Tersanjung, Siap Tersungkur

Renungan Puitis Minggu Palma
Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Daun Palma diangkat di tangan dan mulut berteriak “Hosana, Raja Daud”.

Itulah prosesi yang mengenang masuknya Yesus ke Yerusalem dalam Minggu Palma.

Suatu pengulangan yang menggali makna awal perjalanan penderitaan Tuhan.

Pesan Yesus dalam prosesi yang meriah dilakukanNya dengan sebuah sikap dan tanpa kata.

Pesan-Nya sangat indah ketika direnungkan dengan sebuah keheningan jiwa.

“Awas setan, penggoda yang cerdas”, itulah yang ingin disampaikanNya dalam perarakan.

Di tengah sanjungan, elu-elukan, dan pujian, kehancuran siap menerkam kita.

Sanjungan muncul dari asas manfaat atau kepentingan.

Tuhan Yesus telah mengantisipasi bahaya sanjungan.

Ia disanjung dan dielukan karena Ia mempunyai potensi sebagai raja

Raja yang akan membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan Roma.

Kemakmuran duniawi menjadi harapan mereka.

Kemampuan-kemampuan ajaib dari Yesus pasti akan mewujudkan impian mereka.

Akan tetapi,

Tuhan Yesus tidak hanyut, tidak tergiur, dan tidak terhipnotis dengan racun sanjungan.

Ia tahu bahwa sekali sanjungan menyengat, maka semuanya akan berantakan.

Ia tidak mengubah sikap dengan menggantikan keledai betina dengan kuda dan kereta kencana yang akan membuat penampilan-Nya gagah dan keren.

Mata-Nya tidak tertuju pada sanjungan dan sorak-sorai itu.

Ia tidak menggubris jeritan-jeritan kekaguman kepadaNya dari lautan manusia.

Ia lewati “yel… yel…yel…” yang mengelu-elukanNya itu.

Ia tidak sedikit pun tergoda dengan sanjungan manusiawi tersebut.

Ia sadar bahwa kebesaran yang didapatkanNya dari sanjungan itu adalah kebesaran karbitan, bahkan bisa dikatakan kebesaran palsu.

Kebesaran itu adalah kebesaran lipstik seperti gincu.

Kebesaran itu akan cepat berlalu, hilang tanpa bekas.

Semuanya itu terjadi karena sanjungan itu bukan sanjungan yang tulus,

tetapi sanjungan yang membungkus keinginan pribadi.

Lihatlah beberapa hari kemudian

Orang-orang yang menyanjungNya itu berubah menjadi orang-orang yang berteriak “Salibkanlah Dia… Salibkanlah Dia”.

“Sayang yang berakhir dengan tendangan”.

Dukungan berubah menjadi kriminalisasi terhadap Tuhan Yesus karena kecewa dan tak terpenuhi kehendak mereka.

Karena itu, di tengah tawaran kebesaran dari sanjungan, hati dan pikiran Tuhan Yesus tetap terarah pada Yerusalem sebagai tujuan final perjalanan-Nya,

Yerusalem adalah tempat untuk penderitaan-Nya, tetapi juga kebangkitan dan kemuliaan-Nya.

Tiada mahkota, tanpa derita.

Tiada kemuliaan, tanpa salib.

Pada Minggu Palma ini,

Tuhan Yesus mengajak kita untuk menempuh perjalanan yang sama.

Perjalanan yang tidak parkir pada sanjungan.

Sanjungan dunia akan roboh pada saatnya nanti.

Yang berdiri di atasnya akan terjerembab, hancur lebur, dan tak berdaya.

Pendek kata, yang tersanjung akan tersungkur.

“Saling kriminalisasi” menjadikan satu-satunya trik untuk mempertahankan gengsi.

Teguran nurani dilibasnya dan akal budi ditumpulkannya sendiri untuk menunda bencana aib diri.

“Duduk di kursi suami sendiri” bisa menjadi tuduhan pelanggaran hukum”.

Itulah bukti tindakan lucu orang yang telah kehilangan diri.

Orang seperti ini telah mati suri karena berkutat dengan panik.

Karena itu,

Fokuslah pada tujuan perjalanan hidup yang dikehendaki Allah Bapa.

Tujuan hidup kita adalah kemuliaan sejati yang tidak memerlukan sanjungan manusia.

Kemuliaan sejati ditempuh melalui kepahitan, luka, dan derita.

Kasih membuat kita tidak frustrasi.

Kepahitan, luka, dan derita karena kasih akan membuahkan kesembuhan dan pengangkatan yang tinggi dan sejati.

Ingatlah pepatah ini: Taburan garam di atas luka memang perih, tapi membuatnya mengering dan beranjak pulih.

Sabda Sang Guru menjadi jaminan abadi: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Matius 11:29-30)

Tuhan Memberkati

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Â