Satu dengan Gereja agar dikuduskan dalam kebenaran

[Hari Minggu Paskah VII, Hari Minggu Komunikasi sedunia: Kis 1:15-26; Mzm 103 1-20; ; 1Yoh4:11-16; Yoh 17:11-19 ]

Belum lama ini aku mendengarkan CD kisah kesaksian Diakon Alex Jones, yang membuatku takjub. Kisahnya menggambarkan perjalanan iman seseorang yang dengan tulus mencari kebenaran, dan yang kemudian menemukannya dan mengikutinya. Sebelum menjadi Diakon tetap di Gereja Katolik, Jones adalah seorang pendeta Pentakostal, dari gereja Maranatha, di Detroit, USA. Suatu waktu di tahun 1998, ia meminta waktu satu bulan kepada jemaatnya untuk menyelidiki bentuk pujian dan penyembahan seperti apa yang dilakukan oleh jemaat perdana. Jones kemudian membaca banyak tulisan para Bapa Gereja abad-abad awal, seperti St. Yustinus Martir, St. Ignatius dari Antiokhia, dst. Ia tidak menyangka bahwa penyelidikannya itu membawanya semakin dekat dengan Gereja Katolik. Sebab ia menemukan bahwa cara Gereja perdana berdoa adalah dengan liturgi, dalam kesatuan dengan Uskup di wilayah masing-masing. Setelah penemuannya itu, Jones mulai membagi kebaktian yang dipimpinnya menjadi dua bagian, yaitu liturgi Sabda dan liturgi Ekaristi. Ia mulai mengadakan perjamuan kudus seminggu sekali, sangat berlainan dengan para pendeta Pentakostal umumnya yang hanya mengadakan perjamuan kudus dua kali dalam setahun, atau paling sering, sebulan sekali. Pertanyaan berikut yang mengusiknya adalah bagaimana dengan kesatuan dengan Uskup? Jones menyadari bahwa gerejanya tidak mempunyai uskup, sebab dia sendirilah pemimpinnya. Hal ini terus mengusik hatinya. Singkat kata, setelah melalui pergumulan yang panjang, dan melalui doa-doa, Jones memutuskan untuk menutup gereja yang dipimpinnya sejak tahun 1982, untuk menjadi Katolik. Ia pun membawa serta sejumlah jemaat yang dipimpinnya untuk bergabung dengan Gereja Katolik. Suatu keputusan besar yang tidak mudah, namun tetap dilakukannya. Jones mengalami pertentangan dari banyak orang, termasuk kerabat dan sahabat-sahabatnya yang mempertanyakan keputusannya itu. Namun jawabnya sederhana, “Aku harus melakukannya. Sebab sejak masa kecilku, aku mencari kebenaran yang sejati. Kini saat aku sudah menemukannya, aku harus mengikutinya.”

Injil hari ini, mengingatkan kita akan doa Tuhan Yesus sendiri bagi Gereja-Nya, agar menjadi satu, sama seperti Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 17:11). Sebagai umat Katolik, mari kita bertanya kepada diri sendiri, sejauh mana kita juga mendoakan hal yang sama ini, seperti yang dikehendaki Tuhan Yesus? Kesatuan Gereja dan kesatuan dengan Uskup, yang adalah para penerus Rasul, adalah bukti yang nyata bahwa kita menjaga kesatuan kasih di antara kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus. Jika kita percaya bahwa Allah adalah kasih, maka kita selayaknya tetap hidup di dalam kasih agar Allah tetap berada di dalam kita (lih. 1Yoh 4:16). Betapa nyatanya hal ini dalam kehidupan keluarga, dan juga dalam kehidupan menggereja. Jika kita mengasihi, maka keluarga dan Gereja kita akan semakin kuat bersatu. Perceraian yang marak terjadi di zaman ini, adalah bukti kegagalan untuk membina cinta kasih di antara pasangan suami istri. Perpecahan gereja juga adalah bukti dari kegagalan untuk menerapkan kasih di antara sesama jemaat. Segala bentuk perpecahan adalah kegagalan untuk menaati firman Tuhan yang menghendaki kita semua menjadi satu. Allah menghendaki Gereja-Nya menjadi satu, dan juga agar kita dikuduskan dalam kebenaran. Oleh karena itu, kita mengetahui bahwa kebenaran-Nya adalah kebenaran yang mempersatukan. Walaupun nampaknya perjalanan masih panjang, bagi semua murid Kristus untuk bersatu secara penuh, namun kita tetap menaruh harap dan terus berdoa, agar suatu saat kesatuan ini dapat terwujud. Menjelang hari Pentakosta, marilah kita memohon kepada Roh Kudus, yaitu Roh Allah yang sama, yang dahulu telah turun atas para Rasul dan Gereja perdana, agar terus menyertai Gereja-Nya dan mengarahkan semua murid Kristus agar merindukan kesatuan sebagaimana yang dikehendaki oleh Kristus sendiri.

Mari kita berdoa agar semakin banyak orang dapat mengalami indahnya kesatuan yang ada dalam Gereja Katolik. Semoga kita dapat terus memelihara kesatuan kasih ini, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan menggereja, agar sungguh “Allah tetap di dalam kita dan kasih-Nya sempurna di dalam kita” (1 Yoh 4:12).

Roh Kudus, kami menantikan Engkau, untuk memperkuat kesatuan kasih di antara kami, agar dengan kesatuan ini Engkau menguduskan kami dalam kebenaran-Mu. Amin.

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.