Origen salah, ketika ia mengambil ajaran Plato (seorang filsuf Yunani) yang mengajarkan teori spekulatif “pre-existence of souls“, yang mengatakan bahwa jiwa- jiwa manusia sudah ada, sebelum akhirnya ‘dibuang’ ke dunia, akibat dosa yang mereka lakukan. Tubuh manusia disebutnya sebagai kondisi pengasingan dan belenggu (lih. Comment ad. Rom 1:18). Maka ia mengajarkan bahwa hidup di dunia adalah sebagai hukuman dari dosa yang dilakukan oleh sebuah jiwa sebelum ia dilahirkan.

Tentu ajaran spekulatif ini tidak benar. Magisterium Gereja Katolik tidak mengambil ajaran Origen ini karena tidak sesuai dengan keseluruhan Kitab Suci dan ajaran para Bapa Gereja lainnya. Magisterium menyanggah ajaran ini dengan mengacu kepada ayat- ayat Kitab Suci, sebagai berikut: ((lih. Dr Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p.99)):

a. Keb 8:19: “Memang aku seorang pemuda yang budi pekertinya, dan aku mendapat jiwa yang baik; atau sebaliknya: oleh karena aku itu baik, maka aku masuk ke dalam tubuh yang tak tercela.”

b. Kej 1:31, yang menyatakan bahwa manusia diciptakan Allah, tubuh dan jiwa dengan “sungguh amat baik” adanya. Maka tidak benar bahwa tubuh manusia merupakan suatu hukuman/ belenggu.

c. Rom 3:1, Rom 5:12: Dosa masuk ke dunia melalui dosa manusia pertama.

d. Rom 9:11: “Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat,….”

Dari ayat- ayat di atas, diketahui bahwa Tuhan menciptakan tubuh manusia baik adanya, dan bukan sebagai penjara/ belenggu, yang berkonotasi buruk. Selain itu hampir semua Bapa Gereja, hanya dengan sedikit perkecualian, adalah penentang teori pre-exentianism yang dianut oleh Origen dan beberapa muridnya. Contoh Bapa Gereja yang menentang teori ini adalah: St. Gregory Nazianzen, (lih. Or. 37, 15), St. Gregorius Nissa (lih. De anima et resurrectio, par 15,3), St. Agustinus, (lih. Epistle 217, 5, 16), Leo I, (Epistle. 15, 10).

Di sini jelas terlihat bahwa pada akhirnya Magisteriumlah yang akhirnya menentukan ajaran Bapa Gereja manakah yang sesuai dengan pusaka iman yang berdasarkan Kitab Suci dan ajaran para Bapa Gereja yang lain. Atas pertimbangan yang dalam dan dengan bimbingan Roh Kudus-lah Magisterium mengajarkan bahwa setiap jiwa manusia diciptakan langsung dari sesuatu yang tidak ada, pada saat persatuannya dengan tubuhnya. Ajaran Origen ini kemudian ditolak/ dinyatakan salah, pada Sinode Konstantinopel (543).

3. Ajaran St. Thomas Aquinas (1224-1274), yang tidak mendukung ajaran Bunda Maria dikandung tanpa noda (Immaculate Conception).

Umumnya saudara/i kita yang Protestan mengambil contoh ini dan mengatakan bagaimana seseorang yang dinobatkan sebagai Santo (orang kudus) dapat menentang ajaran Gereja Katolik yang ditetapkan dalam konstitusi dogmatik tahun 1854? (Apalagi St. Thomas Aquinas adalah seorang teolog yang sangat handal dalam menjelaskan pokok-pokok iman Kristiani, melalui bukunya Summa Theology). Mereka bertanya demikian, karena tidak memahami, bahwa sebelum Gereja Katolik mengeluarkan suatu dogma tertentu secara definitif, memang para teolog dapat saja mengutarakan pandangannya tentang hal tersebut. Namun demikian, setelah Magisterium mengumumkan suatu ajaran secara definitif, maka semua umat Katolik harus menerimanya. Maka jika St. Thomas Aquinas masih hidup di dunia sampai tahun 1900, tentu St. Thomas juga akan tunduk kepada pengajaran Magisterium.

Lagipula yang dipermasalahkan dalam bukunya Summa Theologica III, q. 27, a. 2, yang dipermasalahkan oleh St. Thomas adalah: Apakah Bunda Maria dikuduskan sebelum ‘animation’/ conception atau sesudahnya. Maka, nampaknya, diskusi di sini adalah mengenai kapankah tepatnya Bunda Maria dijadikan tidak bernoda sejak di dalam kandungan oleh Allah? Karena St. Thomas Aquinas tidak meragukan bahwa oleh rahmat Allah yang khusus diberikan kepada Bunda Maria, maka sejak dalam kandungan Maria dikuduskan oleh Allah. Selanjutnya, jika anda tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang topik ini, silakan membaca jawaban kami di sini, silakan klik, karena sudah dibahas di sana.

Saya ingin pula mengutip akan ketaatan St. Thomas Aquinas kepada Magisterium Gereja Katolik, sebab ia menyerahkan keputusan kepada Gereja untuk menyikapi semua ajaran yang dituliskannya. Kutipan perkataannya sesaat sebelum wafatnya, ketika ia menerima Sakramen Perminyakan suci, dan ketika Viaticum suci diberikan kepadanya, adalah sebagai berikut:

“If in this world there be any knowledge of this sacrament stronger than that of faith, I wish now to use it in affirming that I firmly believe and know as certain that Jesus Christ, True God and True Man, Son of God and Son of the Virgin Mary, is in this Sacrament . . . I receive Thee, the price of my redemption, for Whose love I have watched, studied, and laboured. Thee have I preached; Thee have I taught. Never have I said anything against Thee: if anything was not well said, that is to be attributed to my ignorance. Neither do I wish to be obstinate in my opinions, but if I have written anything erroneous concerning this sacrament or other matters, I submit all to the judgment and correction of the Holy Roman Church, in whose obedience I now pass from this life.” (terjemahan yang dicetak tebal: … tetapi jika saya telah menuliskan apapun yang salah tentang sakramen ini atau hal- hal lainnya, saya menyerahkan semua kepada penilaian dan koreksi dari Gereja Roma yang kudus, yang di dalam kepatuhan kepadanya sekarang saya beralih dari kehidupan ini).

Kerendahan hati St. Thomas layak menjadi teladan bagi umat Katolik, jika kita ingin tunduk pada kehendak Kristus yang menginginkan agar semua murid-Nya bersatu (lih. Yoh 17:20-21), di dalam Gereja yang didirikan-Nya di atas Rasul Petrus, sampai akhir jaman.

Demikianlah, beberapa contoh bahwa para Bapa Gereja dapat saja mengajarkan sesuatu yang salah, sebab pengajaran mereka tidakinfallible” (tidak mungkin salah). Namun demikian, kita tidak perlu kuatir dan bingung, sebab Magisterium (Paus dan para uskup pendukungnya, sebagai penerus Rasul Petrus dan para rasul lainnya) diberi kuasa oleh Tuhan Yesus untuk mengajarkan secara “infallible” (tidak mungkin salah) sesuai dengan janji-Nya, sampai akhir jaman (Mat 16:18-19, 18:18, 28:19-20).  Tentu, infalibilitas ini hanya terbatas pada pengajaran Magisterium dalam hal iman dan moral, seperti telah dibahas di sini, silakan klik, dan klik di sini. Wewenang mengajar/ Magisterium inilah yang menjaga kesatuan pengajaran yang konsisten sepanjang sejarah Gereja, sehingga Gereja Katolik tetap bersatu sejak saat didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus sampai sekarang. Sudah selayaknya kita melihat hal ini dengan kacamata yang jujur dan obyektif, bahwa kesatuan Gereja ditentukan oleh kesatuan doktrin/ ajaran nya, dan bukan hanya melalui sesuatu yang tampaknya bersatu, tetapi memegang ajaran yang berbeda- beda.

Mari kita, sebagai umat Katolik bersyukur kepada Tuhan yang telah memimpin Gereja-Nya, melalui Magisterium Gereja Katolik, yang dengan setia meneruskan keseluruhan ajaran Kristus dan para rasul, sesuai dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

5 1 vote
Article Rating
27 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Kilbenni Dabukke
Kilbenni Dabukke
10 years ago

Dear para Romo dan para admin KATOLISITAS, Saya tergelitik oleh ajaran website Katolik tertentu (bukan website gereja, hanya informal dan anonim). Mereka mengajarkan jika para Bapa Gereja (para Santo atau para Uskup) membuat ajaran yg sama, maka bisa disebut Konsensus Patrum, dan otomatis menjadi Tradisi Suci Gereja. Mereka membuat apologetika ini untuk membasmi Gerakan Gereja tertentu (sengaja saya rahasiakan). Mereka menganggap Gerakan Gereja tertentu adalah sesat jika melihat Konsensus Patrum tentang bahasa roh yang wajib bahasa bangsa tertentu & wajib ditafsirkan (menurut kesimpulan mereka). Pertanyaan saya, apakah jika ajaran banyak Bapa Gereja terlihat sama, maka otomatis disebut Konsensus Patrum? Apakah… Read more »

Kilbenni Dabukke
Kilbenni Dabukke
Reply to  Ingrid Listiati
10 years ago

Dear Bu Inggrid, Bagaimana memahami ajaran Komisi Theologi Internasional berikut ini: http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/cti_documents/rc_cti_doc_20111129_teologia-oggi_en.html For Augustine, the united witness of the Fathers was the voice of the Church.[53] The councils of Chalcedon and Trent began their solemn declarations with the formula: ‘Following the Holy Fathers…’,[54] and the council of Trent and the First Vatican Council clearly indicated that the ‘unanimous consensus’ of the Fathers was a sure guide for the interpretation of Scripture.[55] Apakah St Agustinus berpendapat bahwa semua konsensus Patrum pasti infallible? Apakah yg dimaksud oleh Konsili Trente dan Konsili Vatikan I SEMUA/SETIAP konsensus Patrum adalah ajaran infallible dalam menafsirkan Alkitab?… Read more »

Agung
Agung
11 years ago

Shalom, pertanyaan saya mungkin tidak ada hubungannya dengan topik ini, tapi ada disebutkan secara singkat pada pertanyaan Sdr Budi di paling atas, yaitu: “*TIDAK SEPENUHNYA BENAR = Ajaran – ajaran kebaikan dari agama BUDHA ( memang tidak diilhami roh kudus, tapi tetap baik )” Saya beberapa kali ditanya dari mana kebaikan2 yang dilakukan oleh orang yang tidak mengenal Kristus dan biasanya saya jawab “Dari Tuhan / Roh Tuhan yang kita kenal dengan nama Roh Kudus. Mungkin orang itu tidak kenal nama Yesus/Roh Kudus tapi pasti kebaikan itu asalnya dari Tuhan.” Alasan saya memberikan jawaban ini adalah karena di dunia ini… Read more »

Totus Tuus
Totus Tuus
11 years ago

Mohon admin membuatkan artikel khusus soal pemahaman mengenai “SOLA ECCLESIA”

Terima kasih….

[dari katolisitas: Sebenarnya tidak ada istilah sola ecclesia. Sementara ini, anda dapat melakukan pencarian dengan kata kunci “EENS” atau “keselamatan”. Semoga dapat membantu]

Felix Sugiharto
Felix Sugiharto
13 years ago

Shalom Katolisitas Bu Ingrid Saya mengutip beberapa nama Bapa Gereja awal yg bersumber dr link: http://saatteduh.happyshine.org/bapa.htm (disarikan oleh Disarikan dari “Halley’s Bible Handbook). berikut ini beberapa nama sbb: 1. Polykarpus ( 69-156 M ) 2. Ignatius ( 67-110 M ) 3. Papias ( + 75 – 155 M ) 4. Yustinus Martir (100 – 167 M) 5. Iranaeus (130 -200 M) 6. Origenes (185-254 M) 7. Tertulianus dari Kartago (160-220 M) 8. Eusebius (264-340 M) 9. Yohanes Krisostom ( 345-407 M) 10. Jeromus ( 340 – 430 M) 11. Agustinus ( 354-430 M) Saya banyak membaca bhw ajaran gereja Katolik… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
Reply to  Felix Sugiharto
13 years ago

Syalom saudaraku Felix, Saya ingin menanggapi pertanyaan anda : “Alangkah baiknya jika katolisitas bisa memaparkan tajuk lengkap dengan pembahasan artikel tentang Bapak2 Gereja (jika sudah ada harap diabaikan)” Tanggapan : Wah kayaknya sampai sekarang tidak ada 1 website apapun yang mampu menampilkan ajaran BAPA GEREJA yang nota bene masih SEBAGIAN dari TRADISI SUCI. sedangkan definisi dari TRADISI SUCI adalah : “TRADISI SUCI Yang merupakan DASAR KEBENARAN ABSOLUT = Yohanes 21 : 25 & 1 Timotius 3 : 15 ( Karena BERASAL DARI TUHAN YESUS KRISTUS SENDIRI ) : *BERASAL DARI MULUT / AJARAN LISAN YESUS KRISTUS, PERGAULAN YESUS KRISTUS, dan… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
13 years ago

( ini saja yang ditampilkan bu ) Syalom Bu Ingrid Meskipun masih ada beberapa kata dari anda yang membuat saya sedikit bingung, tapi dari berbagai jawaban Bu Ingrid secara sederhana saya simpulkan seperti ini : TRADISI SUCI Yang merupakan DASAR KEBENARAN ABSOLUT = Yohanes 21 : 25 & 1 Timotius 3 : 15 ( Karena BERASAL DARI TUHAN YESUS KRISTUS SENDIRI ) : *BERASAL DARI MULUT / AJARAN LISAN YESUS KRISTUS, PERGAULAN YESUS KRISTUS, dan KARYA YESUS KRISTUS SENDIRI, entah apa yang atas DORONGAN ROH KUDUS telah mereka pelajari. *TRADISI SUCI ini jumlahnya SANGAT BANYAK berdasarkan Yohanes 21 : 25.… Read more »

Albert
Albert
13 years ago

Dear Katolisitas Pada kesempatan ini saya hendak mengajukan pertanyaan perihal ‘infallibilitas’. Kita semua tentu memahami bahwa Gereja, dalam mengajarkan iman dan moral, yang mengikat seluruh umat beriman, adalah tidak dapat sesat. Ini sejalan dengan deklarasi CDF “Mysterium Ecclesia”. Nah, pertanyaannya, bagaimana kita mengetahui ajaran mana yang ‘infallible’ dan mana yang ‘tidak infallible’? mana yang adalah suatu ‘diskursus’, mana yang sudah ‘definif’ atau yang pasti tidak akan berubah? Bisakah misalnya, saya berpegangan bahwa ajaran infallible adalah; 1. Sudah didefinisikan secara ‘ex cathedra’ dan definitif, terlebih didekritkan dan di-kanon-kan 2. Ajaran tersebut terus menerus diulang-ulang dalam berbagai dokumen dan kesempatan tertentu 3.… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
13 years ago

Syalom saudaraku Ingrid,

Ini ada tambahan yang pernah saya baca dari salah satu website di internet yang mengatakan bahwa :

Surat Bapa Gereja itu BUKAN tradisi suci itu sendiri melainkan MENJELASKAN APA YANG DIKATAKAN TRADISI SUCI.

Betul tidak ya ?

[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik. Di situ dijelaskan bahwa tulisan dari bapa gereja adalah salah satu elemen dari Tradisi Suci]

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
13 years ago

Syalom saudarai Ingrid, semalaman saya berpikir – pikir terus tentang perkataan dari saudari Ingrid Pertanyaan ini mungkin bisa digabungkan dengan komentar saya yang sebelumnya. 1.Daftar Tradisi suci itu apa saja ? Apakah semuanya sudah INFALLIBLE ? 2.Anda mengatakan bahwa, “Bahwa kemudian sebagian dari pengajaran para rasul itu dibukukan, dan dikenal sebagai keempat Injil dan surat- surat para rasul dalam Kitab Suci”. saya SETUJU bahwa kitab suci memang lahir dari TRADISI SUCI. nah yang saya tanyakan MAGISTERIUM lahir darimana ? ( menurut saya lahir dari KITAB SUCI, karena sejak dikatakan Matius 16 : 18 – 19, 18 : 18, 28 :… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

( Perhatikan yang ini saja Bu Ingrid, yang lain dihapus saja jika ke-double-an ) Syalom saudariku Bu Ingrid, NB : Kalau CAPITAL LETTER artinya bukan teriak, tapi ingin menekankan saja, bu. ( karena di website ini tidak bisa saya kasih BOLD, ITALIC ataupun UNDERLINE ) Saya coba kirim ulang komentar saya karena kok saya lihat besoknya tiba – tiba hilang ( mungkin error komputer saya atau kalau ke-double-an mungkin bisa ini saja yang ditampilkan ). Saya ingin mengambil quote dari jawaban Bu Ingrid : “Oleh sebab itu, Sabda-Nya yang lisan atau yang kemudian dituliskan, MENJADI KESATUAN dengan para rasul yang… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
13 years ago

Syalom Saudaraku Pak Stef, Terima kasih banyak atas penjelasannya, namun masih ada beberapa hal yang membuat saya sedikit bingung. 1.Doktrin Summa Teologi, berarti yang dimaksud ST. Thomas itu adalah bukan SUCI atau TIDAK SUCINYA Bunda Maria, melainkan KAPAN Bunda Maria Suci ? Betul pak ? 2.Magisterium itu sendiri muncul sejak kapan ?Karena saya yakin ketika jemaat awal mereka masih belum mengenal istilah Magisterium atau fungsi magisterium itu sendiri. Sehingga menurut pendapat saya ( kalau salah mungkin bisa dibantu pencerahannya ), sebelumnya keluarnya MAGISTERIUM seharusnya apa yang menjadi pengajaran BAPA GEREJA itu OTOMATIS MENJADI TRADISI SUCI ( Tanpa perlu adanya Magisterium… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Syalom saudaraku Ingrid, Terima kasih banyak atas penjelasannya, jadi bisa saya simpulkan bahwa : Ketika YESUS SELAMA & BERADA di tengah – tengah PARA MURID, maka terbentuklah TRADISI SUCI ( Karena YESUS mengajarkan DOKTRIN, DOGMA, TRADISI SUCI, termasuk TINGKAH LAKUNYA ) – Sampai ada ayat yang mengatakan bahwa “Jika semuanya tentang YESUS ditulis, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat kitab – kitab yang ada”. Kemudian ketika Pentakosta terjadi maka SECARA EFEKTIF MAGISTERIUM berjalan. Dan magisterium itu seperti wasit, yaitu MENJALANKAN PERMAINAN YANG BERDASAR PADA BUKU PERATURAN ( KITAB SUCI & TRADISI SUCI ) Betul tidak ya Bu Ingrid ?… Read more »

johanes
johanes
13 years ago

terimakasih atas pertanyaan dan jawaban yang sangat indah. sungguh Gereja Katolik hanya hidup dari penyelenggaraan Ilahi dan dari janji Yesus untuk menyertai GerejaNya sampai akhir jaman. Banyak aliran dan sekte sekte akan muncul dan tenggelam , tetapi Gereja yang didirikan Kristus ini tetap akan berlayar dalam samudra menuju pelabuhan abadi. Terimakasih

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
13 years ago

Syalom saudari Ingrid ………. [dari Katolisitas: ….kami edit pertanyaan selengkapnya dan jawabannya telah disampaikan di atas, silakan klik] Pertanyaan : 1.Kalau dari 3 pilar kebenaran gereja, salah satunya adalah TRADISI SUCI, yang ingin saya tanyakan apakah Surat Bapa Gereja / Ajaran Para Bapa Gereja itu TERMASUK dalam TRADISI SUCI atau TRADISI SUCI itu sendiri ? 2.Tanggapan Bu Ingrid mengatakan bahwa AJARAN PARA BAPA GEREJA itu SALAH atau TIDAK SEPENUHNYA BENAR ? karena SALAH & TIDAK SEPENUHNYA benar itu 2 pengertian yang berbeda. contoh : *SALAH = Membunuh itu baik *TIDAK SEPENUHNYA BENAR = Ajaran – ajaran kebaikan dari agama BUDHA… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
27
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x